DUA PULUH DELAPAN

1077 Kata
Di istana para vampir telah dihebohkan dengan berita terbukanya kelopak pangeran Alex. Raja Arsel dan Ratu Ellena sudah berada di kamar sang pangeran untuk menyaksikan bahwa putranya benar-benar telah kembali.  Sudah hampir satu jam mereka menunggu, tapi tidak ada satupun tanda-tanda pangeran Alex membuka kedua kelopaknya. Raja dan Ratu harus menelan lagi perasaan kecewa untuk kesekian kalinya.  Raja dan Ratu masih berusaha untuk menemukan cara agar pangeran Alex bisa kembali membuka mata. Sudah berpuluh-puluh tabib yang mereka bunuh hanya karena gagal dalam melakukan tugasnya.  "Tabib, kenapa putraku masih saja menutup matanya? Bukankah kamu bilang kalau dia segera membuka mata?" tanya Raja Arsel dengan menatap nyalang pada tabib tersebut. Tabib tersebut menunduk karena takut. Ia tahu bahwa seorang raja Arsel tidak akan menerima sekecil apapun kesalahan.  "Ampun beribu-ribu ampun, Yang Mulia. Saya tidak bisa membuat mata pangeran kembali terbuka. Tapi hamba sudah meminimalisir efek dari racun dalam tubuh tersebut." dengan tubuh bergetar karena takut, tabib tersebut memberanikan diri untuk berkata jujur. Raja Arsel mengerahkan rahang tegasnya pertanda tidak puas akan hasil kerja tabib itu Raja Arsel memberi kode kepada salah satu pengawal yang berada di sana. Pengawal tersebut mengerti dengan apa yang diinginkan junjungannya. Sang tabib digiring menuju penjara untuk mendapat hukuman.  "Ampun hamba Baginda, jangan hukum hamba," pinta tabib tersebut saat ia dibawa menuju penjara. Raja Arsel sama sekali tidak menghiraukan teriakan tabib.  "Chris, bagaimana menurutmu? Adakah cara lain untuk menyelamatkan hidup putraku?" sambil menatap tubuh pangeran Alex yang terbaring dalam peti.  "Ampun, Baginda." Dengan menunduk hormat Chris menjawab. Raja sudah paham dengan permintaan maaf Chris tersebut.  Di lain tempat, Endrew merasa sangat tidak nyaman dengan hari-harinya selama di kastil Andy. Kemanapun Endrew pergi, akan ada seseorang yang mengawasi gerak-geriknya. Endrew merasa sangat risih. Ia merasa bahwa dirinya adalah seorang napi yang berusaha untuk melarikan diri dari penjara.  "Lucy, apakah selama ini kamu tahu apa yang telah mereka rencanakan?" tanya Endrew kepada Lucy yang saat ini menyirami taman bunga Lily. Lucy menoleh sejenak kepada Endrew. Di saat inilah Endrew bisa sedikit leluasa untuk mengatakan apapun. Sebab disaat dirinya ada bersama Lucy atau Andy, pengawal yang sedari mengawasinya akan menghilang.  "Apakah jika aku menjawab tidak tahu, kamu akan percaya?" Endrew menunduk tak menjawab. Endrew sebenarnya ragu kepada dirinya sendiri. Apakah selama ini ia sudah menjadi seorang sahabat yang baik bagi Andy? Ataupun bagi Keiyan. Endrew berpikir bahwa semua ini berawal dari dirinya yang kurang perhatian kepada Andy hingga mengakibatkan kecemburuan.  "Ck, sudah aku duga, kamu tidak akan percaya kepadaku, Ndrew." Lucy menebak.  "Tidak, Lucy. Sama sekali bukan seperti itu. Sebenarnya disini akulah yang menjadi penyebab semua ini terjadi. Aku yang tidak bisa adil antara Andy dan Kei." tebak ya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lucy mengejutkan keningnya, ia sama sekali tidak mengerti dengan perkataan Endrew.  "Sebenarnya disini gue yang bego atau dia, sih?" ucap Lusi dalam hati. Terserah lah, sesuka Endrew bagaimana.  Endrew harus menyusuri lorong yang panjang, untuk sampai ke kamar yang ia tempati. Sebelum ia berbelok ke arah lorong, tanpa sengaja Endrew mendengar satu percakapan antara Andy bersama Luca.  "Paman, bagaimana? Apakah Paman sudah mengetahui dimana Dia?"  "Belum, Pangeran. Keberadaanya menghilang tanpa jejak. Bahkan saya sudah mencarinya hingga ke dunia manusia."  "Apa perlu aku membawa kartu As-nya agar dia mau keluar dari persembunyian , Pangeran?" "Tidak perlu, kartu As kita gunakan disaat mendesak saja. Untuk saat ini biarkan saja mereka. Yang terpenting kita harus menemukan Keiyan terlebih dulu, dialah kunci dari semua ini." Endrew sungguh terkejut dengan apa yang dikatakan Andy. Apa yang dia maksud dengan kunci dan Keiyan?  Selama ini Endrew hanya menerka-nerka apa yang telah terjadi kepada Keiyan dan Andt. Kenapa keduanya menjauh? Ia kira semua ini karena kesalahannya. Tapi ternyata tidak, ada hal lain yang telah disembunyikan Andy.  Endrew bersembunyi di balik pilar besar yang tidak jauh dari sana ketika Luca keluar dari ruangan.  Setelah Luca pergi, Endrew memutuskan untuk menemui Andy dan berbicara kepadanya.  Endrew menghembuskan nafas panjang perlahan, dan mengangkat tangan. "Tok, tok, tok!" Endrew mengetuk pintu.  "Masuklah, Ndrew. Aku tahu kamu berada disana." Andy tidak lagi menyebut 'kakek' sebagai panggilan Endrew saat ini. Endrew masuk kedalam kamar Andy dan menutup pintu ya kembali. Ia tidak ingin orang lain mengetahui apa yang mereka bicarakan.  "Ndy, sebenarnya apa yang telah kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan semua ini? Tidakkah kamu mengingat kebersamaan kita dulu? Bahkan orang tua Kei sudah menganggap kita sebagai anaknya sendiri." "Apa kamu benar-benar ingin tahu kenapa aku melakukan semua ini?" Endrew mengangguk, "Ayo ikuti aku!" Andy berjalan menuju sebuah ruangan yang diikuti oleh Endrew.  Andy membuka sebuah pintu kamar. Ya, Andy telah membawa Endrew ke dalam kamar ayahnya yang masih tertidur.  "Lihatlah tubuh lemah itu, Ndrew." Endrew melihat seorang pria yang tertidur dengan lelap.  "Siapa dia, Ndy? Apakah dia ayahmu yang sakit?" Andy hanya mengangguk sebagai jawaban.  "Kamu benar sekali, Ndrew. Dia adalah ayahku yang selama ini aku ceritakan kepadamu." "Kenapa beliau bisa seperti ini?" Andy tersenyum kecut dan melirik Endrew yang masih menatap tubuh sang ayah.  "Ini semua karena kakekku yang pilih kasih kepada ayah Keiyan." Endrew terkejut mendengarnya. Bagaimana Andy bisa tahu kalau Kei bukanlah anak kandung.  "Da-- dari mana kamu mengetahui hal itu. Bahkan aku sendiri tidak menyinggung mengenai hal tersebut." tanya Endrew heran.  "Aku tahu semua tentang Keiyan, Ndrew. Aku juga tahu kalau darah di dalam tubuhnya istimewa bahkan bisa membunuh." Endrew membuatkan bola mata tidak percaya.  "Dari mana kamu tahu semua itu, Ndy?"  "Kamu bahkan sudah tahu semuanya. Apakah kamu yang membawa Keiyan ke dunia ini?" Andy bertanya dimana pertanyaan tersebut tidak mendapat jawaban.  "Diamnya kamu aku anggap 'iya' atas pertanyaanku." Andy Menghembuskan napas sejenak.  "Kamu tahu, Ndrew? Kakekku Lah yang membuat ayah seperti ini. Lalu kenapa aku mencari Keiyan selama ini? Itu karena darah Keiyan sama persis dengan darah kakekku. Jika kakekku bisa membuat ayah terbaring seperti ini, maka darah Keiyan adalah obat untuk kebangkitan ayahku. Dan aku ingin ayahku kembali bangkit, aku ingin memiliki keluarga utuh seperti yang dimiliki Kei selama ini." "Lantas kenapa waktu itu kamu membawa bapak ke tengah hutan? Apa salah bapak sama kamu?"  "Salahnya adalah terlalu menyayangi Kei. Dan aku tidak suka itu. Selain itu, bapak sudah mengetahui bahwa aku bukanlah manusia. Akan berbahaya bagi kita jika banyak manusia yang tahu." "Tega kamu, Ndy. Apa kamu tahu betapa hancurnya ibu saat itu? Aku pun tidak akan tega jika melihat tangis pilu ibu, Ndy,"  "Aku tidak akan peduli semua itu." aku tidak mau tahu." Andy mengelak. Meski sebenarnya ada sedikit rasa bersalah kepada ibu, namun ditepisnya jauh-jauh rasa itu. Sebelum menjadi bumerang bagi dirinya sendiri di kemudian hari. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN