Sandiwara

1050 Kata
"Ikhsan...! bisa kamu jelaskan kenapa suci bisa mengatakan kalau ini adalah rumahnya? bukankah saat itu kamu bilang kalau ini adalah rumah yang kamu beli?"kata ibu Windarti meminta penjelasan kepada sang anak. "Itu Mah anu... maafkan Aku...!"Ihsan akhirnya hanya minta maaf karena tak memiliki jawaban lain. "Kenapa kamu tidak bilang dari awal kalau rumah ini adalah rumah istrimu? kalau kamu bilang dari awal Mama bisa membantumu untuk mengambil alih rumah ini menjadi milikmu, Kenapa kamu bodoh sih Ihsan? kalau sudah begini bagaimana? kita mau tinggal di mana? kamu itu terlalu gegabah...!"Bu Windarti mengumpat sang anak yang terlalu bodoh menurutnya. Ia tak menyesali jika rumah itu adalah milik menantunya, tapi yang ia sesali adalah Kenapa anaknya begitu bodoh tak mau terus terang kepadanya seperti yang ia utarakan tadi. "Begini saja, kita buat siasat baru...!"kata Bu Windarti. Ibu Windarti kemudian berkata dengan sedikit berbisik mengutarakan apa yang direncanakannya. Melihat dari raut wajahnya Niken, sepertinya Dia tidak setuju dengan apa yang direncanakan oleh ibu mertuanya, tapi apa mau dikata tentu Niken tidak punya pilihan lain. Dia pun sempat kecewa saat mengetahui bahwa rumah tersebut bukanlah milik suami sirinya, awalnya dia sudah berangan untuk menjadi Nyonya di rumah besar tersebut, memiliki gaji suaminya dengan utuh yang nominalnya adalah 8 juta. Selama ini Ihsan membohongi istrinya tersebut dengan mengatakan bahwa gajinya hanya sekitaran UMR kota tersebut saja, padahal satu bulan setelah dia menikah dengan suci, Ihsan diterima kerja di sebuah perusahaan dan mulai saat itu gaji Ihsan mulai menanjak naik dan mencapai 8 juta perbulan sejak 6 bulan terakhir. "Kamu setuju kan Niken?"kata ibu Windarti memastikan kalau Niken tidak akan berbuat macam-macam dengan rencananya apalagi mengacaukannya. Niken pun mengangguk patuh dan tak membantah perkataan Ibu mertuanya tersebut. "Bagus...! kamu memang menantu idamanku, cantik penurut dan juga tidak mandul...!"kata ibu Windarti memuji menantunya. "Sebentar lagi suci akan keluar, kamu harus siap dengan peran mu Ikhsan, ingat...!jangan sampai kaku."Ibu Windarti menjelaskan maksudnya. Benar saja, 5 menit kemudian suci keluar dan menghampiri mereka, pandangan suci mengernyit heran karena menyaksikan ketika orang yang tadi diusirnya malah masih duduk manis dan bercengkrama di sana. "Belum selesai rupanya, baiklah...! biar biar security kompleks aja yang akan membantu kalian membereskan barang-barang kalian...! bagaimana?" Tanya suci masih dengan sikap yang santai. "Eh suci, menantu kesayangan Mama..! maafkan Mama ya nak sudah membuatmu marah seperti ini...! tadi sebenarnya Mama sedang bercanda kepadamu." Kata ibu Windarti bersikap lembut tak seperti biasanya yang selalu kasar. "Biar Mama jelaskan ya? tadi mama hanya ingin nge-prank kamu dengan membawa keponakan Mama ini ke sini, kasihan dia sudah tidak punya saudara lagi, kalau kemarin dia masih ditemani oleh suaminya, tapi seminggu yang lalu suaminya sudah meninggal karena kecelakaan...!" Ibu Windarti berhenti sejenak dalam menjelaskan, ia ingin memastikan bagaimana reaksi dari menantunya tersebut. "Untuk itu Mama meminta Ihsan untuk menjemputnya agar bisa tinggal bersama kita di sini, Mama pikir karena dia tengah mengandung, nanti anaknya bisa kita asuh bersama di sini? Mama tahu kamu sudah merindukan kehadiran bayi di rumah tanggamu, siapa tahu bisa jadi pancingan kan?"jelas ibu Windarti kemudian. Sementara Ihsan dan juga Niken hanya berdiam menyimak, mereka menyerahkan semuanya kepada sang ibu untuk menjelaskan kepada suci. "Sebagai sesama wanita Mama tahu kamu tidak akan menolak jika Niken Mama ajak tinggal di sini! Mama tahu hatimu lembut nak?" kata ibu Windarti serupa sebuah rayuan. Mendengar penuturan dari ibu mertuanya kini Suci langsung menatap ke arah suaminya, sementara Ihsan yang ditatap hanya bisa memberikan cengiran kuda sebagai jawabannya. "Bisa jelaskan?" Tanya Suci kemudian. "Yang dikatakan Mama itu benar dek, maafkan Aku... aku tadi hanya nge-prank Kamu, tak tahunya kamu memang sebegitu cintanya sama aku, maaf ya sudah membuatmu marah tadi...!"Jawab Ihsan yang sudah kembali ke mode biasanya yang selalu bersikap lembut kepadanya. Suci mulai bimbang tak tahu harus mempercayai yang mana? Kali ini Suci merasa jika suaminya itu Tengah berbohong kepadanya, tapi dia sama sekali tidak memiliki bukti untuk membantah yang menjadi kecurigaannya. Akhirnya Suci membuat keputusan untuk mengikuti dulu permainan mereka, dia pun menyetujui jika Niken akan tinggal di rumahnya. "Seperti itu rupanya, baiklah...! perempuan itu boleh tinggal di sini, tapi dia harus ikut dengan peraturanku juga di mana aku menempatkannya..! bagaimana?"Tanya Suci kepada ketiga orang yang ada di hadapannya. "Niken adalah anak baik, dia tentu akan mengikuti semua peraturan yang kamu buat, iya kan Niken? Dia akan kamu tempatkan di salah satu kamar tamu kan? Tentu dia juga tidak akan keberatan tentang hal itu...!"kata ibu Windarti dengan percaya dirinya. "Oh tidak bisa Ma, kalau Niken mau tinggal di sini, dia harus menempati kamar pembantu di belakang, kamar yang dekat dengan ruang dapur dan juga kamar mandi. Kalau mau sih, kalau tidak mau juga tidak apa-apa...!"jawab suci. "Kok begitu dek? kasihan loh, Niken nya lagi hamil, kasihan dia kalau di belakang sendirian, nanti kalau dia perlu apa-apa bagaimana?" Kini Ihsan yang angkat bicara seolah keberatan dengan apa yang diputuskan oleh Suci. "Aku tidak memaksa Mas, hanya kamar itu yang aku sediakan untuk dia, satu lagi... selama di sini Dia harus mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti menyapu mengepel, juga membuat masakan. Tenang saja, aku nanti akan menggajinya setiap bulan...!"tata Suci dengan santainya. "Mbak Suci kira aku ini pembantu apa?" Protes Niken tak terima. "Mas Ihsan, Mama...aku nggak mau...! lebih baik aku tinggal di rumah kontrakanku saja, sendiri juga nggak papa. Daripada di sini menjadi pembantu, ih ogah...! nggak level...!" protes Niken lagi meminta pembelaan dari suami dan mertuanya. Ibu Windarti pun merasa geram dengan apa yang dikatakan oleh Suci, tapi sebisa mungkin dia menahan diri demi tercapai keinginannya. "Suci sayang, kalau seperti itu jatuhnya kamu zalim sama ibu hamil, kehamilannya ini memasuki 7 bulan loh, kamu tentu tidak bisa merasakan betapa beratnya dalam posisi Niken, Karena kamu belum pernah hamil..!"kata-kata Ibu Windarti meskipun terdengar sangat halus tapi begitu menyayat dan menusuk Di hati Suci. "Mama juga mau minta izin sama kamu nanti untuk mengadakan acara 7 bulanan kehamilan Niken. supaya kamu juga bisa merasakan euforianya sebuah kehamilan...!"kata Bu Windarti tak tahu malu. "Maaf mah, Suci tidak tertarik...!" kata Suci langsung menolak keinginan mama mertuanya tersebut. "Pantas aja Mbak Suci tidak hamil-hamil, Lawong kamu kejam seperti itu kok...!" kata Niken dengan sinis nya. Meskipun perkataan itu sangat menusuk tapi sama sekali Suci tak memperdulikannya. "Terserah...! itu peraturan dariku kalau kamu ingin tinggal di sini, kalau tidak mau ya tidak masalah...! hust... hust...!"Suci mengibaskan tangannya seolah mengusir Niken untuk segera pergi dari rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN