Kerikil Kecil

980 Kata
"Tuan, apa yang terjadi? Kenapa wanita itu ketakutan? Apa Anda melakukan sesuatu padanya?" "Aku hanya bertanya padanya, apakah dia pernah melihat seseorang memotong tangan orang lain atau tidak. Lalu dia kabur begitu saja," jawab John dengan begitu santainya. Griffin tentu saja langsung menyimpulkan bahwa, wanita tadi pasti membuat kesalahan yang bisa memancing emosi John. John Nicholas Leister, memang mudah sekali emosi, dan mudah juga meredamnya. Karena itulah, di hadapan Griffin pria itu terlihat baik-baik saja dan santai. Padahal sebelumnya pasti sedang emosi pada wanita jalangg yang disewa. "Kenapa kau kemari?" tanya John sebelum menghisap rokoknya. Griffin sontak menegakkan kepalanya menghadap John dengan tegas. "Tuan Law sudah berhasil kami bawa ke tower gedung C, sesuai dengan perintah Anda, Tuan John." John tak langsung menoleh. Dia membuang puntung rokoknya, dan menginjaknya tanpa menggunakan alas kaki. Griffin tidak pernah terkejut saat mengetahui hal tersebut. Sebab banyak sekali yang jauh lebih extreme yang pernah John lakukan selain menginjak sisa batang rokok yang masih panas tanpa menggunakan alas kaki. "Terlalu banyak kerikil kecil yang bertindak sesuka hatinya. Hah, haruskah direkam saja saat aku mengeksekusinya? Agar mereka tak berani macam-macam padaku." "Tuan, jangan membuat sesuatu yang bisa merugikan anda sendiri. Ingat bahwa, jangan sampai orang-orang mengetahui siapa Anda sebenarnya." "Kau mulai cerewet sekarang?" John menatap malas Griffin yang kini menurunkan pandangannya. "Ck! Tunggulah di bawah, aku akan bersiap sekarang." "Baik Tuan, kalau begitu saya permisi." John mengibaskan tangannya, tanda bahwa agar Griffin cepat keluar dari kamarnya. Dia mendengus kasar setelah Griffin keluar dari sana. John berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Setidaknya dia harus kembali wangi tanpa bau cairan dewasa sama sekali. John sudah tidak sabar ingin memberikan hadiah pada orang yang sudah bermain-main dengannya. John akan menyingkirkan kerikil-kerikil kecil yang menganggunya. Entah setajam apa pun kerikil itu, John akan menyingkirkan nya sampai habis tak bersisa. +++ Seseorang yang tangan dan kakinya terikat langsung menoleh begitu mendengar suara langkah kaki sekaligus suara benda yang diseret. Keberadaannya saat ini di ketinggian hampir 1000ft. Dengan lampu yang tidak begitu terang, orang tersebut harus benar-benar memperhatikan siapa yang datang kali ini. Tapi mendengar langkah kakinya saja sudah membuat tubuh orang tersebut bergetar. "Selamat malam, Tuan Law, temanku." sapa John dengan senyuman iblisnya yang langsung membuat bulu kuduk Law berdiri. Kedua netra Law melebar sempurna begitu mengetahui siapa yang datang. John Nicholas Leister, mafia gila yang ingin dia hindari. "Tuan John, apa yang kau katakan? Jangan memanggilku begitu. Tolong lepaskan saya Tuan John, tolong biarkan saya hidup." John mengangkat tongkat golf yang dia bawa, dan bergerak mengayunkan benda itu ke arah Law yang langsung menutup kedua matanya. "Tidak, aku hanya bercanda." seru John sambil tertawa sarkas. Detik berikutnya, dia kembali melanjutkan, "setidaknya untuk saat ini." Baru juga Law ingin menghela napas lega, tiba-tiba langsung tegang kembali saat mendengarnya. Dia menatap penuh mengiba ke arah John yang mulai menatapnya dengan horor. "Harusnya kau membalas sapaanku dulu, bukan langsung memohon." "Tuan John, ku mohon maafkan aku dan biarkan aku tetap hidup. Tolong jangan bunuh saya! Saya punya anak dan istri, tolong kasihani saya." John kembali mengangkat tongkat golfnya untuk menyentuh pipi Law. Menepuk-nepuk pipinya dengan ujung tongkat golf tersebut yang mulai terasa dingin karena udara luar yang terbuka ini. "Apa urusannya denganku?" ujar John sembari menekan d**a Law menggunakan tongkat golf nya itu. "Kau pikir aku peduli? Aku tak suka mendengar seseorang menjual kesedihannya di hadapanku. Tidak akan berguna sama sekali dan percuma." "Tuan, saya akan melakukan apa saja untukmu. Asal maafkan saya dan jangan bunuh saya, Tuan John. Saya moh—" John mendecih sambil memukul mulut Law dengan pelan. Tentu saja menggunakan tongkat golf tersebut. "Kerikil kecil sepertimu memang harus segera disingkirkan. Kau menjual data pribadiku pada seorang detektif, bukan?" "T—tuan John, saya bisa jelaskan!" John mengangkat tangannya yang kosong ke udara, tanda agar pria itu berhenti bicara dan John tidak mau mendengar apa pun. Kesalahan Law sudah begitu fatal karena membocorkan identitasnya pada seorang detektif tua yang memang sudah mengincarnya sejak lama. Tentu saja itu bisa membahayakan jika sampai detektif itu berhasil menjebloskannya ke penjara. John berjalan memutari tubuh Law, lalu saat berdiri di belakang pria itu, John mengayunkan tongkatnya dan tentu saja memukul kepala Law dengan keras. Law menjerit ketika benda keras nan berat itu dipukulkan secara sengaja pada kepalanya. Dia berteriak memohon ampun dan mengharapkan kehidupan. Tapi John sudah tertutup kabut. Matanya sudah dipenuhi dengan kemarahan yang membumbung tinggi. John terus memukul kepala Law dengan tongkatnya hingga darah mengucur pada kepala pria itu. Bahkan pakaian John sekaligus wajahnya sedikit terkena cipratan dari darah Law barusan. Sementara itu, Griffin hanya menatap miris ke arah Law yang benar-benar mati di tangan sang tuan. Pemandangan seperti ini memang sudah biasa bagi Griffin. Sudah biasa melihat bagaimana iblis merasuki diri tuannya. Griffin hanya bisa menyaksikan, saat John terus memukul sampai membabi buta. Disaat Law sudah tewas pun, John masih memukulnya untuk menghilangkan kekesalannya. John tersenyum menyeramkan, lalu tertawa melihat Law mati ditangannya. Dia benci orang yang sudah berkhianat padanya. Baginya tidak ada ampun untuk mereka yang berani melawannya. Apalagi berniat untuk menghancurkannya. "Griffin," panggilnya dan asistennya itu buru-buru mendekat. "Urus dia," lanjutnya sembari menyerahkan tongkat golf miliknya itu pada Griffin. John mengeluarkan sebatang rokok dan pemantik. Dia kembali merokok dengan santai, seolah tak terjadi apa pun barusan. John memperhatikan saat Griffin membuka ikatan tangan dan kaki pada Law yang sudah tewas. Bahkan terus menyaksikan saat Griffin mendorong tubuh Law dari atas, hingga terjatuh ke bawah. Terjun ke bawah. "Maaf Tuan, saya harus melakukan itu, agar orang-orang mengira jika dia bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari ketinggian." "Bagus, tidak sia-sia kau menjadi asistenku. Otakmu memang harus cerdas sepertiku," sahut John dan Griffin sedikit menunduk sebagai rasa hormatnya pada sang tuan. "Ayo, saatnya mengurus file yang dibawa oleh detektif itu." seru John, lalu melangkah lebih dulu ke depan. John akan melakukan apa saja agar bisa mengambil kembali file yang diberikan Law pada detektif gila yang mengincarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN