Menulis di taman

1050 Kata
"Buatkan Sarapan Buat Mama dek, Buatku juga ya? lebihkan juga untuk Niken...!" kata Ikhsan dengan santainya. "Nggak mau...!" Jawab suci singkat. Suci masuk kembali ke kamarnya, tak lama setelahnya dia keluar dengan sudah berganti pakaian yang sedikit lebih rapi dari tadi. Tak dipedulikannya mata melotot dari sang mertua, iya tetapi lenggang cantik keluar dari rumahnya untuk menuju ke taman seperti yang dikatakannya tadi. Saat dia hendak menulis, tentu dia memerlukan suasana yang tenang supaya ide-ide itu bisa mengalir dengan sendirinya, tapi jika keadaannya riweh seperti saat sekarang di dalam rumahnya, tentu hal itu tidak akan bisa mengalirkan cerita-cerita dalam otaknya. "Yang punya rumah siapa? Yang keluar siapa? Haduuuuhhh, ini nih definisi dunia terbalik...! nasib nasib...!"Suci mengomel tapi tetap dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Di taman tersebut suasana cukup ramai karena hari ini adalah hari Minggu, banyak anak-anak kecil yang bermain di sana, tapi hal itu cukup membuat tersenyum. "Dulu aku sangat mengharapkan kehadiran malaikat kecil di rumah tangga kami, Tapi hal itu sudah tidak menjadi prioritasku lagi, sekarang aku tidak mengharapkan untuk diriku hamil...!"gumamnya sendiri. Dengan bersandar di sebuah pohon besar yang ada di taman tersebut, kini Suci membuka laptopnya, iya mulai membuat sebuah cerita untuk kelanjutan bab novelnya yang sudah terkontrak. Jika biasanya Suci hanya membuat naskah eksklusif saja untuk sebuah cerita yang diunggahnya, kini Suci mencoba untuk membuat sebuah naskah non eksklusif. Sedikit banyak Suci merasa tergiur dengan kawan sesama penulisnya yang memiliki cerita non exklusif yang bisa disebar di berbagai platform. Mungkin cuman yang didapatkan memang tidak banyak, tapi dengan satu cerita itu dia bisa menyebarkannya di berbagai platform online dan itu pun tanpa memikirkan cerita baru dan hanya copy paste lalu tempel saja. Dengan pendidikan suci yang memang tak sampai ke jenjang tinggi, suci dibilang cukup praktek dalam urusan ponsel ataupun aplikasi. Suci tidak pernah membuat cerita melalui file doc ataupun apapun di sebuah aplikasi, dia hanya menulis secara manual lewat situs web ataupun langsung lewat aplikasi yang disediakan oleh platform lalu mengunggahnya. Di taman tempatnya duduk, suci sengaja tidak duduk di atas bangku, dia lesehan dengan tanpa menggunakan alas, tempat yang cukup bersih membuatnya tidak risih meskipun dia duduk di atas tanah yang tanpa alas sekalipun. Ide mengalir dengan sangat cepat, jika dalam 1 jam dia biasanya hanya bisa membuat sebanyak 1000 sampai 1500 jumlah kata, kini dalam satu jam dia bisa menghasilkan 2000 sampai 2500 jumlah kata, dan Itu dia bagi menjadi 3 bab atau 3 episode dengan jumlah kata setiap episodenya sebanyak 800 jumlah kata. Tengah asik menambahkan bab lagi, Suci dikagetkan dengan panggilan seseorang dari arah samping sebelah kanan. "Ibu Suci...!" teriak wanita tersebut yang tak lain tak bukan adalah Endang ART barunya. Setelah menoleh dan mengetahui bahwa yang memanggilnya adalah Endang, Suci pun hanya tersenyum kemudian kembali menatap laptopnya. Endang pun menghampiri sang majikan kemudian mengajak majikannya itu berbincang. "Maaf Bu, apakah saya mengganggu?"Tanya Endang basa-basi. Suci tersenyum kemudian berkata,"Saya kalau sedang menulis sebuah cerita, suasananya harus sesuai dengan mood hati saya. Jadi kalau kamu bertanya Kamu mengganggu atau tidak, maka jawabannya adalah iya...!"jawaban Suci tersebut membuat Endang menjadi salah tingkah. Endang tak tahu harus berbuat apa, itu sebabnya dia hanya menyengir kuda lalu hanya duduk diam saja di dekat majikannya tersebut. Mengetahui jika art-nya seperti kebingungan, akhirnya Suci pun berbicara kembali. "Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan di sini Endang, Aku tidak akan pernah melarang mu, tapi jangan sekali-kali menggangguku menulis...! karena aku butuh ketenangan...!"Suci menjeda kalimatnya. "Apakah kamu sudah belanja? Aku belum memberimu uang belanja bukan?"Tanya suci sambil mengetik. "Belum Bu, saat saya keliling tak satupun menemukan tukang sayur, itu sebabnya saya belum berbelanja, kalau Ibu tidak membawa uang, saya bisa menggunakan uang saya dulu Bu...! nanti Ibu bisa menggantinya...!"jawab Endang. Kemudian Suci pun mengeluarkan uang satu lembar berwarna merah untuk Endang berbelanja. "Kamu cukup membeli sayuran dan juga ikan, beras beserta bumbu masih tersedia banyak di rumah, jangan lupakan untuk mencatat semua belanjaan mu...!"Suci memperingatkan. "Bukan bermaksud pelit, tapi aku hanya ingin memberikanmu pelajaran sebuah kedisiplinan, lagi pula aku juga tidak ingin memberikan kesempatanmu untuk menjadi orang yang curang jika memiliki kesempatan untuk melakukan hal tersebut...!"mendengar kata-kata majikannya yang terlontar Endang pun cukup paham. "Baik Bu, saya akan memerinci setiap belanjaan saya setiap harinya...!"jawab Endang dengan menerima uang yang diberikan oleh Suci. "Maaf Bu, mengganggu sekali lagi...!"kata Endang dengan tersenyum. "Saya belanjanya untuk 5 orang yang berada di rumah, atau cuma untuk saya dan ibu saja?"tanya Endang karena bingung dan tak tahu. "Seperti yang saya katakan kemarin, tugasmu adalah khusus untuk melayaniku saja, untuk mereka bertiga Kamu tidak usah ambil pusing...! jadi intinya kamu memasak dan membeli bahan itu sekiranya cukup untuk kita berdua saja...!"jawab suci. "Dan ingat sekali lagi, kamu tidak perlu berkali-kali memasak di dapur, dalam sehari itu kamu cukup memasaknya satu kali usahakan untuk cukup buat kita berdua sampai malam hari...!"kata Suci kemudian. "Apakah ibu tidak menginginkan masakan yang berbeda setiap kali makan?"tanya Endang memastikan. Pasalnya selama ini jika dia bekerja dengan orang lain, maka setiap jam makan itu menunya berbeda-beda. "Buat apa? yang ada boros...! Aku tidak mau mempunyai ini sifat buruk setan tersebut...!"jawab suci. "Khusus untuk sarapan saja, aku akan membuatkan jadwal untukmu menyiapkannya..!"kata Suci kemudian. "Sudah jangan mengajak saya ngobrol lagi, Saya mau melanjutkan menulis, Kamu pergilah dan cari mamang sayur...!"kata Suci sedikit mengusir. Mau tidak mau akhirnya Endang pun pergi meninggalkan majikannya tersebut. Endang lalu berjalan mencari mamang sayur seperti yang diperintahkan oleh Suci. Endang pun berbelanja seperti apa yang diarahkan oleh majikannya tadi, hari ini dia berniat untuk membuat sayur asem-asem saja. Endang membeli tetelan untuk sayur yang hendak dimasaknya, menu pilihan lainnya untuk lauk dia sengaja hanya membeli kerupuk saja. Karena kata suci semua bahan masih tersedia di rumah, maka Endang hanya membeli bahan sayuran dan juga lauk saja. "Ibu Suci marah tidak ya saya hanya membuat sayur dengan kerupuk sebagai lauknya?"Endang bertanya-tanya sendiri dalam hatinya. "Semoga ibu Suci tidak marah, dan andai nanti masakanku tak cocok di lidahnya, maka besok aku akan lebih berusaha lagi...!"kata Endang dalam hatinya. Setelah berbelanja, Endang sengaja duduk-duduk sebentar di taman tempat suci duduk tadi, Ia memutuskan untuk berdiam diri di sana menunggu waktu untuk memasak tiba. Endang cukup cerdas dan paham dengan maksud yang diutarakan oleh suci sebelumnya, untuk itu dia tidak banyak bertanya saat dijelaskan oleh Suci bahwa jika pekerjaan sudah siap lebih baik di kamar ataupun keluar rumah saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN