Kamu janda aku bahagia

1005 Kata
"Jangan macam-macam kamu...! suci itu istriku, dan sampai kapanpun akan tetap menjadi istriku...!"kata Ikhsan dengan menunjuk ke arah Hisyam. "Lahh...!" "Bukannya kalau Mbak Suci sudah menjadi janda itu artinya dia sudah bebas? Dan Abang nggak ada hak untuk menghalangi aku...! Bebaaassss...!"Hisyam lebih jauh lagi menggoda sang kakak. "Dasar adik nggak ada akhlak, gak malu kamu mendapatkan sisanya Abang? ingat ya... sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan Suci, apalagi setelah aku tahu kalau dia adalah pemilik tunggal perusahaan tempatku bekerja selama ini...!"kata Ihsan yang berhasil membuat adiknya itu membeliakkan mata saking tak percayanya. "Walaaaahhh... Mbak Suci ini tajir melintir dong, sejak awal sebenarnya aku sudah curiga sih, rumahnya aja gedongan begitu...!"jawab Hisyam yang kembali menarik ingatan Ikhsan. Dalam hati Ikhsan membenarkan apa yang diucapkan oleh adiknya tersebut, kemudian dia merutuki kebodohannya sendiri, Kenapa tak menyadarinya dari awal. Rumah yang selama ini mereka tempati saja jika dirupiahkan berharga sekitar miliaran, tak mungkin kan jika dia orang susah bisa memiliki rumah semegah itu, meskipun ia tanpa art. "Benar kan Kata-kata Hisyam? Abang sih jadi laki-laki kurang bersyukur...! kehilangan berlian kan akhirnya...?"Hisyam mengolok kebodohan sang kakak. "Aku belum kehilangan Suci ya, sampai sekarang dia masih tetap istriku, dan tak ada sedikitpun keinginanku untuk melepaskannya...!" Ihsan membantah pendapat sang adik. "Kalau Abang lupa, mari saya ingatkan...! Abang dan Suci menikah di catatan sipil bukan? pernikahan Abang itu memiliki perlindungan hukum, meskipun Abang tak mau melepaskan kak Suci, Tapi hakim yang berwenang bisa memisahkan kalian, apalagi jika kak suci memiliki bukti yang kuat...!" Hisyam menjelaskan yang di ketahuinya. "Kecuali Kak suci yang tidak mau berpisah sama Abang, nah itu lain ceritanya...!" lanjut Hisyam lagi yang sedikit menerbitkan cahaya harapan di hati Ihsan. "Aku yakin suci tak akan mau berpisah denganku, dia hanya marah saja kali ini...!" kata Ikhsan dengan percaya dirinya. Plok plok plok...! "Rasa percaya diri Abang itu memang patut diacungi jempol...! sudah ah aku tidak mau ikut campur urusan Kakak juga Abang, aku ke sini hanya mau mengambil bajuku yang tersisa saja...! sayang kalau dibuang...!"kata Ikhsan mengakhiri perbincangan yang ada. "Mama kalau mau ikut aku boleh kok, tapi aku belum memiliki rumah ya mah...! Aku tinggal di sebuah kontrakan dekat tempatku bekerja...!"kata Hisyam menawari sang ibu untuk tinggal bersamanya. "Enggak lah...! pasti kontrakanmu kecil, Mama mau tinggal lagi di rumahnya Suci, sana kan lebih besar, apalagi sekarang ada art-nya...!"Ibu Windarti menolak ajakan Sang putra bontot. "Terserah Mama saja...! bajuku mana Mah? Aku mau segera pulang saja lah...!"kata Hisyam lagi. Ibu Windarti lalu masuk dan mengambil Tas pakaian milik Hisyam, kemudian menyerahkannya kepada putranya tersebut. "Nih tas kamu, tau masih utuh apa nggak isinya, bukan mama yang mengemasnya soalnya...!"kata ibu Windarti menjelaskan bahwa memang dirinya bukan yang emas tas milik putranya. "Pasti utuh lah Mah, lha wong isinya cuma baju-bajunya Hisyam saja kok...!"jawab Hisyam. "Nggak kamu periksa dulu?"tanya ibu Windarti mau minta Sang putra untuk memeriksa kembali isi tasnya. bahkan dia sama sekali tak menganggap jawaban dari putranya tadi. "Buat apa mama...? sistem yakin kok kalau isinya masih utuh...! Hisyam itu memang tidak punya apa-apa Mah, Lawang hitam kerja aja baru beberapa bulan ini, sebelumnya kan selalu dicatat sama Kak suci. "Kamu itu loh Hisyam, polos banget pikirannya. sekali-kali itu punya curiga dikit sama orang lain...!"kata ibu Windarti lagi. Tak mau menanggapi lebih lanjut, Hisyam lebih memilih diam saja Ia hanya menampilkan senyumannya untuk sang mama. "Kalau mama memang nggak mau ikut Hisyam, Hisyam pamit dulu ya Ma...?" setelah mengatakan itu Hisyam pun mengambil tangan sama mama diciumnya dengan takzim setelahnya kemudian berlalu kan mama dan juga abangnya. Sebelum benar-benar pergi, Ibu Windarti mencoba sekali lagi untuk menggoyahkan pemikiran Sang putra. "Fikirkan kembali kata-kata Mama, lanjutkan kembali pendidikanmu...!"kata ibu Windarti. Ada harapan-harapan terselip dari apa yang di ucapkannya untuk Hisyam. "Hisyam pasti akan melanjutkan pendidikan Hisyam Mah, Tapi nunggu uang hasil kerjaku terkumpul dulu...! Hisyam sudah dewasa Hisyam tak mau merepotkan siapapun lagi...!" Jawab Hisyam dengan tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya. Sebelum kembali ke kontrakannya, Hisyam memilih untuk menyambangi kembali rumah kakak iparnya, Ia merasa harus berterima kasih kepada kakak iparnya tersebut. Akhirnya Hisyam pun melangkahkan kakinya ke arah rumahnya Suci. Tapi seperti tadi, keadaan rumah masih dalam keadaan sepi dan tertutup, Hisyam berfikir mungkin Suci belum kembali. Hisyam memilih untuk menunggu kakak iparnya itu di depan gerbang sampai kakak iparnya pulang, apalagi hari ini memang jatah liburnya, jadi tak ada alasan lain untuknya tak menunggu. 1 menit dua menit sampai berganti jam, namun Suci tak kunjung pulang, padahal Hisyam sudah merasa kepanasan di sana. karena kelelahan menunggu, Hisyam pun berencana untuk pulang saja, dan akan kembali kapan waktu kalau dirinya cuti lagi. Namun langkah Hisyam terhenti saat di dapatnya sang kakak ipar sudah kembali menggunakan sepeda Motor. di belakangnya dia membonceng seorang wanita yang usianya lebih muda daripada Suci. "Hisyam...? Ngapain kamu di situ?" Sapa Suci dengan Nada ketus, seolah tak suka dengan kehadiran sang adik ipar. " Assalamualaikum kak...!" Hisyam tak menjawab pertanyaan Suci namun justru malah memberikan salam kepada kakak iparnya tersebut. Suci merasa tertampar karena tanpa di sadari seolah dirinya di peringatkan dengan kesalahannya yang seharusnya mengucapkan salam namun malah justru bertanya dengan ketus kepada tamunya. "Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh...!" jawab Suci dan Endang serentak saat mendengar Salam dari Ikhsan. "Hisyam kesini mau pamit saja sama kak suci, juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Kakak karena sudah merawat Hisyam selama di rumah Kakak, Maafkan Hisyam ya kak jika selama tinggal bersama kakak, Hisyam banyak salah...!" Hisyam berkata dengan panjang lebar dan berhasil membuat kedua wanita itu terbengong sangking tak percayanya. "Hisyam pamit dulu, sekali lagi Hisyam mau berterimakasih kepada Kakak, karena sudah menjadi kakak ipar yang baik untuk Hisyam...!" Lanjut Hisyam lagi. "Satu Lagi kak...!" kata Hisyam. "Kalau kakak jadi janda, Hisyam siap melamar Kakak untuk jadi calon Istri Hisyam...!" perkataan itu berhasil membuat Suci semakin memelototkan matanya karena tak percaya. Hisyam sama sekali tak perduli dengan reaksi keduanya, yang jelas Hisyam merasa lega sudah mengatakan semuanya kepada Wanita yang masih berstatus kakak iparnya tersebut. "Baru juga mau bilang kalau dia lain dari Kakaknya, ehhh, lah kok sama saja, malah lebih sinting sepertinya...!" Kini Endang yang berbicara. "Entahlah..!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN