Shaleta diam tak bergerak di kursi penumpang mobil Air yang sudah terparkir di pelataran kantor sejak sepuluh menit yang lalu. Mendongak sedikit menatap gedung tinggi di depannya ragu. “Tunggu apa lagi? Ayok, turun yangg. Nanti telat.” Shaleta langsung menoleh menatap Air sebal. “Aku mau turunnya di halte, lho!” Air menghela nafas pelan. Melepas seatbeltnya langsung turun dari mobilnya. Air berjalan memutari mobil lalu membuka pintu di samping Shaleta. Mengulurkan tangannya. “Turun, sayang.” Shaleta menatap tangan Air sejenak. Menghela nafas kasar setengah tidak ikhlas membalas uluran tangan laki-laki itu. Shaleta langsung menarik tangannya yang sedang digenggam Air ketika banyak pasang mata yang menatapnya dan laki-laki itu penasaran. Berjalan cepat memasuki kantor meninggalkan Air.