"Suci Karina Maharani, adalah pemilik perusahaan tempat dirimu mengais rezeki selama ini...!" Kata atasannya itu dengan nada mengejek.
"Apppaaaa...???" Teriak Ikhsan dengan sangat kerasnya.
"Tidak... ini tidak mungkin...! istriku tak mungkin sekaya itu...!" Ikhsan menolak untuk percaya dengan apa yang di jelaskan oleh atasannya.
"Saya tidak memintamu untuk percaya dengan apa yang saya katakan, semuanya itu tak ada artinya buat saya..!" kata Sang atasan yang telah tak bukan adalah paman dari Suci.
Selama ini, meskipun dari jauh Pak Andi selalu mengawasi keadaan suci, ia tak menyangka saja jika laki-laki yang selama ini selalu dipuja oleh keponakannya tersebut ternyata malah menghianati sang keponakan sedemikian rupa.
"Kalau begitu, Bapak tidak berhak memencet saya...! secara tidak langsung saya juga pemilik perusahaan ini...! justru saya yang akan memecat anda...!"kata Ihsan dengan tak tahu malunya.
Pak Andi pun tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan dari suami keponakannya tersebut, setelah puas tertawa Dia pun menatap dengan tajam surat mata suami keponakannya tersebut.
"Atas dasar apa kamu merasa memiliki hak atas perusahaan ini? perusahaan ini adalah perusahaan pribadi yang dirintis oleh almarhum kedua orang tua istrimu bahkan istrimu sendiri saja menolak untuk mengelolanya dan diserahkan kepadaku...!" Pak Andi menjeda kalimatnya.
"Kamu itu hanya orang luar yang sebentar lagi akan kembali menjadi orang asing karena sudah berani menyakiti keponakanku...!" cibir Pak Andi dengan mengejek laki-laki yang ada di hadapannya tersebut.
"Siapa bilang aku akan menceraikan suci? Aku tidak akan pernah melepaskannya...!"kata Ihsan percaya diri.
"Percaya diri sekali kamu? bukan suci yang akan kamu lepaskan, tapi Suci lah yang akan melepaskanmu dengan menggugat cerai dirimu...!" jawab Pak Andi mempertegas.
"Terimalah akhir dari karirmu, nikmati kesengsaraanmu yang akan dimulai setelah perpisahanmu dengan suci...!"Kata pak Andi lagi.
Tak berapa lama datanglah dua seorang security ke ruangan tersebut. Kedua petugas keamanan perusahaan tersebut sengaja di panggil oleh Pak Andi untuk mengusir secara paksa Ikhsan dari perusahaan tersebut.
Karena pak Andi dapat menduga jika Ikhsan akan sulit menerima surat pemecatan dirinya, dan ternyata dugaannya itu benar.
"Seret laki-laki ini keluar dari ruangan saya, dan pastikan jika dia tidak bisa masuk ke perusahaan ini dengan alasan apapun, meskipun sebagai kurir ataupun pengantar makanan...!" perintah Pak Andi yang langsung di laksanakan oleh kedua petugas keamanan tersebut.
"Jangan lupa, masukkan laki-laki ini dalam daftar list hitam perusahaan ini, perlu kalian ingat, bawal bayangannya pun tidak boleh ada di perusahaan ini di sudut manapun...!" kata Pak Andi dengan tegasnya.
Akhirnya dengan terpaksa Ikhsan meninggalkan ruangan tersebut, Ikhsan memilih untuk berjalan sendiri dan tak mau di seret. Dia cukup untuk memiliki malu jika itu sampai terjadi kepadanya.
Tak berapa lama suara notifikasi pun masuk ke ponselnya, rupanya itu adalah notifikasi p********n terakhirnya dan juga uang pesangonnya dari perusahaan.
Ikhsan merasa bersyukur karena ternyata dia di berhentikan dari perusahaan tersebut tidak dengan tangan kosong. Gaji terakhirnya ternyata di bayar full, beserta uang pesangon yang di janjikan saat awal teken Konta dulu yaitu sebanyak satu bulan gaji.
"Syukur lah, ternyata aku masih punya pegangan untuk kebutuhan kami sehari-hari...!" batin Ikhsan penuh rasa syukur.
Ihsan memutuskan untuk menyembunyikan uang tersebut dan tetap duduk manis di rekeningnya, ia tak mau sisa uang satu-satunya tersebut akan lenyap tanpa tersisa dengan gaya Hedon Mamanya dan juga istri sirinya.
"Aku harus cepat mencari pekerjaan baru, tak mungkin aku hanya diam dan mengandalkan uang ini, tentu semuanya tak akan cukup untuk makan kami bertiga..!" batin Ikhsan yang masih waras fikirannya.
Tapi saat kembali mengingat bahwa perusahaan yang tempatnya bekerja selama ini merupakan milik suci, pikiran jelas pun kembali menguasai.
"Aku adalah suami Suci, tentu aku lebih berhak atas perusahaan itu daripada om Andi, apa yang dimiliki Suci tentu bisa dijadikan harta gono gini jika kami harus berpisah...!" Ucap Ikhsan ngawur.
"Aku akan mempersulit proses perceraian itu, kecuali kalau Suci mau menerima syarat yang aku diajukan nanti...!" katanya lagi.
Dia tersenyum menyeringai membayangkan betapa banyaknya harta yang akan dimilikinya nanti, tak hanya perusahaan yang menjadi incarannya, bahkan rumah yang mereka miliki selama ini luput menjadi targetnya.
Dengan langkah lunglai ikhsan melangkahkan kakinya ke arah bengkel tempat kerjanya yang dulu, ia berharap jika nanti masih diterima di sana. iya berpikir karena selama ini tak pernah melakukan kesalahan, maka dia berharap jika dia akan diterima di sana.
Jika memang dia nanti diterima di bengkel tersebut, maka dia akan memiliki uang untuk pemasukannya setiap hari.
Nasib baik masih berpihak kepadanya, pemilik bengkel yang merupakan bosnya yang lama menerimanya kembali bekerja di sana, dan itu membuatnya bersyukur berkali-kali.
Ikhsan pun memutuskan untuk pulang dulu ke rumah dan memulai pekerjaannya besok pagi, Ia hendak menyampaikan apa yang di alaminya hari ini termasuk pemecatannya di perusahaan tersebut.
Saat Niken mengetahui bahwa sang suami dipecat dan kini hanya menjadi pegawai serabutan di bengkel lama tempat kerjanya dahulu, Niken menjadi marah besar, ia tak terima dan takut dengan bayang-bayangnya sendiri.
Tanpa banyak bicara di handphone langsung masuk ke kamarnya dan mengemas semua pakaian miliknya, tiket bermaksud untuk keluar dari rumah tersebut dan meninggalkan Ikhsan.
Melihat sang istri siri keluar menyeret sebuah koper membuat Ikhsan kaget bukan main, dia langsung dapat mencerna jika istrinya itu memilih untuk pergi darinya.
Tapi fokusnya bukanlah pada itu, dia lebih mengkhawatirkan calon anaknya yang ada di perut Niken.
"Apa-apaan kamu Niken? Kamu mau pergi dariku? Kenapa? Apa karena aku sudah dipecat dan tidak bekerja di kantoran lagi?" tanya Ikhsan tak habis fikir.
"Kalau sudah tahu kenapa masih nanya?" jawab Niken datar dengan Nada mencibir dan menghina.
"Tidak, aku tidak mengizinkanmu...! kamu harus tetap di sini, Lagian kasihan anak kita yang ada di perut mu itu, itu darah dagingku kamu tak berhak membawanya pergi...!" Kata Ikhsan mencegat istri sirinya itu untuk pergi...
"Aku tidak minta izinmu...!aku pergi atas kemauanku sendiri, lebih baik aku pergi kepada ayah kandung bayi ini, daripada harus hidup miskin bersamamu... bahagia enggak, sengsara Iya...!" kata Niken yang semakin membuat Ikhsan tersentak kaget.
Bukan ini yang dia inginkan, lalu dia mengingat perkataan Niken tadi dengan sangat jelasnya.
"Apakah itu artinya bayi itu bukan anakku? kenapa dia membohongiku?" Batin Ikhsan berperang.
"Tidak usah bingung seperti itu, dulu aku memilihmu karena aku merasa bisa bahagia bersamamu tentu dengan nominal gajimu selama ini, tapi kalau kamu hanya kerja di bengkel saja? tentu itu tak akan mencukupi kebutuhanku...!" Niken mencibir pekerjaan dan juga uang hasil jerih payahnya.
"Pergilahhhh ...! Wanita sampah sepertimu memang harusnya kembali ke tempat sampah...!"