bc

Adventure of Keiyan

book_age18+
81
IKUTI
1K
BACA
adventure
powerful
brave
witch/wizard
campus
royal
magical world
self discover
witchcraft
like
intro-logo
Uraian

Bagaimana jika kamu memiliki kemampuan untuk membaca fikiran orang? Ini adalah kisah seorang pria bernama Keiyan yang memiliki kemampuan untuk membaca fikiran orang yang bertatapan mata dengannya. Keiyan ingin mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya. Kenapa dan mengapa dirinya bisa memiliki kemampuannya tersebut. apakah kemampuan Keiyan tesebut sebuah anugerah atau musibah. Kenyataan yang tidak dapat di terima oleh akal sehat manusia.

Keiyan mendapati bahwa dirinya bukan manusia. Lantas siapakah diri Keiyan yang sebenarnya? Jenis makhluk apakah diri Keiyan? Pertanyaan tersebut akan terjawab saat Keiyan berpetualang untuk menemukan jati dirinya.

Cover by Azzdesign_

chap-preview
Pratinjau gratis
SATU
    Seorang pemuda sedang memanen cabai di kebunnya yang berada di lereng gunung. Sudah setengah hari, pemuda itu berada di tengah kebun cabai. Usai memanen, ia segera membawa cabai tersebut kepada para pengepul untuk di jual ke pasar, “Pak joko berapa harga semuanya pak?” tanya pemuda itu kepada salah satu pengepul sayur. “ini totalnya ada 125 kilo. Harga cabai sekarang 25 ribu perkilonya. Jadi totalnya tiga juta seratus dua puluh lima ribu.” Ucap pak joko. “Kok cuma segitu pak? Bukannya harga cabai sekarang naik ya?” tanya pemuda itu dengan menatap langsung ke mata pak joko. ‘Bagaimana dia tahu harga cabai sudah mulai naik? Gak jadi untung banyak aku kalau begini.’ Ucap pak joko di dalam hati “Iya tahulah pak ... di tv sudah di siarkan kalau harga cabai mulai naik. Kalau tidak salah harganya mencapai 40 ribu perkilonya.” Pemuda itu menjawab pertanyaan pak joko yang masih di dalam hati. “Eh ... kamu kok tahu aku ingin ngomong apa sama kamu?” tanya pak joko. “Ya tahulah pak ... dari raut wajah pak joko sudah bisa di tebak ingin mengatakan apa?” pemuda itu menjelaskan. “Ya sudah kita hitung lagi dari awal. Harga cabainya 33 ribu perkilonya. Jad--” “Pak kok 33 ribu? Tambah dikit dong pak!!” tawar pemuda itu. “Lha kalau banyak banyak, saya gak dapat untung, tapi tambah buntung.” Jawab pak joko. “Lha ... harga cabainya di pasar 40 ribu perkilo. Pak Joko untungnya 7 ribu perkilo. Itu kebanyakan pak! Aku malah yang rugi. Harga pupuk sekarang selangit, gak balik modal kalo Cuma segitu.!” Pemuda itu menjelaskan lagi. ‘Wah ... pinter banget si Keiyan ini. gak bisa di bohongin’. Kata pak Joko lagi dalam hati. Keiyan hanya tersenyum memabaca fikiran pak Joko. “Gini aja Kei ... kamu saya kasih harga 35 ribu perkilonya. Sudah tidak bisa di tawar lagi. Itu sudah harga TOP. Gimana?” Pak Joko menawar “Iya udah, gak papa segitu, asal bisa balik modal sama buat sehari hari sudah cukup.” Keiyan menerima harga cabai tersebut. “jadi totalnya 125 kilo di kali 35 sama dengan empat juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu.” Kata pak Joko. “Iya pak betul itu.” Kata Keiyan sambil memberi dua jempol ke arah pak Joko. “ Kei kamu itu jadi anak kok pinter banget, kamu kalau jadi dokter psikolog cocok banget. Kamu bisa tebak raut wajah orang. Kamu juga gak mudah di kibulin orang, bangga bapak sama kamu.” Pak Joko memuji kehebatan Keiyan. “Ah ... bapak bisa aja. Lha saya ini lho cuma asal nebak aja. Kalau bener ya alhamdilillah. Kalau salah ya wasyukurillah. Babak belur di keroyok banyak orang pak.” Kata Keiyan merendah. “Ya sudah, Pak saya pamit dulu, sudah di tunggu ibu sama bapak.” Keiyan segera pergi dari rumah pak Joko dan pulang kerumah.     Namaku Keiyan Prasetyo, aku berumur 20 tahun. Bukan, maksudku hampir 20 tahun. Karena ulang tahunku masih beberapa bulan lagi. Aku tinggal di sebuah desa di lereng gunung KAWI. Aku tinggal berasama bapak bernama Nawi dan ibu bernama Sri. Pekerjaan mereka adalah petani cabai. Sedangkan aku masih sekolah. Setiap akhir pekan, aku selalu membantu bapak merawat kebun cabai kami yang tidak begitu luas. Tapi cukup untuk membiayai sekolah dan keperluan sehari hari. sekarang aku baru selesai mengikuti ujian kelulusan. Ya, sebentar lagi aku lulus dari SMA dan akan memasuki universitas.     Aku ingin sekali melanjutkan kuliah di kota. Seumur hidup aku hanya berada di desa tempatku tinggal. Aku ingin tahu sepeti apakah kota itu. Kata penduduk desa yang pernah pergi ke sana. di kota banyak sekali gedung gedung tinggi, dan lampu kelap kelip di setiap jalan. Di kota juga sangat ramai, banyak pedagang yang berkeliaran meski hari sudah malam.     Berbeda dengan di desa, di sini jam 9 malam sudah sangat sepi. Tidak ada pedangang yang mau lewat di jam segitu. Serasa berada di makam, sepi dan hening. Hanya suara hewan jangkrik yang terdengar. Aku sedikit bosan dengan keseharianku di sini. Hanya dua bulan lagi, aku akan pergi ke kota. Aku akan melanjukan pendidikanku di sana. aku juga akan mengadu nasib di kota. Aku ingin bekerja sambil kuliah. Aku ingin mandiri, agar bapak dan ibu bisa sedikit tenang. Tidak bekerja begitu keras untuk membiayaiku. Aku bisa membiayai hidupku sendiri.     Di depan rumah sederhana kami ada berbagai bunga dan sayuran. Ada sayur terong, buncis, wortel dan lainnya. Kata ibu kalau kita menanam sayur sendiri, akan jauh lebih hemat dan juga sehat. Aku masuk ke dalam rumah berukuran 5x8m. Hanya ada ruang tamu, dua kamar tidur,ruang tengah, dan dapur.kamar mandinya berada di luar rumah. Lebih tepatnya di samping rumah. “Kei, kamu sudah pulang, Nak! Ini cepat makan ibu baru saja selesai memasak,” perintah ibu saat tahu aku sudah memasuki rumah. “Iya bu,, aku mau mandi dulu. Badanku bau keringat semua ini.” jawabku setelah meneguk segelas air putih. “Cepetan kalau mandi. Nanti makanannya keburu dingin,” Kata ibu mengingatkan. “Iya ibuku tersayang,,,” kataku kepada ibu.     Usai mandi aku segera mengambil makan yang berada di meja dapur. Dengan lahap aku makan karena perutku memang sudah sangat lapar. “Kalau makan itu pelan pelan, biar tidak tersedak.” Kata ibu yang melihatku makan. Aku hanya mengangguk untuk menjawab perkataan ibu. Selesai makan, aku duduk bersama ibu di ruang tengah. “Bu,, ini hasil panen kita hari ini. cukup untuk dua bulan kedepan.” Aku memberikan uang hasil menjual cabai tadi siang. Kemudian Ibu menghitung jumlah uang tersebut. “ini kok banyak sekali Kei? Dapat berapa kilo panen hari ini?” tanya ibu. “dapat sedikit bu. Cuma 125 kilo. Banyak cabai yang kena hama. Cabainya keriting dan kering.” Jawabku yang sambil tidur di pangkuan ibu. Sangat nyaman sekali. “Tapi kok uangnya banyak sekali? Apa kamu membaca pikiran pak joko lagi? Atau pak budi?” tanya ibu. “Iya bu,,, habisnya pak joko mau untung sendiri. Harga cabai sudah mulai naik bu. Eh malah di kasih harga bulan lalu. Kita yang rugi dong bu! Kemungkinan bulan depan panen cuma sedikit. Sudah  waktunya menanam bibit baru.” Kataku jujur. “Kei ... jangan terlalu sering baca fikiran orang. Ndak baik lho.” Kata ibu sambil mengusap rambutku di pangkuan beliau. “Iya bu, Kei mengerti. Tapi Kei juga ndak mau kalau kita di kibulin orang bu.!” Kataku membela diri. “Iya kei,,, ibu cuma khawatir saja, ibu takut kamu kebablasan, kamu harus ingat nasehat ibu Kei.” “Iya bu, Kei janji gak akan sembarangan membaca fikiran orang lagi” Kataku sambil memeluk perut ibu yang empuk. “Janji lho ya ... jangan sampai ada orang yang tahu kemampuanmu ini nak. Ibu takut kamu kena masalah nantinya.” Ibu mendekap tubuhku dengan penuh kasih. Aku merupakan anak tunggal, tidak mempunyai satupun saudara. Sebab itulah, ibu sering kali takut berlebihan jika itu tentangku.  Aku suka sekali di saat aku bisa bicara dari hati ke hati dengan ibu. Tapi apakah ibu akan mengizinkan aku untuk pergi ke kota? Pasti aku akan sangat merindukan ibu saat di kota nanti.  

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Romantic Ghost

read
164.1K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
10.4K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
22.2K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.3K
bc

Time Travel Wedding

read
6.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
6.9K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.2K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook