7

1211 Kata
Hanya dengan membawa tas berukuran kecil, Jessy kini sudah pindah ke kediaman mewah Earth. Mulai hari ini ia akan tinggal di tempat itu meninggalkan kontrakan yang sudah ia tempati bertahun-tahun lamanya. Kedatangannya telah dinanti oleh kepala pelayan Earth. Wanita itu mendekati Jessy dan memperkenalkan dirinya. "Saya adalah Clara, kepala pelayan di kediaman ini. Mulai hari ini saya akan membantu Nyonya Muda untuk mempelajari semua tentang keluarga Caldwell." Wanita berusia di penghujung 30-an itu bicara dengan sopan. Wajahnya terlihat datar, tidak ada senyum atau keramahan yang ditunjukan oleh Clara. Ia bukan tidak menyukai Jessy, tapi memang seperti itulah dirinya. "Ya. Aku Jessy. Aku akan membutuhkan banyak bimbinganmu." Jessy membalas tak kalah sopan. "Biar saya bawakan." Clara melirik ke tas Jessy. "Tidak perlu, terima kasih," tolak Jessy. "Saya akan menunjukan kamar Anda, mari ikuti saya." "Baik." Jessy mengikuti Clara, berjalan di atas lantai mengkilap melewati beberapa ruangan. Kemudian menaiki anak tangga menuju ke lantai dua. Kamar Jessy terletak di sebelah kanan tangga, kini ia masuk ke dalam kamar yang ukurannya berkali-kali lipat dari kamar di kontrakannya. Semua barang di dalam kamar itu juga terlihat sangat bagus. d******i warna putih memenuhi ruangan itu. "Semoga Anda menyukai kamar ini." Clara bicara sembari melirik Jessy. "Aku menyukainya." Jessy memberi jawaban tanpa sadar. Siapa yang tidak menyukai kamar semewah ini. Jessy bahkan tidak pernah berpikir bahwa ia akan menempati kamar yang luar biasa ini. "Mau saya bantu merapikan barang-barang Anda?" tanya Clara. "Tidak, terima kasih." "Baiklah, kalau begitu silahkan merapikan barang-barang Anda. Jika Anda membutuhkan saya hubungi saya. Tekan angka 1 pada telepon, itu adalah panggilan untuk saya." "Ah, baik." "Saya undur diri." Clara menundukan kepalanya kemudian melangkah pergi. Jessy mendekati sofa yang ada di depan ranjang. Ia meletakan tas yang ia bawa di sana. Matanya berkeliling menatap seisi kamar. Terdapat  cermin besar pada dinding yang menyatu dengan kabinet. Lampu gantung yang berada di tengah ruangan. Sofa dan meja yang berada di dekat jendela, karpet bulu berwarna putih yang terlihat sangat nyaman untuk dijadikan tempat bersantai. Jessy tidak menemukan lemari pakaian, tapi ia menemukan sebuah ruangan tanpa pintu. Ia melangkah ke sana dan melihat apa isinya. Mata Jessy melebar. Ia seperti berada di dalam sebuah butik berukuran kecil. Ruangan itu diisi dengan berbagai macam pakaian, sepatu, tas, serta beberapa barang lainnya. Jessy hanya bisa melongo melihat itu semua. Apakah barang-barang yang ada di sana disiapkan untuknya? Itukah alasan ucapan Malvis kemarin bahwa ia tidak perlu membawa banyak barang. Kaki Jessy mendekati sebuah lemari berukuran besar yang memuat pakaian-pakaian yang menarik perhatiannya. Jarinya mengambil sebuah gaun berwarna merah maroon. Ia pernah melihat gaun ini di sebuah majalah fashion, dan kini gaun itu menjadi miliknya. Astaga, benar-benar sebuah keberuntungan. Dari lemari pakaian, Jessy pergi ke lemari sepatu. Di sana ada berbagai jenis sepatu yang semua ukurannya pas di kaki Jessy. Jessy beralih ke perhiasan yang ada di sana. Ia bukan wanita matrealitis, tapi tak bisa ia pungkiri melihat perhiasan-perhiasan indah itu membuat Jessy merasa ingin memilikinya. Ia menyentuh kalung bergaya sederhana dengan permata berwarna biru. "Sangat indah," puji Jessy. Setelah melihat semua barang-barang di ruangan tadi, Jessy keluar dari sana. Ia membuka tas yang ia bawa. Nampaknya semua yang ia bawa tidak berguna sama sekali. Make up sudah ada di meja rias, pakaian juga tidak ia perlukan. Ia membawa tasnya ke dalam ruang pakaian, meletakannya di dalam lemari tanpa mengeluarkan barang apapun selain dompet dan ponsel. Ya, hanya dua benda itu yang tidak ada di kamar itu.   ♥♥♥♥♥   Setelah beberapa saat di kamar, kini Jessy berkeliling kediaman Earth ditemani oleh Clara. Jessy akan tinggal di sana, jadi ia harus mengenali setiap sudut rumah itu. Ada tiga bagian yang Jessy sukai dari tempat itu, perpustakaan, rumah kaca, dan dapur. Jessy suka membaca. Sejak dahulu ia ingin memiliki rumah impian yang memiliki perpustakaan dengan ribuan buku. Ia juga suka tanaman hias, dan terakhir ia suka memasak. Jessy tidak akan bosan berada di kediaman Earth meski ia tidak bekerja, ia bisa membaca, berkebun dan memasak. Setelah berkeliling, Jessy memutuskan untuk kembali ke perpustakaan. Ia mencari buku tentang usaha kuliner. Sejak remaja Jessy bercita-cita ingin membuka sebuah rumah makan jika ia memiliki uang. Dan ya, saat ini ia memiliki uang, ia bisa membuka rumah makan impiannya. Saat ini ia perlu belajar tentang mengurus berbagai hal mengenai bisnis kuliner. Berjam-jam Jessy habiskan membaca. Ia tenggelam dalam bacaannya, rasa ingin tahu yang begitu besar membuatnya menghabiskan satu buku hanya dalam tiga jam. Jessy juga mencatat beberapa hal penting. Ia tidak perlu mengkhawatirkan tentang jam, karena Clara baru akan mengajarinya besok. Hari ini Clara hanya memperkenalkan bagian-bagian kediaman itu saja. Tanpa Jessy sadari pintu ruangan itu terbuka. Sosok Clara melangkah mendekat ke arah wanita yang masih terfokus pada buku yang ia baca. "Nyonya, Tuan Muda sudah kembali." Jessy menghentikan kegiatan membacanya. Ia lupa bahwa saat ini ia berada di kediaman Earth, bukan di perpustakaan nasional. "Tuan menunggu Anda di meja makan." "Ah, baik, Clara." Jessy segera bangkit. Ia merapikan kembali buku yang ia ambil dari rak, lalu pergi keluar dari perpustakaan. Di ruang makan, Earth sudah duduk di kursi pemimpin di meja makan. Pria itu terlihat tegas seperti biasanya. "Selamat malam, Pak." Jessy menyapa Earth. Earth menaikan sebelah alisnya. Dan Jessy menyadari bahwa ia telah salah bicara. "Maksud saya selamat malam, Earth." "Duduklah." Pria itu bicara tanpa melihat ke arah Jessy. Jessy segera duduk di kursi di sebelah kanan Earth. Meja makan panjang itu hanya diisi oleh dua orang saja dengan berbagai jenis makanan yang ada di meja. "Makanlah." Jessy mengangguk patuh. Ia melihat makanan di atas meja, Jessy merasa bingung, yang mana yang harus ia makan, terlalu banyak pilihan di sana. Kehidupan di kediaman Earth tidak bisa ia bandingkan dengan kehidupannya yang terbilang serba kekurangan. Untuk makan saja terkadang ia hanya makan mie instant dan telur dadar. "Apa kau tidak berselera?" suara Earth kembali terdengar. Jessy buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia mengambil sepotong steak daging dan memakannya dengan tenang. Usai makan, Jessy tidak beranjak dari meja makan karena Earth juga belum pergi dari sana meski Earth sudah selesai makan lebih dahulu darinya, tampaknya ada yang ingin pria itu bicarakan padanya. "Aku akan melakukan perjalanan bisnis selama satu minggu. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa bicara pada Clara." Earth baru bicara setelah memastikan Jessy selesai makan. Pria itu menunggu Jessy hanya untuk  memberitahu tentang hal itu. Pernikahan mereka memang pernikahan kontrak, tapi menurut Earth, Jessy berhak tahu ia pergi ke mana agar jika ada keluarganya yang bertanya Jessy bisa menjawab dengan tepat. "Baik, Earth," jawab Jessy. Jessy memiliki sesuatu yang ingin ia bicarakan pada Earth, tapi ia terlihat sedikit gugup. Earth melirik Jessy sekilas dan menyadari akan hal itu. "Ada yang ingin kau katakan?" tanyanya. "Bolehkah aku membuka sebuah rumah makan?" tanya Jessy hati-hati. "Kau bisa melakukan apapun, Jess. Kecuali berhubungan dengan pria lain selagi menikah denganku," jawab Earth seadanya. "Ada lagi?" "Terima kasih untuk kamarku." "Bukan aku yang menyiapkan semuanya. Aku tidak akan mengurusi hal-hal sepele seperti itu, Jess." Jessy juga tahu akan hal ini. Mana mungkin Earth akan secara khusus memilihkan barang-barang untuknya, tapi tetap saja kamar itu disediakan oleh Earth, jadi ia wajib berterima kasih. Earth bangkit dari tempat duduknya. "Kau bisa melanjutkan kegiatanmu. Dan ya, jika kau tidak memiliki sesuatu yang penting jangan mendatangiku." "Baik." Jessy tentu saja tidak akan mendatangi Earth. Ia bahkan ingin mengurangi pertemuan dengan pria itu sebisa mungkin. Pesona Earth sangat berbahaya baginya, jika ia terus berdekatan dengan Earth, bukan tidak mungkin rencananya menyelesaikan kontrak dengan baik akan gagal. Berurusan dengan pria tampan saja, Jessy sudah sering menghadapinya. Namun, berurusan dengan pria tampan dengan aura memikat serta kekuasaan di dalam genggamannya adalah pertama kali bagi Jessy. Ia akan menderita jika ia gagal mengontrol dirinya sendiri.          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN