6

1580 Kata
Udara dingin melingkupi Jessy. Wanita yang mengenakan dress panjang berwarna putih itu terlihat gugup. Saat ini ia tengah berhadapan dengan Max Caldwell, kakek Earth. Kemarin Jessy dihubungi oleh Earth bahwa malam ini kakek Earth ingin bertemu dengan Jessy. Apa yang Jessy rasakan saat ini lebih menegangkan dari menunggu ibunya di operasi. Tatapan menilai Max semakin membuat Jessy takut. Apa semua orang berkuasa auranya seperti ini? Selalu mengintimidasi. Jessy merasa sangat kecil sekarang. Bagaimana jika kakek Earth tidak setuju ia memasuki keluarga Caldwell? Akankah ia harus mengembalikan uang yang sudah ia terima? Ia sudah menggunakan 50.000 dollar untuk membayar biaya operasi ibunya, ditambah lagi beberapa ribu dollar untuk biaya perawatan selama di rumah sakit. Jessy meremas jemarinya. Bagaimana cara ia mengembalikan uang itu? "Siapa namamu?" Suara tegas Max akhirnya terdengar di dalam ruangan sunyi itu. Mengenyahkan kegugupannya, Jessy menjawab pertanyaan Max. "Jesslyn Scott, Pak." "Kau lulusan kampus di mana?" Jessy menarik napasnya pelan. "Saya tidak kuliah, Pak." "Apa pekerjaan orangtuamu?" "Ayah saya sudah tiada. Ibu saya tidak bekerja lagi. Saya tulang punggung keluarga." "Di mana kau bekerja?" "Di salah satu toserba milik Caldwell Group." Dari tiga pertanyaan terakhir, Max merasa tidak puas dengan calon cucu menantu yang dibawa oleh Earth. Max memilihkan Aurora untuk Earth karena ia mengenal keluarga McKell cukup baik. Terlebih Aurora adalah wanita berpendidikan tinggi dengan segudang prestasi. Max yakin wanita yang seperti Aurora yang bisa mendukung Earth dengan baik. Entah itu dalam pekerjaan atau hal lainnya. Dari segi penampilan, Jessy memang lebih memikat dari Aurora, tapi bagi Max wajah saja tidak cukup untuk masuk ke dalam keluarga besar Caldwell. "Wanita macam apa yang kau bawa ini, Earth?" Max beralih pada cucunya yang sejak tadi hanya diam. "Ini pilihanku." Earth menjawab singkat. Max tersenyum sinis. "Kau menolak Aurora McKell hanya untuk gadis yatim ini?" Jessy sedikit tersentak mendengar nama yang Max sebutkan. Jadi, wanita yang hendak dijodohkan dengan Earth adalah saudari tirinya. Wanita yang hanya berselisih usia darinya tiga bulan. Waw, sebuah kejutan. Jessy tidak tahu bahwa ternyata benang takdir mengikat mereka hingga seperti ini. "Aku yang akan menikah, Kakek. Jika Kakek sangat menyukai Aurora maka Kakek bisa menikah dengannya." "Earth!" Suara Max meninggi. Ia sangat tidak suka jawaban asal Earth. Ia hanya memilihkan yang terbaik, tidak tahukah Earth tentang itu. "Aku hanya akan menikahi Jessy. Jika Kakek tidak setuju maka jangan memaksaku menikah lagi." Max diam menahan emosinya. Earth adalah cucunya, mengambil 100% sifatnya. Keras dan teguh pendirian adalah wataknya. Tidak peduli apapun, Earth tidak akan berubah pikiran. Max sedikit menyesal menurunkan sifat itu pada cucunya. Kini ia harus menerima meski ia merasa enggan. Earth harus menikah, ia ingin memiliki cicit dari cucu kebanggaannya. Tatapan Max kembali pada Jessy. Membuat Jessy kembali merasa aura dingin semakin menyelimutinya. Apakah sekarang Max akan mengulitinya? Jessy merasa tatapan Max seperti pisau, sangat tajam. "Pernikahan kalian akan diadakan dua bulan lagi." Max bicara dengan nada tidak senang. Earth tersenyum kecil. Ia tahu kali ini ia pasti akan menang dari kakeknya. Satu masalah hidupnya kini telah selesai. Setelah ini Earth tahu akan ada masalah lainnya. Kakeknya pasti akan meminta cicit darinya, tapi itu bukan masalah untuk saat ini. Ia bisa mencari alasan untuk keinginan kakeknya itu. Mendapatkan anak tentu saja bukan hal yang mudah. "Aku ingin pernikahanku dan Jessy diadakan secara rahasia. Jessy akan mendapatkan banyak sorotan jika pernikahan kami sampai terendus." Earth tidak ingin merepotkan diri dengan banyak masalah, jadi ia sudah berpikir dengan matang, pernikahannya harus dirahasiakan. Ia hanya ingin memuasakan kakeknya saja, jadi pernikahan itu tidak perlu diadakan besar-besaran. "Kau lebih mengkhawatirkan wanita ini dari pada nama baik keluargamu sendiri, Earth? Kau memang sangat berbakti." "Terima kasih atas pujianmu, Kakek." Earth memberikan senyuman singkat. Hanya sekejap mata senyuman itu lenyap, wajah Earth kembali terlihat serius seperti biasanya. Max ingin sekali memukul kepala cucunya yang selalu membuatnya jengkel. "Aku akan meminta Brandon menyiapkan segalanya." "Baiklah, aku rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Aku dan Jessy pamit sekarang." "Cucu tidak sopan!" geram Max. Earth tidak terlalu peduli pada ocehan kakeknya. "Jessy, ayo." Ia beralih pada Jessy. Jessy merasa seperti orang i***t sekarang. Ia benar-benar tidak mengerti bagaimana hubungan Earth dan Max. Apakah mereka sangat dekat, atau mungkin sebaliknya. Ia bangkit dari tempat duduknya. "Tuan, saya pamit pulang. Selamat malam," seru Jessy sopan. Ia menundukan kepalanya kemudian pergi bersama Earth yang menunggunya. Max tidak menjawab. Ia hanya membiarkan Earth dan Jessy pergi. ♥♥♥♥♥   Di dalam mobil, Earth dan Jessy tidak saling bicara. Mereka adalah dua orang asing yang tidak saling mengenal sebelumnya, dan dalam dua bulan lagi akan menjadi sepasang suami istri. "Mulai besok kau akan pindah ke rumahku. Kepala pelayanku akan mengajarimu beradaptasi dengan keluarga Caldwell." Earth bicara setelah beberapa saat kemudian. "Baik, Pak." "Kau cukup memanggilku Earth." "Baik." Jessy menjawab patuh. Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Mobil sport mewah Earth hanya terus melaju di jalanan kota London. Ia tidak mengantar Jessy pulang melainkan membawa Jessy ke dermaga. Di sana terdapat sebuah kapal pesiar yang sudah menunggu mereka. Jessy tidak pernah naik kapal pesiar mewah sebelumnya, dan ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan. Kehidupan orang-orang kaya memang luar biasa. Sebelumnya Jessy tidak pernah memikirkan tentang hal-hal seperti ini. Mendapatkan uang dari Earth saja sudah cukup baginya, dan kini ia mendapatkan bonus dengan bisa naik kapal pesiar. Di atas deck lantai 3, seorang wanita yang mengenakan dress hitam dengan rambut bergelombang yang terurai indah sudah menunggu Earth. Wanita itu mengerutkan keningnya kala ia melihat Earth datang bersama dengan seorang wanita. Ia tidak tahu bahwa Earth akan membawa orang lain ke tempat rahasia mereka untuk berkencan. Kini, kapal yang Earth hadiahkan untuknya sudah bukan lagi tempat khusus untuk mereka saja. "Kau sudah menunggu lama, Sayang?" Earth datang pada wanita yang tidak lain adalah Caroline, mencium wanita itu di depan Jessy tanpa merasa risih sama sekali. Jessy hanya mematung melihat apa yang ada di depannya. Ia kembali menjadi seperti orang i***t. Kali ini ia menonton adegan yang entah kenapa membuatnya merasa tidak nyaman. Earth melepaskan ciumannya dari bibir Caroline. "Sayang, dia adalah Jessy. Wanita yang akan menikah denganku selama dua tahun." Caroline merasa sedikit sakit mendengar ucapan Earth. Seharusnya ia yang menikah dengan Earth, bukan Jessy atau wanita lainnya. Caroline menekan rasa sakitnya, ia melemparkan senyuman pada Jessy. Mengulurkan tangan kemudian menyapa Jessy dengan ramah. "Caroline." "Jessy." Jessy membalas uluran tangan Caroline. "Caroline adalah kekasihku," seru Earth. Ia menggenggam tangan Caroline, lalu menatap kekasihnya penuh cinta. Jessy kini tidak perlu menebak lagi. Ia juga tidak akan bertanya atau mengeluh. Hubungan Earth dan Caroline bukan urusannya. Kini Jessy mengerti isi poin-poin perjanjian yang ia tanda tangani. Semua untuk menjaga hubungan Earth dan Caroline. "Karena kau sudah ada di sini, ayo kita makan malam bersama." Caroline memberikan senyuman ramahnya. Wanita ini tidak akan menjadikan Jessy musuh. Ia harus membuat Jessy sadar posisinya tanpa menjadi wanita jahat. Jessy melirik ke Earth, pria itu tidak mengatakan apapun. Jessy tidak ingin berada di sana dan menjadi perusak suasana. Ia pikir akan lebih baik jika ia tidak ikut makan malam. Namun, melihat Earth yang hanya diam saja membuatnya bingung. Bagaimana jika pria itu tersinggung karena ia tidak ikut makan malam? "Duduklah, Jess." Caroline bersuara lagi. Akhirnya Jessy memutuskan untuk ikut makan malam. Ia harus membiasakan dirinya, situasi saat ini pasti akan sering ia hadapi. Mereka kini makan malam bersama. Jessy tidak pernah melihat wanita seperti Caroline. Ia sempurna, sangat sempurna. Jessy kini merasa bingung kenapa Earth tidak menikahi Caroline saja. Ia yakin kakek Earth tidak akan menolak Caroline. Dari sekali lihat, Jessy bisa menilai jika Caroline bukan wanita sembarangan. Makan malam usai. Earth meninggalkan Jessy dan Caroline untuk membuat panggilan. "Aku harap kau bisa menjaga Earth dengan baik, Jess." Caroline memiringkan wajahnya menatap Jessy. Wajahnya selalu terlihat lembut, seperti ia adalah seorang malalikat yang turun ke bumi. "Meski kalian hanya menikah kontrak, tapi aku percayakan Earth padamu ketika ia tidak bersamaku. Aku tahu kau adalah wanita yang baik dan bisa dipercaya." Alih-alih memuji Jessy, Caroline justru ingin membuat Jessy merasa tidak enak hati. Jessy tidak pernah berpikiran buruk tentang orang lain, tapi ia tahu ucapan Caroline jelas mengandung maksud lain. Tidak mungkin ada wanita yang rela pria yang ia cintai menikah dengan wanita lain. Jessy jelas tahu itu. Ia pernah merasakannya. "Nona tidak perlu takut, saya tidak akan melanggar batasan saya," jawab Jessy. Bermimpipun Jessy tidak akan berani untuk memiliki Earth. Ia sadar posisinya, dan sampai akhir ia akan menyadari itu. Menyelesaikan kontrak tanpa masalah adalah apa yang sangat ia inginkan. Earth masuk setelah selesai menelpon. "Malvis akan mengantarmu, Jess." "Ah, baik, Pak." Jessy lagi-lagi menjawab seolah ia dan Earth adalah karyawan dan atasan. "Kalau begitu saya permisi." "Hati-hati, Jess. Aku harap kita bisa akrab," seru Caroline. "Terima kasih, Nona. Selamat malam." Jessy kemudian meninggalkan kapal pesiar milik Caroline. Seperginya Jessy, Earth dan Caroline melanjutkan malam itu dengan penuh kehangatan. Caroline mengesampingkan ego-nya, ia tidak bisa terus merasa gelisah karena hal itu  mungkin akan mempengaruhi hubungannya dengan Earth. Ia tidak bisa kehilangan Earth lagi karena keegoisannya sendiri. Sedangkan di tempat lain, saat ini Aurora tengah menghancurkan seisi kamarnya. Ia baru saja menerima kabar dari ayahnya bahwa Earth tidak menerima perjodohan yang sudah diatur oleh ayahnya dan juga kakek Earth. Aurora sudah menyukai Earth sejak lama, ketika ayahnya mengatakan ia akan dijodohkan dengan Earth ia merasa begitu senang. Pria yang ia inginkan akhirnya akan jadi miliknya. Ia pikir Earth tidak akan menolak dirinya. Ia sempurna dalam segala hal, dan sangat cocok disandingkan dengan Earth. Namun, siapa yang sangka jika yang ia pikirkan adalah salah. Ketika ia dan Earth dijadwalkan untuk makan malam bersama, Earth tidak datang. Ia dibuat menunggu selama satu jam. Aurora tidak menyerah, ditambah ayahnya juga mengatakan bahwa Earth pasti akan menikah dengannya. “Siapa wanita yang sudah merebut Earth dariku! Siapa!” Aurora meraung murka. Ia meraih barang apa saja yang ada di dekatnya kemudian melemparkannya ke dinding. Aurora tidak terima. Ia sangat tidak terima dengan penolakan Earth. Pria itu seharusnya jadi miliknya, bukan milik wanita lain.        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN