“Maksud kamu, pas kita tindih-tindihan langsung auto jatuh cinta gitu?” tanyaku, sinis. Suamiku malah tergelak. Sebenarnya, sedari tadi ia terkekeh saat memutar balik kisah kami. Yang katanya … pertama kali kami bertemu. “Kamu ingat ngga, sayang? Selama kita jadi relawan, kamu juteknya minta ampun banget lho sama aku. Mana kalau kita papasan selalu aja ada drama kamu menghindar,” ujarnya lagi. “Tapi kan pasti ketemu lagi, pasti berurusan lagi,” sanggahku. “Setelah aku cari kamu. Dengan sengaja!” Ia mengingatkan perjuangannya lagi menghancurkan benteng kengerianku setiap kali Rain mengikis jarak dulu. “Nyesal?” tanyaku. “Ngga. Gimana mungkin aku nyesal nikah sama perempuan sehebat kamu?” gombalnya. “Kata siapa aku hebat?” “Kata aku. Hatiku bilang begitu.” “Sok tau!” Aku lalu mende