Mataku terbuka tepat pada pukul 4 subuh karena deringan ponsel yang entah sejak kapan memanggil terus menerus. Tubuh ini masih terasa lemah untuk menggapai benda pipih itu. Hingga akhirnya dapat dan langsung aku jawab tanpa tahu siapa yang menelepon. "Halo." "Bangun." "Ian?" "Siapa Ian?" Terpaksa aku harus melihat ke layar dengan mata menyipit, siapa si penelepon ini, dan ternyata--"Mas Ben, kamu gak ada kerjaan?" "Kamu belum jawab pertanyaan saya." "Astaga, mulut aku masih susah gerak Mas, nanti saja ngobrolnya ya, 1 jam lagi oke." "Saya kesana sekarang." "Ehhhhh--jangan!" Aku mendadak bangun dan bersender lemah di dinding. Omongan dia gak boleh dianggap enteng dan itu pasti akan dilakukannya, terpaksa aku jawab. "Ian itu sepupuku, jelas?" Padahal kalau aku dalam mode kesadar