LIMA BELAS

1186 Kata
Lisa dan Kei berjalan beriringan menyusuri hutan. Hanya kegelapan yang ada di depan. Dingin udara hingga menembus kulit. Kedua insan yang berjalan dengan mengenakan jaket tebal tersebut masih saja merasakan dinginnya malam. Sesekali terdengar suara lolongan binatang malam, membuat Lisa bergidik ngeri. Tidak ada kata yang terucap antara keduanya, membuat suasana canggung satu sama lain. Kei hanya sesekali memperhatikan langkah Lisa yang sedikit menjauh darinya dan bergantian melihat ke sekitarnya mencari bendera berwarna biru. Ia tahu, pasti Lisa masih takut akan dirinya setelah hasutan Bian beberapa waktu lalu.  "Maaf," ucap Kei untuk mencairkan suasana canggung yang tercipta antara keduanya.  "Untuk?" Lisa menoleh untuk melihat wajah Kei yang menunduk.  "Maaf, mungkin kamu masih takut kepadaku dan menganggap sebagai monster seperti apa yang dikatakan Bian." seketika Lisa menghentikan langkah kakinya. "Kenapa kamu berpikir seperti itu?" sambil memperhatikan wajah Kei dengan saksama.  "Kenapa wajahnya semakin tampan? ada yang berbeda pada diri Kei. ataukah mungkin dia tidak mengenakan kaca matanya?" lanjut Lisa dalam hati sambil mengamati semua yang ada pada tubuh Keiyan. lisa menggelengkan kepala mencoba untuk menghilangkan semua pikiran dan rasa aneh pada hatinya.  "Siapa sih yang tidak takut dengan orang yang berbeda? Wajar kalau mereka takut, mereka takut kalau aku menyalahgunakan kelebihan yang kumiliki. bukankah begitu,” “Tidak, tidak semua orang takut kepadamu.”  “Lantas kenapa kamu menjauhi dariku? oh, iya aku lupa. dari awal memang kamu tidak menyukaiku.” “Siapa bilang aku tidak menyukaimu?” Lisa membekap mulutnya sendiri karena tanpa sengaja keceplosan. “Maksudku, iya aku memang tidak suka di awal perkenalan kita. itu karena … karena …” “Karena aku miskin?” sahut Keiyan. “Maaf,” Lisa seketika menunduk merasa bersalah dan tidak enak hati. karena memang itu benar adanya. “Tak apa, itu semua sudah berlalu.anggap sebagai pelajaran untuk kita ke depannya.” “Terima kasih, Kei untuk kebaikan kamu selama ini.aku sungguh malu, aku telah jahat kepadamu. tapi kamu berkali kali menyelamatkanku dari rasa malu dan juga dari kedua b******n waktu itu. aku tahu, kamu pasti sempat membaca isi pikiranku, kan. kalau tidak, bagaimana kamu tahu aku sangat membutuhkan penutup waktu itu. dan untuk malam itu, bagaimana kamu bisa tahu kalau mereka berniat jahat? pasti kamu membaca isi pikiran mereka, kan.” “Maaf, kalau aku sering ikut campur urusanmu." Kei sungguh tidak suka jika membicarakan hal yang sudah berlalu.  "Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin berterima kasih sekaligus minta maaf atas segala yang pernah aku perbuat kepadamu." "Sudahlah, tidak perlu dibahas lagi. Sekarang kita harus mencari bendera dan segera kembali. Waktu kita hanya lima menit lagi." Kei mengalihkan perhatian Lisa. Ia tahu kalau sedari tadi Lisa memandangnya dalam diam. Dan itu membuat Kei malu dan merasa tidak nyaman.  "Kei, tunggu aku," teriak Lisa. Sebab Kei sudah berada di depan. "Aduh, kenapa di saat seperti ini selalu ada Keiyan sih," Lisa kesal kepada dirinya sendiri. Sebab di waktu yang tidak tepat, ia merasa ingin buang air kecil.  "Kei, kamu mendengar suaraku?" suara itu datang lagi. Kei tidak tahu berasal dari mana suara itu. Kei merasa kalau suara itu sangat dekat dengan dirinya. Tapi, tidak ada siapa pun di dekatnya kecuali Lisa yang tertinggal di belakang.  "Keiyan, tunggu sebentar," Lisa mengeraskan suaranya agar Kei mau menunggu dirinya yang sudah tertinggal. Keiyan seketika berhenti melangkah ketika suara berat seorang lelaki kembali terdengar di gendang telinganya. Kei sibuk mencari asal suara yang memanggil namanya hingga ia melupakan Lisa yang tertinggal di belakang.  "Kenapa Kei tidak mendengarku? Aduh, aku sudah tidak tahan. Aku cari tempat dulu ah," Lisa berbelok ke arah pohon beringin besar. Ia ingin menuntaskan hasrat yang sedari tadi ia tahan. Hingga Lisa tidak melihat pagar kawat pembatas. Ya, Lisa telah melewati batas aman. Ia memasuki wilayah hutan yang terkenal angker bagi penduduk sekitar.  Keiyan mendengar suara Lisa minta tunggu. Namun, saat Kei Menoleh ke belakang ia tidak menjumpai Lisa di sana.  "Lisa! Lis, di mana kamu?" Kei berharap Lisa akan menjawab panggilannya.  Kei kembali ke tempat terakhir kali ia meninggalkan Lisa. Tidak ada sosok Lisa di sana. Lalu ke mana Lisa berada? Terakhir ia mendengar Lisa berteriak agar Kei menunggu dirinya. Cukup lama Kei berdiam untuk menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda langkah kaki Lisa mendekat.  "Ke mana perginya Lisa? Ke mana dia, hingga tidak memberitahu lebih dulu? Tahukah dia kalau hutan ini salah satu hutan angker di sekitar sini?" Kei bicara sendiri.  "Ini semua salahku, kenapa aku meninggalkannya begitu saja? Dasar Keiyan bodoh!" Kei memaki dirinya sendiri. Ia merasa bersalah karena Lisa tiba-tiba menghilang. Kei menyusuri jalan yang sudah ia lewati, tapi Lisa belum juga nampak.  "Lis, di mana kamu, Lis!" Keiyan terus menyusuri hutan. Ia takut kalau terjadi sesuatu kepada Lisa.  Di tengah pencarian, Keiyan bertemu dengan Endrew beserta Anik. Keiyan pun menceritakan kronologis menghilangnya Lisa. Endrew dan Anik dengan senang hati membantu Kei mencari keberadaan Lisa. Mereka berpencar agar wilayah pencarian semakin luas. Jika salah satu dari mereka menemukan Lisa, mereka sepakat menggunakan kode senter yang diarahkan ke langit dengan meniup peluit.  Lisa yang telah menuntaskan hasratnya, kembali berjalan untuk mengejar Keiyan. Tapi sayang, Keiyan sudah tidak ada ditempat. Ia juga tidak tahu harus berjalan ke mana.  Malam semakin larut, hanya cahaya lampu senter yang sudah mulai redup yang menemani langkah Lisa. Lisa sangat takut, suara embusan angin terdengar sangat kencang. Sesekali terdengar suara hewan malam membuat bulu kuduk meremang.  "Kei, kamu ke mana Kei?" sesekali menggosok tangannya sendiri karena hawa dingin yang menerpa. Lisa mengedarkan pandangan ke sana kemari. Mencari sosok Pria yang beberapa waktu bersamanya. Tanpa sengaja betis Lisa tergores ranting kering yang runcing hingga keluar darah.  "KEIYAN!" teriak Lisa. Berharap Keiyan akan mendengar suaranya. Lisa menahan rasa perih pada kakinya dan terus mencari Keiyan.  "Auuuu," Bukan suara Kei, malah Lisa mendengar suara lolongan serigala.  Lisa berlari ketakutan, semakin lama suara serigala tersebut semakin dekat. Lisa sungguh takut kalau dirinya menjadi santapan serigala. Ia tidak ingin mati konyol di sini, apalagi menjadi santapan binatang buas. Lisa terus saja berlari tanpa tahu arah, ia tidak peduli dengan kakinya yang tergores ranting pohon. Lisa segera bangkit lagi saat terjatuh. Lampu senter yang dibawa pun juga sudah padam. Serta peluit yang ia bawa terjatuh dan menghilang entah ke mana.  "Tolong! Keiyan, tolong!" Lisa masih saja berteriak minta pertolongan, ia berharap Keiyan akan segera datang, atau teman teman yang lain akan menolongnya.  Lisa bisa bisa melihat kilat bola mata yang begitu banyak. Ia yakin kalau serigala tersebut tidak sendiri. Karena memang serigala hidup berkelompok.  "TOLONG… TOLONG!!"  Lisa tidak peduli dengan kakinya yang mulai bengkak karena keseleo. Darah segar mengucur melalui luka pada betis gadis itu.  Lisa kembali jatuh tersungkur karena kakinya tersandung akar pohon. Lisa menyadari bahwa aroma darah yang keluar dari betisnya lah yang membuat para serigala mendekat.  Lisa menyobek sebagian rok yang dikenakan dan mengusap darah yang mengucur pada betisnya hingga darah berhenti mengalir. Lisa melempar sejauh jauhnya potongan rok berwarna merah darah itu ke sembarang tempat. Dan Lisa bersembunyi di celah pohon besar. Berharap para serigala akan menjauh mengejar potongan rok yang dibuang olehnya.  "Aaaaa!" seorang gadis berteriak ketika ia melihat seekor serigala hendak menerkam dirinya. Tanpa sengaja potongan kain rok tersebut jatuh tepat di samping seorang gadis. Sehingga gadis itulah yang menjadi target serigala tersebut. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN