Penampakan Penghuni Rumah

1437 Kata
Naufal masih terlihat berjibaku dengan aksinya. Bahkan, ketika desah suara yang keluar dari mulut Della diartikan lain olehnya, pria itu malah semakin menjadi seperti ingin membuat adegan tersebut tampak nyata di dalam video. Hingga beberapa waktu kemudian, Naufal melepaskan pelukan pada tubuh Della setelah beberapa tanda kemerahan berhasil ia buat di tubuh gadis itu. Meski hanya sebuah aksi pura-pura demi mendapatkan kata terima dari Stefany atas cintanya, Naufal ingin memperlihatkan jika kedewasaan yang perempuan itu maksud persis sama seperti apa yang saat ini tengah ia lakukan terhadap Della. Gadis itu akhirnya jatuh ke lantai setelah dengan sedikit hentakan keras Naufal lakukan tepat setelah ia membuat tanda terakhir di leher jenjang yang kini tak lagi putih mulus. Warna keunguan tampak di sana menjadikannya yang paling dominan di antara warna merah yang lain. Tangisan Della sudah tak lagi bersuara meski air mata masih keluar dari dua kelopak matanya yang indah. Sakit yang ia rasakan di sekujur tubuh tidak begitu terasa dibanding rasa sakit di dalam hatinya kini. Walaupun Naufal tidak sampai menodainya dengan melalukan hal paling gila, yaitu mengambil kesuciannya, tetapi bagi Della apa yang pria itu lakukan kepadanya sudah masuk dalam ranah pelecehan, dan ia bisa melaporkannya ke pihak berwajib tentunya. Tapi ... “Kalau kamu sampai berani melaporkan kami ke polisi, kami tak akan segan menyebarkan video di mana kamu ada di dalamnya,” ucap Naufal seraya kembali memakai kembali kaosnya. Demi membuat gambar itu nyata, dalam melakukan aksi tersebut Naufal juga harus membuka bajunya dan membuat kulit tubuhnya menempel dengan tubuh Della. Ancaman Naufal tentu saja sudah ia dan kawan-kawannya rencanakan. Itulah kenapa, mereka dengan gaya sok jagoan berani melakukan hal tersebut pada seorang gadis lemah yang sama sekali tidak ia kenal. Della tak bereaksi sekarang. Ia masih trauma dan syok atas perlakuan yang baru Naufal lakukan padanya. Masih dengan menutupi tubuhnya dengan kedua tangan, Della hanya mampu terisak ketika empat orang lelaki yang baru melecehkannya itu terlihat tak berperasaan dengan membiarkannya terduduk di lantai tanpa mau membantu. Bahkan, mereka malah asik sendiri saat melihat rekaman video yang dibuat oleh Daniel dan Heri di ponsel mereka. Tak berselang lama, keempatnya memutuskan untuk segera pergi. “Udah cukup. Menurut aku ini udah bisa dijadikan syarat bagi Stefany untuk nerima cinta aku,” ucap Naufal begitu percaya diri. Ia sama sekali tidak terenyuh pada Della yang sudah ia perlakukan tidak baik. Naufal dan ketiga temannya memilih untuk bergegas pergi, meninggalkan rumah kosong tersebut. “Tolong! Kenapa kalian tega meninggalkan saya sendirian di sini?” rintih Della bersuara akhirnya. Sejak awal ia dibawa ke tempat tersebut, bukan hanya rasa takut akan hal yang hendak Naufal dan kawan-kawan lakukan padanya. Tapi karena tempat yang mereka tuju membuat gadis itu semakin ketakutan. Rumah kosong, siapa juga orang yang mau memasuki rumah yang tak berpenghuni seperti ini. Hanya orang gila yang tak memiliki akal sehat yang berani masuk, dan keempat lelaki yang sudah membawa Della ke tempat tersebut adalah orang-orang gila yang juga tidak memiliki belas kasihan. Rafael yang sejak tadi mengawasi sekitar, tampak menengok ke arah teman-temannya. “Hei! Apakah kalian akan membiarkan dia di sini?” Ketiga temannya saling menengok satu sama lain. Lalu, Naufal yang berkata, menjawab pertanyaan Rafael barusan. “Biarkan saja di. Jangan sampai dia membuat kita repot ketika membawanya keluar. Lagipula, aku pikir ia masih sanggup berjalan dan meninggalkan tempat ini. Bukankah aku tidak sampai membuatnya tak kuat berjalan?” ucap Naufal merujuk pada perlakuannya yang menurut lelaki itu tidak seperti kebanyakan penjahat yang mengambil kesucian para gadis. Daniel dan Heri mengangguk setuju. Dua teman Naufal itu sepertinya sependapat dengan ucapan laki-laki itu barusan. Namun, tidak bagi Rafael yang sepertinya sedikit memiliki rasa iba ketika melihat Della dengan gerakan perlahan memungut pakaian yang sudah Naufal lucuti tadi. Naufal adalah orang yang pertama melangkah keluar. Hawa di dalam ruangan itu sudah tidak mengenakan menurutnya. Ia berpikir untuk segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Naufal tak ingin ada kejadian aneh yang menyertai aksi kurang ajarnya kepada Della. Disusul Heri dan Daniel, Naufal benar-benar melangkah cepat meninggalkan Rafael yang terakhir berjalan. Lelaki itu masih menyempatkan diri melihat keadaan Della yang sedang memakai pakaiannya satu per satu. Namun akhirnya Rafael pun ikut bergegas sebab tak ingin ditinggalkan sendirian di rumah kosong tersebut. Cerita mengenai keangkeran bangunan yang ia berada di dalamnya saat ini, cukup membuat bulu kuduknya terus berdiri, bahkan sejak ia melangkahkan kakinya masuk. Saat keempat pria itu sudah keluar dari kamar, tiba-tiba Heri melihat sebuah bayangan hitam yang sangat besar, melintas melewati tangga yang menuju ke lantai atas. Seketika ia terhenyak kaget, sampai mundur dan tidak sengaja menginjak kaki Daniel yang ada di belakangnya. “Aw! Apa-apaan sih, Her?” seru Daniel yang terlihat kesakitan ketika sepatu kets yang menutupi kakinya, terinjak kuat oleh kaki Heri. “So-sorry! Aku lihat bayangan hitam di tangga. Kalian juga lihat ‘kan?” tanya Heri seolah meminta dukungan kalau ia tidak sendirian melihat sesuatu yang menurutnya menakutkan tersebut. Naufal dan Daniel saling memandang. Keduanya kemudian menggeleng, menandakan kalau keduanya tidak melihat apa yang Heri maksudkan. “Jangan bohong kalian! Masa bayangan segede gitu enggak ada yang lihat!” kesal Heri karena kenyataannya hanya ia sendiri yang melihat. Lelaki itu kemudian melihat Rafael yang berdiri agak jauh di belakang. “Kamu, Raf! Apa kamu lihat bayangan hitam tadi di tangga?” Rafael yang baru berhasil keluar kamar, jelas tidak melihat apapun yang Heri katakan barusan. “Ah! Jangan gila dong!” ucap Heri mulai frustrasi. Tapi akhirnya ia memilih untuk tak peduli meski ketakutan itu masih jelas ia rasakan. Debaran di dalam dadanya bisa dipastikan terdengar oleh keempat temannya imbas dari apa yang ia saksikan tadi. Kemudian Heri pun memilih berjalan bersama Rafael di belakang. Ia tak mau mengalami hal mistis sendirian seperti tadi lagi. Akhirnya Naufal yang kini berjalan di depan bersama Daniel. Pintu keluar tampak terlihat jauh meski sebenarnya hanya menyisakan beberapa langkah saja. Ketika tiba-tiba hal mistis terjadi lagi, tetapi kali ini Daniel yang mengalami. Ia mendadak mendengar suara perempuan menangis dari kejauhan. Yang semakin lama semakin mendekat seperti seolah berada di belakangnya. “Eh, kalian dengar suara itu?” tanya Daniel yang kini menghentikan langkah. Naufal yang berdiri di sampingnya, ikut berhenti dan mencoba mendengarkan sesuatu yang Daniel katakan. “Suara apa?” tanya lelaki itu. “Suara perempuan nangis, Fal,” sahut Daniel yang masih mendengar suara itu dengan sangat jelas. Tapi, seperti Heri yang melihat bayangan hitam dan besar di anak tangga tadi, kali ini Daniel harus merasakan hal itu sendiri. Mendengar suara perempuan menangis di rumah tak berpenghuni, bisa dipastikan bukan sesuatu yang baik menurutnya. “Kayanya kita mesti buru-buru pergi, deh! Penghuni tempat ini sepertinya tidak menyukai keberadaan kita di sini,” ucap Rafael yang kemudian berjalan melewati dua orang temannya itu. Ketika Rafael sudah hampir menjangkau pintu rumah, tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras berasal dari lantai atas. Keempat pria itu sontak menengok ke arah lantai dua rumah tersebut. Kompak mereka melihat dengan jelas sesuatu bergerak ke arah mereka dengan cepat. “I-itu apa?” tanya Heri yang berada paling belakang. Belum sempat satu pun dari mereka menjawab, benda yang bergerak memantul dan menciptakan suara bising di seluruh ruangan itu kini semakin mendekat. “Lari!” teriak Rafael yang kemudian melangkah lebih dulu meninggalkan bangunan tersebut. Lalu, ia pun disusul oleh Heri yang tiba-tiba berada di barisan paling depan, lalu Daniel dan Naufal yang juga berlari ketakutan. Mereka terus berlari dengan jantung yang terus memompa cepat. Ketakutan yang memenuhi jiwa, membuat mereka berpeluh keringat, membanjiri seluruh raga. Mereka baru berhenti setelah sampai di mobil Heri yang terparkir. Bergegas masuk dan menyalakan mesin, lalu pergi meninggalkan rumah kosong itu. Tak ada yang bersuara sampai mobil meninggalkan bangunan itu cukup jauh. Hingga mereka akhirnya tiba di jalan yang penuh dengan banyak orang. “Tadi itu apa?” tanya Daniel yang bersuara lebih dulu. Wajahnya masih terlihat takut. Pun yang terjadi pada ketiga temannya. Naufal dan Heri menggeleng, tapi tidak bagi Rafael —orang yang pertama kali memiliki ide untuk datang ke tempat tersebut. “Sepertinya penghuni rumah kosong itu tidak suka dengan keberadaan dan perbuatan kita di sana,” ucap Rafael masih dengan tatapan yang lurus ke depan jalan. Di sebelahnya, Heri fokus menyetir. Tak terganggu dengan ucapan Rafael karena saat itu ketakutan masih menyelimuti jiwanya. “Dan kita ninggalin gadis itu sendirian di sana,” sahut Rafael kemudian. Membuat ketiga temannya tersadar dan kali ini semakin bungkam dalam diam. Entah apa yang akan terjadi pada Della sekarang. Ditinggalkan sendirian di dalam rumah kosong dengan keangkeran yang nyata terjadi, setelah mendapat perlakuan menyedihkan dari Naufal dan kawan-kawannya. Tak ada yang tahu nasib gadis itu, bahkan bagi keempat laki-laki yang kini semakin dekat menuju tempat mereka beristirahat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN