"Jadi dia sengaja nyebar gosip demi menang taruhan." "Menurut kamu, dia pantas gak aku maafkan." Batu besar melayang tepat menghantam drum bekas di halaman rumahku, menghasilkan bunyi yang sangat nyaring karena ulah tangan Ian. Aku dan Ian duduk di teras setelah pulang dari latihan. Sambil menikmati senja aku menceritakan apa yang dikatakan Gerry tadi sebelum kami saling hajar. "Kamu mau maafin dia hanya karena dia gak nyentuh kamu melainkan memfitnah terus semua orang menganggap itu benar lalu kamu dengan lapang d**a memaafkan dia, apakah kamu seorang malaikat, tentu tidak, itu sudah jelas, karena dia kamu hajar, seharusnya kamu cium dia tadi karena dia tidak merugikan kamu ya 'kan?" Dari nada suaranya yang tinggi aku paham dia marah dan gak setuju. Aku marah dan lepas emosi saat d