Endang cukup cerdas dan paham dengan maksud yang diutarakan oleh suci sebelumnya, untuk itu dia tidak banyak bertanya saat dijelaskan oleh Suci bahwa jika pekerjaan sudah siap lebih baik di kamar ataupun keluar rumah saja.
Tepat dipukul 11.00 siang Endang berniat untuk pulang, bertepatan saat Suci baru sampai depan rumah.
Endang mengucapkan rasa syukur karena itu berarti di rumah dia ada kawannya, yaitu sama chicken yang sesungguhnya.
"Buuu...!"Endang memanggil suci dengan berteriak.
Suci pun menoleh lantas tersenyum kepada Endang, "Baru pulang juga kamu ndang?"Tanya Suci basa-basi.
Endang mengangguk menjawab pertanyaan dari bosnya, kemudian dia menghampiri bosnya lalu berjalan di belakang bosnya tersebut.
Baru juga membuka pintu sudah disambut dengan suara yang menggelegar.
"Bagus ya kalian, Kenapa jam segini baru pulang? tidak tahu apa kalau kami ini kelaparan?"Kata ibu Windarti memarahi suci dan juga Endang.
Jika Suci hanya bersikap cuek dan tak menganggap jika sang mertua sedang memarahinya, beda dengan Endang yang langsung berlalu menuju dapur seolah tak menganggap jika orang yang ada di hadapannya itu sedang berbicara dengannya.
Suci lebih memilih untuk duduk di ruang tv sambil menunggu masakan Endang selesai.
Umpatan-umpatan terdengar di telinga suci Tapi Suci hanya menganggapnya angin lalu. Kini saat dirinya duduk di depan televisi pun suara merdu sama mertua masih mengiringi dan mengikutinya.
"Apaan sih ibu tua ini, seperti makhluk astral saja suaranya selalu mengikutiku di manapun...!"kata suci dalam hatinya.
"Kamu itu budek atau tuli? ada orang tua ngomong bukannya didengerin malah nyelonong begitu saja... kamu anggap Mama ini apa? Radio?" Kata ibu Windarti sengaja berdiri di depan Suci guna menghalanginya untuk menonton TV.
Suci pun mendengus kesal, lalu mau tak mau dia pun menanggapi perkataan sang mertua.
"Suci sedang nonton TV loh ma, kenapa Mama malah berdiri di hadapan suci? nggak kelihatan dong mah...!"kata Suci memprotes tindakan sang Mama mertua.
"Mama maunya apa sekarang?" Tanya Suci santai.
"Sekarang cepat kamu masak, setelah itu kamu cucikan baju Mama dan juga Niken...! cepat sana...!" perintah ibu Windarti.
Jika biasanya Suci akan menurut begitu saja tanpa membantah atau perlawanan apapun, namun kali ini Suci lebih memilih untuk menolak secara langsung apa yang diperintahkan oleh orang tua suaminya tersebut.
"Nggak ah mah, Suci capek, Suci sedang mager dan lagi pengen nonton TV saja...!"tolak suci tanpa rasa berdosa.
"Untuk bajunya Niken Kenapa harus suci yang nyuci? emangnya Niken tidak punya tangan dan kaki? perasaan tangan dan kakinya masih lengkap deh...! lagian ya Mah nyucinya itu menggunakan mesin cuci, jadi Suci rasa Niken tidak akan kecapekan deh...!"kata Suci selanjutnya.
"Sudah berani membantah ya kamu itu...! kalau mama bilang cucikan baju Mama ya cucikan...! sudah sana jangan banyak bantah...!"kata Bu Windarti tidak menggubris apa yang dikatakan oleh menantunya.
Ia sangat tidak suka saat Suci berani melawan dan tidak menjalankan perintahnya.
"Suci mager mama...! Suci saja menggaji pembantu kok untuk melayani suci, lah kenapa malah Suci melayani Mama sama Niken?" masih dengan nada yang santai Suci menjawab perkataan dari mertuanya.
"Oh rupanya, babu yang kamu bayar itu sedang memasak untuk makan siang? ya baguslah kalau begitu...! sekarang tugasmu untuk mencuci baju Mama dan juga Niken...!"perintah ibu Windarti sekali lagi.
"Ogah, Suci sedang malas mama...!"kata Suci masih membantah.
"Dasar menantu kurang ajar, diperintah sama orang tua bukannya menurut, ini malah membantah terus dari tadi...!"kata ibu Windarti dengan menunjuk muka suci.
Suci hanya mengedikkan bahunya tanda tidak terusik sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh sang mertua.
Tak berapa lama Niken keluar dari kamarnya, kemudian dia menghampiri suci dan juga Ibu Windarti.
"Eh Mbak Suci udah pulang, Mbak Suci aku tidak bisa menggunakan mesin cuci yang ada di rumah ini, tolong nanti cucikan bajuku ya mbak?"Kata Niken tak tahu diri bahkan tak ada sungkan-sungkannya sama sekali.
"Siapa kamu berani menyuruhku? Aku saja membayar art untuk melayaniku...! Kenapa pula malah aku harus melayanimu? Situ waras?"Tanya suci menunjuk ke arah Niken.
"Yang perlu dipertanyakan waras tidaknya itu kamu..!"Ibu Windarti menyela perkataan Suci.
"Kamu tahu kan kalau Niken di sini itu tamu? Lagian ya kamu tidak bisa lihat apa kalau perutnya kan itu sudah membuncit seperti itu? Waras kamu menyuruhnya untuk cuci sendiri?"Kata ibu Windarti menunjuk perut Niken yang memang sudah membuncit.
"Ya kalau tidak sanggup cuci baju, laundry dong...! komplek ini banyak kok jasa laundry, tiga rumah dari sini saja dia juga menyediakan jasa laundry...! bawa aja ke sana..!"jawab Suci dengan santainya.
"Di rumah kan ada mesin cuci Mbak, kenapa Mbak Suci nggak mau menolongku sih? Kan lumayan uangnya bisa Mbak Suci pakai...! jangan khawatir Mbak aku tidak gratis kok meminta tolong sama Mbak Suci...!"kata Niken meremehkan.
Tak tahu saja dia kalau selama ini yang menanggung kehidupan di rumah tersebut adalah Suci, bahkan uang yang digunakan oleh Niken sendiri pun itu sebenarnya adalah haknya Suci yang dirampas tanpa Suci menyadarinya.
"Maaf, tidak tertarik...! coba aja sana tawarkan kepada Endang, siapa tahu dia mau membantumu dengan upah...!" kata Suci memberi usul.
"Tapi kalau dia tidak mau, jangan memaksa ya...! dia di sini itu aku kasih untuk melayaniku bukan untuk melayanimu ataupun melayani yang lain...!"lanjut suci mempertegas ucapannya.
"Kok gitu sih Mbak..?"protes Niken.
"Ya suka-suka aku lah...!"jawab Suci.
Tiba-tiba saja muncul Ihsan menyahuti perkataan dari Suci.
"Loh loh, kamu mengambil art itu bukannya untuk melayani Niken ya Dek? Kok malah hanya melayani kamu? Terus bagaimana dengan kami?"Tanya Ikhsan pun turut memprotes.
"Ya terserah kalian, mau apa-apa ya layani diri sendiri dong...! Aku sudah capek memeras otak untuk mencari cuan dari dunia menghalu, wajar dong kalau aku minta dilayani, toh juga aku sendiri yang menggajinya, aku tidak meminta sedikitpun darimu lho Mas...!"jawab Suci.
"Tapi kan dek, nggak ada salahnya kan kalau dia sekalian melayani kami? Toh sudah kamu bayar juga bukan?" Protes Ikhsan sekali lagi.
"Tapi sayangnya, dalam kontrak hanya tertulis bahwa dia melayaniku saja, juga membersihkan rumah ini...! kalau dia ikut melayani kalian semua, itu artinya aku harus mengeluarkan uang tambahan lagi dong...? Nggak ah..!" Jawab suci.
Setelah perdebatan yang cukup panjang tentang pekerjaan Endang, Endang pun menghampiri Suci untuk mengatakan kalau dirinya telah selesai untuk memasak.
"Maaf Bu, masakan untuk makan siang sudah selesai, silakan Ibu kalau mau makan...!"kata Endang yang disambut dengan senyuman sumringah di bibir semua orang yang ada di sana.
Suci pun melenggang pergi menuju ke meja makan, dia lantas duduk lalu dilayani oleh Endang.
Tak berapa lama kemudian menyusul lah Ibu Windarti Niken dan juga Ihsan.
Saat melihat meja makan ketigannya melotot tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.
"Suciiii....!"