BAB 27

1416 Kata
Hari menjelang semakin malam, langit bahkan sudah menggelap dari beberapa jam yang lalu. Waktu berlalu tanpa terasa, padahal rasanya langit masih terang tadi tapi sekarang sudah menggelap. Aura menatap pergelangan tangannya yang menunjukkan hampir pukul 10 malam, Agry masih seperti tadi sibuk mengawasi bersama sutradara sedangkan Aura duduk sendirian di tempat yang memang benar ternyata tempat Ken beristirahat. Setelah mempelajari secara langsung bagaimana aktor dan aktris memainkan emosi mereka Aura jadi belajar satu hal baru, yang sebelumnya ia tidak pernah tahu atau coba sama sekali dan pelajaran berharga ini ia dapat berkat bantuan dari Agry yang dengan baiknya memberikan kesempatan pada Aura untuk belajar langsung. Mata Aura mulai memberat, ia menahan kantuknya dengan menguap beberapa kali. Tubuhnya memang terasa lelah, matanya juga mulai memberat tapi sepertinya Agry masih sibuk dengan pekerjaannya. Aura tidak berniat menganggu Agry dan pekerjaanya itu, sehingga ia memilih untuk diam saja sambil menunggu. Agry sudah susah payah dan dengan baik mengajaknya ke sini tanpa imbalan apapun, masa Aura harus merengek karena mengatuk dan meminta untuk pulang. Saat Aura masih menunggu Agry datang, tidak lama dari belakang Aura ada Ken yang datang, tangannya menyodorkan segelas kopi hangat kepada Aura. Ken sepertinya sudah selesai syuting, terlihat pakaiannya sudah berganti dengan pakaian yang lebih santai daripada sebelumnya. "Minum dulu kak," ucap Ken kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelah Aura. Mata Aura menatap Ken yang berada di sebelahnya, "terima kasih," ucap Aura pelan. Ken tersenyum mendengarnya, "begitulah kak Agry jika sudah menyangkut pekerjaan suka lupa waktu," ucap Ken dengan kekehan kecil membuat Aura juga ikut terkekeh mendengarnya. "Kak Agry itu sangat baik, tapi dia pernah di sakiti seseorang. Melihat kak Agry sama kakak aku yakin kalau kakak sudah berhasil merobohkan benteng yang dia buat," ucap Ken memberitahu Aura, mendengar penuturan Ken malah membuat Aura terdiam. Aura jadi berpikir, apakah alasan Aura dan Agry sangat mudah untuk akrab karena alasan yang sama. Karena mereka sama - sama pernah di sakiti oleh masa lalu mereka, tapi Aura tidak yakin jika itu alasan sebenarnya ke apa mereka lebih dekat. Bagi Aura, ia dekat dengan Agry karena rasa terima kasihnya yang selalu membantu di saat Aura berada di posisi yang tidak menguntungkan. Saat itu, selalu kebetulan Agry ada di sana dan selalu kebetulan Agry yang bisa menolongnya. Aura menggelengkan kepala, ia tidak ingin Ken makin salah paham dengannya. "Ken, kami hanya teman dan pak Agry adalah atasanku di kantor." Ken terdiam sejenak mendengar ucapan Aura yang nyatanya memang agak membuat Ken terkejut, "kakak kerja di agensi?" tanya Ken. Aura menggeleng pelan dengan senyum kecil di bibirnya, "bukan, aku trainee di sana," ucap Aura dengan kekehan. Ken ikut terkekeh, "berarti aku senior kakak," saut Ken dengan kekehan kecil. "Tapi kak, apapun hubungan kalian terima kasih sudah ada di samping kak Agry. Aku juga senang bertemu dengan kakak," ucap Ken lembut. Mendengar ucapan Ken, Aura sangat yakin jika Ken ini sangat perhatian dan sayang dengan Agry. Meskipun Aura melihat mereka selalu berdebat dan bertengkar itu semua karena Ken menyayangi Agry, Aura juga yakin jika Agry mengetahui fakta itu juga. "Aku juga senang bertemu denganmu Ken," saut Aura tidak kalah ramahnya, mereka berdua tertawa hingga tanpa sadar Agry sudah ada di dekat mereka. Mata Agry menangkap Ken dan Aura yang sedang tertawa bersama, "apa yang kalian bicarakan?" tanya Agry terlihat penasaran. Ken mencibir, "orang tua gak usah kepo," ucap Ken membuat Agry menatapnya kesal. "Kamu ini," saut Agry menggelengkan kepalanya menyerah melihat kelakuan Ken. "Aura ayo kita pulang," ajak Agry, mendengar itu Aura langsung berdiri dari duduknya dan mengangguk. Ken juga ikut berdiri, "aku juga ikut," ucap Ken dengan senyum lebar tanpa bersalahnya. Aura tersenyum senang, ia sama sekali tidak akan menolak jika Agry menanyakan pendapatnya. Malah, jika Ken ikut akan mengurangi kecanggungan di antara Aura dan Agry. Tetapi berbeda dengan Agry, ia menggelengkan kepalanya memberi tanda penolakan. "Tidak, kamu pulang saja dengan managermu," ucap Agry menolak. Aura menggelengkan kepalanya, "udahlah, kalian juga serumah. Apa salahnya pulang bersama," ucap Aura membela Ken. Mendengar itu Ken semakin tersenyum lebar, "tuh 'kan boleh," saut Ken setelah mendapat pembelaan dari Aura. Agry menggeleng, "tidak, kamu pulang saja dengan managermu. Biasanya juga begitu," balas Agry masih menolak. "Mereka sudah aku suruh pulang duluan," saut Ken dengan santai. Aura kembali menggelengkan kepalanya melihat pertengkaran mereka, "ya sudah pak ajak saja," ucap Aura lagi, akhirnya Agry mengangguk lalu berjalan duluan meninggalkan Aura dan Ken di belakangnya. Selagi Agry berjalan duluan, Ken mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia terlihat mengetik sesuatu lalu mendekatkan ponselnya ke telinganya, "iya kalian pulang saja, aku akan pulang bersama pak Agry." Panggilan tersebut berakhir, Aura menatap Ken. "Kamu bohong?" tanya Aura. Ken mengangkat kedua bahunya, "tidak sepenuhnya bohong, karena kalau kak Agry benar - benar tidak mau mengajakku akan susah mencari taxi di sini." Aura menggelengkan kepalanya, "kamu ini ada - ada saja," ucap Aura tidak habis pikir. Sekarang Aura dan Ken sama - sama mempercepat langkah kakinya karena jarak di antara mereka dengan Agry cukup jauh. Saat keluar dari gedung dan melangkah ke arah parkiran, Aura melihat Agry sudah menunggu di depan mobil. Saat pandangan mereka bertemu, ia membuka kunci mobil lalu berjalan masuk ke dalam mobil lebih dulu. Beberapa saat kemudian dengan napas berat Aura dan Ken sudah ada di depan mobil. Aura hendak masuk ke kursi tengah dan membiarkan Ken duduk di samping Agry, namun ken dengan cepat berdiri di depan Aura. "Kakak di depan saja," ucap Ken, namun Aura menolak dengan gelengan kepala. "Kamu saja, kamu adiknya. Aku gak masalah di belakang," ucap Aura santai. Ken juga ikut menggeleng, "aku sebaiknya di belakang dan kakak di depan, aku mau tidur karena aku baru tidur 2 jam hari ini. Jadi kakak aja di depan ya," ucap Ken. Aura menghela napas, "oke," saut Aura lalu masuk ke kursi depan tepat di samping Agry dan Ken duduk di kursi belakang. Tanpa bicara, Agry menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Apa lagi jalanan sudah mulai sepi, membuat Agry bisa menaikkan kecepatan mobilnya namun masih di batas normal karena ia tidak mau terlena sehingga bisa menyebabkan akibat yang fatal. "Kak apa hobimu?" tanya Ken tiba - tiba saat mobil melaju. Aura yang di tanya sejenak diam, ia tidak memiliki hobi apapun karena tidak memiliki waktu. Pekerjaannya lebih penting daripada hobi yang harus ia lakukan, hobi hanyalah waktu luang untuk orang yang memiliki waktu dan juga uang. Sedangkan dirinya, waktu yang ia gunakan tentu saja ia gunakan untuk mencari uang. "Tidak ada," ucap Aura menjawab pertanyaan Ken. Agak terkejut Ken kembali bertanya, "masa sih 'kak?" tanya Ken lagi seakan tidak percaya, sedangkan Agry diam - diam ia juga ikut mendengarkan. Aura mengangguk dengan percaya diri, "iya aku tidak memiliki hobi apapun," jawab Aura. Ken juga ikut terdiam mendengar jawaban Aura, "lalu kak, tempat yang paling kakak suka di mana?" tanya Ken lagi. Aura berpikir sejenak, "teater," jawab Aura langsung, tentu saja ia menyukai teater satu - satunya tempat yang membuat Aura nyaman untuk berkerja dan melatih dirinya. Selain cafe, teater adalah tempat yang selalu ada di saat Aura dalam suka maupun duka, kedua tempat itu memiliki arti tersendiri bagi Aura. Kedua tempat itu memiliki tempat sendiri di hati Aura, ia banyak belajar dari kedua tempat itu dan kedua tempat itu banyak menemani hari - hari Aura. "Udah Ken katamu harus tidur, lalu tidur saja. Jangan bertanya terus dan membuat Aura tidak nyaman," ucap Agry memperingatkan. Aura tersenyum kecil, "tidak apa - apa," sautnya pelan. Ken menyenderkan kepalanya ke belakang, "baiklah, aku akan bertanya lagi nanti di pertemuan kita selanjutnya kak." Agry mendengar itu langsung menatap Ken dari kaca tengah mobil, "siapa bilang kamu akan bertemu dengan Aura lagi," saut Agry membantah ucapan Ken sebelumnya. "Aku yang bilang, kita akan segera bertemu lagi kak," ucap Ken terdengar semangat. "Memang lebih baik kamu diam, tidur saja sana. Pejamkan matamu dan tutup mulutmu," ucap Agry kembali mengomeli Ken. Aura tersenyum kecil, "sudahlah," ucap Aura membuat Agry menjadi tidak nyaman karena Ken. Di belakang Ken sudah menutup matanya, napasnya teratur dan dalam waktu yang cepat Ken sudah benar - benar tertidur. Aura yang menyadari tidak ada suara Ken, membalikkan tubuhnya ke belakang. "Dia benar - benar tidur?" tanya Aura pada Agry. Kepala Agry mengangguk, "dia banyak berkerja," ucap Agry menyauti. "Kamu tidur saja jika mengantuk, matamu merah," lanjut Agry. Aura menggeleng, "tidak pak, saya tidak mengantuk sama sekali," ucap Aura percaya diri. Agry tertawa, "ya baiklah," saut Agry singkat. Benar saja, seperti kata Agry beberapa menit kemudian Aura sudah tertidur dengan kepala yang bersandar ke jendela. Agry mempercepat mobilnya, ia ingin segera mengantar Aura pulang agar bisa cepat beristirahat di rumahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN