Status di KTP Niken

1046 Kata
"Terserah...! itu peraturan dariku kalau kamu ingin tinggal di sini, kalau tidak mau ya tidak masalah...! hust... hust...!"Suci mengibaskan tangannya seolah mengusir Niken untuk segera pergi dari rumahnya. "Tidak apa-apa loh Niken, kamar di belakang itu tidak terlalu buruk kok, tidak beda jauh dengan kamar tamu di sini, luasnya hanya selisih setengah meter saja, untuk kamu yang sendirian, aku rasa cukup nyaman kok...!"Ibu Windarti berkata dengan menahan sedikit amarahnya, itu terlihat dari dia menggeretakkan giginya saat berkata demikian kepada Niken. "Ah ya hampir lupa, nama kamu siapa sih? Niken? Niken siapa? Niken salindri? kalau mau tinggal di sini kamu harus menyerahkan KTP milikmu, supaya nanti aku daftarkan ke Pak RT bahwa kamu penghuni baru di sini sebagai ART...!"Suci berkata dengan santainya. Meskipun semua yang ada di ruangan tersebut merasa geram tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa, Suci benar-benar mempermainkan emosi mereka semua yang ada di sana. "Main-main denganku, hidup numpang saja belagu...! makan saja menggunakan uangku, tidur di rumahku, fasilitas dengan uluran tanganku, lah kok mau bertingkah...? hellowww...? dikiranya aku wanita bodoh apa? Aku ini bukan wanita yang gampang ditindas seperti yang ada di n****+-n****+ ya?" Suci membatin dalam hatinya penuh kemenangan, bahkan tanpa sengaja dia senyum-senyum sendiri saat mengatakan hal itu. "Kalian mau bermain kan...? Oke...! aku jabanin, sejauh mana kalian mampu bertahan dengan permainan yang kalian buat...!"kata Suci dalam hatinya. "Malah bengong...? mana KTP kamu? Jangan-jangan kamu tidak punya KTP? Wahhhh... tidak beres ini! aku tidak bisa menerima orang tanpa identitas ya? Kalau kamu teroris bagaimana? Hangus rumah aku kamu bakar...?"Ucapan tajam Suci membuat ketiga orang yang ada di ruangan tersebut melotot tak percaya. "Kok kamu jadi begini sih dek? Suci yang aku kenal biasanya tidak seperti ini loh?" Kata Ihsan masih dengan nada lembut seperti biasanya. Melihat sikap Ikhsan membuat suci punya ide untuk memanas-manasi perempuan hamil yang ada di hadapannya. "Mas Ihsan bisa aja deh, emangnya aku lembut seperti apa Mas biasanya?" Dengan nada yang manja dia berkata kepada suaminya tersebut. Tak lupa dia sengaja mencium pipi sang suami di hadapan semuanya, sebenarnya dia merasa jijik saat melakukan itu, tapi itu sengaja dilakukannya untuk membangkitkan cemburu dan juga amarah wanita yang tadi sempat dikenalkan sebagai istri kedua oleh suaminya. "Tak tahu malu, pamer kemesraan di depan orang...!"celetuk Niken saat mengetahui sikap manja dan romantis yang ditunjukkan oleh Suci. "Whattt...? Kamu bilang apa barusan? Tak tahu malu? Kamu yang tak tahu malu. Kami kan pasangan suami istri, wajar dong kami seperti ini, ya nggak wajar itu kalau dia berstatus orang lain tapi malah hamil dengan laki-laki tersebut...!"jawab Suci. "Nah lo, tersindir kan?"Batin Suci masih dalam hatinya. "Maksud Mbak Suci apa ya?"Tanya Niken tunangan berdiri. "KTP kamu mana Niken? Kalau kamu tidak punya KTP jangan harap kamu bisa tinggal di sini, kamu hanya aku izinkan untuk di teras saja! mau...?"Suci mengalihkan pembicaraan dan tak mau membahas lebih jauh lagi. "Intinya, kalau kamu tidak ada KTP, ya sudah pergi aja..! cepat sini mana? Waktuku sudah banyak terbuang di sini, seharusnya aku sudah mendapatkan satu bab sejak tadi, eh ini malah dapat nggak jelas di sini..!"kata Suci lagi. Kemudian Niken memberikan KTP-nya kepada Suci, Suci segera menyambarnya lalu membaca nama yang tertera di sana. "Niken Anastasia, kelahiran Semarang 26 Mei tahun 2000? status cerai hidup?" Suci membaca tulisan di KTP tersebut dengan kening mengerut. "Dari KTP sini saja sudah terlihat jelas kebohongan yang kalian lakukan, tapi tak apa, kita ikuti saja permainannya...!"suci dalam hatinya membatin. "Baiklah...! ayu Niken bawa kopermu, akan aku tunjukkan di mana kamarmu. ingat ya? Kamu di sini bukanlah seorang nyonya. Kamu juga harus membantu saya membersihkan rumah ini, tak perlu yang berat-berat lah, Karena aku tahu kamu sedang hamil...!"kata Suci. "Mas Ihsan tolong bawakan koperku ya?"Tanya Niken yang tak tunggu bersama sekali perkataan dari Suci. "E e e eeee....! Siapa bilang kamu boleh menyuruh suamiku? Suamiku ini bukan pesuruhmu ya? Sudah bagus aku izinkan Kamu tinggal di sini, malah mau menyuruh-nyuruh suamiku pula...! situ waras...?"Tegur Suci karena Niken telah menyuruh Ikhsan untuk membantunya membawa koper. "Tak apalah dek, lagian kan Niken perutnya sudah besar itu, kasihan kalau menarik koper sendirian...!" kata Ikhsan yang hendak menyambar koper yang ada di dekat kursi. "Kalau aku bilang tidak, ya tidak...! jangan coba-coba membantah kata-kataku...!" Kata Suci dengan tegasnya. "Bawa kopermu sendiri, atau aku berubah pikiran untuk membiarkanmu tinggal di sini...!"kini Suci berkata kembali kepada Niken. Mau tidak mau Niken pun menyeret kopernya sendirian, tanpa bantuan Ihsan maupun Ibu Windarti mertuanya. "Rumah ini kan cukup besar Suci, kasihan kalau Suci mengerjakan semuanya sendirian, bagaimana kalau kamu mempekerjakan ART saja?"Bu windarti berusaha lembut saat bicara dengan menantunya tersebut. "Benar juga kata Mama, ini sepertinya memang kebetulan yang tak direncana, kemarin aku sudah memesan 1ART di sebuah yayasan, dan katanya besok akan diantar langsung ke sini..! lagi pula kamar art kan ada dua, jadi art itu nanti akan tinggal di sebelah kamarnya Niken...!"Sebenarnya kata-kata yang diucapkan oleh Suci hanya ingin menunjukkan bahwa kedudukan Niken itu sama seperti art dan bukan nyonya besar. "Tapi kok rasanya tidak etis ya dek? Masak Niken tinggal berdampingan dengan art di belakang? Niken ini saudaranya Mama loh...?"Ihsan mencoba menggoyang keputusan istrinya. "Memang seperti itu kan? Emangnya Niken di sini siapa?" Tanya Suci pura-pura bingung. Setelah mengatakan itu Suci pun mengarahkan pandangannya kepada Niken kemudian berkata. "Niken Anastasia, mulai sekarang kamar ini adalah milikmu, tapi maaf ya kamarnya belum siap, karena kamar ini sudah lama tidak berpenghuni, maka jangan heran kalau banyak debunya...! silakan kamu bersihkan dulu kalau kamu ingin istirahat." kata Suci dengan santainya. Setelah selesai mengatakan apa yang ingin dikatakannya, Suci pun langsung menggandeng suaminya untuk pergi dari sana. Tak dipedulikannya raut wajah Niken yang entah seperti apa. Suci merasa puas karena sudah mengerjai Niken saat ini. "Rasain lo, enak saja mau santai-santai tinggal di sini, emangnya lu siapa? pelakor aja belagu...!"kini Suci bisa per tertawa dengan puas dalam hatinya. "Ini baru permulaan ya? Akan ada kejutan-kejutan lain yang akan kamu terima di rumah ini...!" Batin Suci dalam hatinya. "Dek, Niken itu sedang hamil loh? Masak Dia harus mengerjakan dan membereskan kamarnya sendiri? Kenapa nggak kamu kasih kamar tamu sih?" protes Ikhsan. Pertanyaan Ihsan hanya mendapatkan pandangan tajam dari Suci, dan itu cukup membuat nyali Ikhsan mengkerut. Tapi sedetik kemudian Suci pun tersenyum dan itu berhasil membuat lengkungan di bibir Ihsan. "Kalau tidak Niken sendiri yang membersihkan? Lantas siapa? Aku?" Tanya suci.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN