Shaleta terbangun dengan peluh yang membanjiri tubuhnya. Nafasnya memburu. Wajah Shaleta dihiasi air mata. Perasaan bersalah itu datang lagi, membuat ketakutannya muncul lagi. Shaleta duduk bersandar pada headboard. Menghembuskan nafas panjang dengan mata terpejam. Shaleta melirik jam yang ada di atas nakasnya menunjukan pukul dua dini hari. Menyibakan selimut yang menutupi dari pinggang ke bawah, Shaleta berjalan keluar dari kamarnya. “Kok, pada belum tidur?” tanya Shaleta ketika menemukan Air dan Ario masih bermain playstation di ruang tengah. Ario langsung mempause gamenya. Menoleh ke belakang menatap Shaleta. “Kenapa bangun, sayang?” Air berdiri dari duduk lesehannya di atas karpet. Berjalan menghampiri Shaleta. “Aku sama Ario, berisik, ya?” Air menangkup wajah sembab Shaleta. Sha