Shaleta berdiri di depan meja resepsionis yang berukuran setinggi dadanya itu. Bertopang dagu di atas tangannya yang dilipat di atas meja. Shaleta memperhatikan Dara yang sedang membereskan meja kerja temannya itu. Kening Dara mengerut. “Kenapa lo, Ta?” “Kayaknya emang gue doang yang kerajinan pulang.” Dara tertawa kecil. Berdiri dari posisi duduknya sambil melepaskan id card yang melingkar di lehernya. Dara menggulung talinya dan memasukkan ke dalam tas. “Kok, gituh? Maksudnya gimana sih, Ta? Jamnya pulang, memang pulang, dong.” “Ya, lo aja baru check out absen setelah lima belas menit gue berdiri di sini nungguin lo, Ra. Alika aja bahkan belum kelihatan, tuh batang hidungnya. Lah, gue?” “Lagian, lo tumben banget hari ini pulangnya on time?” “Di atas sepi banget. Air sama Radit ada