"Sebelum saya menjawab, bolehkah saya bertanya?" Senyum itu pudar berganti cemas lalu menarik kembali kotak cincin dari hadapanku. Sedikit menghela napas dia memberiku izin untuk bertanya. "Saya gadis kampung yang tidak punya apa-apa. Ayah saya meninggal dan Ibu saya bekerja pada orang lain. Sedangkan keluarga Mas Ben mungkin--" Dia menyela dengan tatapan yang tidak suka, "Orang tua saya bukan jenis orang yang pemilih. Hak saya untuk memilih siapa yang akan mendampingi hidup saya." "Tetapi saya masih kuliah." Aku kembali membantah demi untuk mempertahankan argumenku. Aku belum ada pemikiran hingga ke jenjang itu. Jika hanya ada jawaban YA atau TIDAK, sudah pasti jawabanku adalah TIDAK. Namun aku takut menyakiti hatinya. "Kuliah masih bisa dilanjut meski jarak jauh, kamu masih bisa