Waktu seakan lambat berputar, aku merasa jengah dan sesak dalam keadaan seperti ini. Mengulas senyum pada orang yang aku benci. Bertatap mata seolah mencinta, beradu napas dengan jarak yang dekat, bersikap hangat di depannya namun mencaci di dalam hati. Kenapa dia mengimprovisasi dengan menyentuh helaian anak rambutku yang menempel ditepian dahi. Harusnya ini tidak ada dalam naskah, apa dia ingin kepalan maut dari tanganku lagi di depan semua orang dan aku tidak akan peduli akan rasa malu. Tangannya mencekram pinggulku kuat, merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Ini sudah mendekati ending cerita. Aku ingin cepat kabur dari hadapannya, namun tiba-tiba saja dia berucap dengan suara lirih dan mulut terbuka sedikit. Kata-kata ini keluar dari celah giginya yang rapat. "Terima kasih, terima kasi