"Satu-dua, dua-dua, tiga-dua--" Aku duduk di bawah pohon melihat adik kelas yang sedang berlatih paskibra untuk lomba. Ingin mengulang masa itu. Masa lagi sibuk-sibuknya mengikuti ekstrakurikuler. Rasanya aku tidak ingin waktu begitu cepat berlalu. Bahkan kalau bisa aku ingin semua ini diulang kembali. Ketika aku mengikuti tes untuk dapat masuk sekolah ini, ketika bingung jika tidak diterima harus mendaftar kemana lagi. Ketika rasa senang memuncak saat bagi rapot mendapatkan nilai A yang banyak daripada Ian dan Ani. Masih banyak lagi yang lainnya kecuali Gerry. Hanya karena dia, aku harus menghapus satu bagian yang penting. Penting karena aku pernah punya perasaan sayang padanya. Di kantin, perpustakaan, bahkan di bawah pohon ini pun adalah saksi bisu kebohongan dia padaku. Dan bodohn