Suara benturan keras telapak tangan dengan pipi membuat keempat orang yang sedang duduk dengan mata yang tidak lepas mengawasi Shaleta, sontak langsung berdiri. “Sayang!” Shaleta memejamkan matanya ketika mendengar suara keras Air. Dia hanya berharap ada sesorang, siapapun itu yang bisa menahan Air yang sedang marah. Gigi Gita bergemeletuk. “Wah! Cari ribut banget.” Gita menarik lengan bajunya hingga siku. “Mau ngapain? Lagi hamil itu.” Gita berdecak keras. “Ya, tahu, lah Mas! Ya, kali ini--” Gita menunjuk perutnya. Matanya menatap Ravel kesal. “Buncit kayak perut Mas.” Ravel melirik Ario yang terlihat sedang menahan tawa tajam. Gita memperhatikan Air yang sedang beranjak berdiri. “Air? Mau kemana?” “Samperin Shaleta, Kak.” balas Air datar dengan rahangnya yang ketat dan tanpa meli