Ini malam kedua aku dirias kembali. Level tertinggi akan mendapatkan pelayanan seperti ini. Parfum yang wangi, pakaian mahal yang mengkilap. Penata rias pun memberikan hasil yang terbaik. Aku menolak untuk mewarnai rambut dan memakai lensa mata. Aku tidak punya keinginan untuk bersaing mendapatkan pria seperti mereka. Apa adanya saja tanpa harus berlebihan. Omongan Siska tadi pagi membuatku memilih untuk bertahan di VVIP, apakah Aaron lebih baik daripada Franky. Ketika riasanku sudah selesai. Aku turun menemui Mam di ruangannya. "Halo Ulan, ayo duduk-" ucapnya. Matanya berbinar melihatku. Tampilanku malam ini lebih berani. Stiletto berwarna perak dikakiku, dress berwana merah menyala panjang selutut namun belahannya disamping bisa melihatkan dalaman apa yang aku gunakan. Berlengan se