"Ampuni aku! Jangan tarik rambutku, sakit!" teriak Gisella.
"Jadi wanita jalang itu harus tahu diri. Di sini aku membeli kamu jadi aku ingin kamu bisa memuaskan aku. Turuti apapun yang aku inginkan karena kamu hanyalah istri yang aku nikahi untuk penghangat ranjang."
"Sakit! Ampun aku! Aku salah."
"Ingat! Lahirkan anak untukku sebelum kamu berumur 30 tahun, jika tidak maka aku akan membunuhmu. Tetaplah jadi wanita penurut." Roger saat itu berdiri dia memakai bajunya langsung pergi meninggalkan kamar Gisella.
Dia tidak ingin membuat wanita itu terluka dan pingsan lagi karena sekarang dia sekarang harus fokus kembali kerja. Gisella sekarang begitu yakin kalau Roger memang sangat membencinya.
"Bagaimana mungkin Roger mengatakan kalau orang tuaku pembunuh ibunya. Apa dia sakit hati makanya dia balas dendam padaku dengan cara aku dijadikan pemuas ranjangnya yang lebih buruk dari pada anjing penjaga di rumah ini? Tuhan bagaimana aku harus bisa ke luar dari sini?" wanita ini hanya bisa menangis dengan kemalangannya.
Di umur Gisel yang ke 27 tahun malah dia hanya jadi istri kontrak yang dipaksa melayani pria dingin ini dan harus segera melahirkan anak agar bisa melunasi biaya 20 miliar itu. Padahal harusnya dia tidak perlu melahirkan anak tapi itu perjanjian tambahan karena Roger sangat terdesak.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa mungkin aku harus membuat Roger jatuh cinta padaku lagi? Agar dia bisa luluh hatinya dan tidak membenci aku?" Gisella hanya duduk di atas ranjang kakinya dia tekuk dan kepalanya ditaruh di lututnya karena dia sedih menangis tidak ada hentinya.
Dia seorang Tuan Putri tapi dia sekarang hanya wanita rendahan yang harus rela membuka pahanya setiap hari demi pria yang sangat membenci dirinya. Cinta di hati Gisel untuk Roger masih sama, kenapa dia tidak bisa membenci Roger padahal sekarang dia sangat jahat? Cinta itu buta dan deritanya tidak ada akhirnya.
Dia pergi mandi dan setelah itu dia ganti baju lalu turun ke lantai bawah. Dia melihat Roger berada di meja makan sedang sarapan pagi, pria itu acuh tak acuh padahal tadi dia memaksa Gisel bercinta dengannya.
"Itu... aku... ingin?" Gisel ingin bicara gak dia takut jadi suaranya menjadi gagap.
"Kamu ingin apa?" tanya Roger dengan wajah dingin dan tangannya di taruh di atas meja seolah wajahnya galak dan ingin memakan Gisell.
"Itu bisa tidak kamu kalau bicara sama aku santai. Aku tahu aku salah, aku minta maaf dan aku sekarang akan berusaha menjadi wanita yang kamu sukai. Karena aku istri kontrak kamu yang akan melahirkan anak untuk kamu."
"Bagus, kamu sudah pintar sekarang. Ada satu yang harus kamu tahu, aku ingin punya anak dari kamu karena terpaksa. Setelah anak itu lahir kamu harus pergi dan kita akan cerai," sahutnya.
"Baik, kenapa aku harus dipisahkan dari anakku?"
"Agar kamu tahu rasanya tidak akan pernah bersama anak yang kamu sayang. Agara kamu tahu rasanya kehilangan anak kamu seperti aku kehilangan Ibuku." Pria itu berdiri membenarnya Jaz kerjanya dan segera pergi begitu saja karena dia akan telat kerjanya.
Gisella harus terbiasa dengan pria yang benci pada dirinya. Dia makan makanan yang ada di atas meja, air matanya mengalir membanjiri pipinya cantiknya.
"Papa, Mama, apa benar kamu membunuh ibu pria yang aku cintai? Lihatlah sekarang, aku bisa bersama pria yang aku cintai tapi malah kalian berdua yang pergi. Sedangkan aku sudah terlambat datang, pria yang aku cintai malah membenciku dan selalu memaksaku menyiksaku dengan perlakuan kasarnya." air matanya jatuh ke piring yang dia buat makan tapi dia melanjutkan makannya karena dia harus tetap makan agar tidak sakit.
Seorang pria masuk ke dalam mobil, dia melajukan mobilnya begitu cepat untuk menuju ke perusahaannya. Dia tidak masuk kerja selama beberapa hari karena sibuk menikah tapi menikah kontrak jadi tidak ada acara bulan madu, adanya hanya tiap hari dia menyiksa Gisel.
"Apa wanita itu sudah menderita? Aku akan buat dia sakit dan merasakan bagaimana rasanya direndkan, dihina dan disiksa di saat kamu bukan siapa-siapa. Aku hanya khawatir saja kalau Kakek menentang pernikahanku dengan wanita ini?" Roger baru sadar kalau dirinya sama sekali tidak memberitahukan Kakeknya tentang pernikahan kontraknya.
Saat dia sudah tiba di perusahaannya, dia sudah memarkirkan mobilnya di tempat parkir khusus CEO. Tapi ketika dia berjalan kaki akan masuk ke perusahaan, dari kejauhan seorang wanita memamggila dirinya. Wanita itu bersama Kakeknya dan di kaget.
"Roger, ini cucu perempuan dari teman Kakek. Kamu harus dekat sama dia," kata sang Kakek saat dia sudah berbicara dengannya.
"Kakek, cukup! Aku sibuk dan tidak ada waktu meladeni perjohan ini." Pria ini kembali masuk ke mobilnya dan pergi begitu saja meninggalkan perusahananya.
Dia kembali ke villa pribadinya meskipun sang Kakek berteriak marah karena cucunya membangkang tidak mau dijodohkan. Tak lama kemudian, Roger kembali ke villa pribadinya dan dia sangat buruk moodnya.
"Kepalaku pusing dan moodku hancur. Gisel, kamu dimana?" teriak nya.
"Kenapa kamu pulang? Bukannya kamu kerja?"
"Aku bosnya jadi kamu diam saja. Aku mau kerja atau tidur di rumah terserah aku. Ikuti aku ke taman hibur aku di taman bunga dan aku akan suruh semua pelayan agar tidak ke teman bunga."
Roger menyeret Gisel ke taman bunga mawar yang indah di belakang rumahnya. Lalu mereka berdua menuju gazebo di taman bunga itu.
"Kenapa kamu menarikku ke taman bunga?"
"Sepertinya aku mulai hyper s3x jadi puaskan aku di gazebo ini dengan latar taman bunga. Kia making love di taman bunga ini?" Roger saat itu langsung mencium wanita yang ada di hadapannya tanpa membiarkan dia menjawab dirinya.
Dia melumat kasar lidah gadis ini, mereka bertukar Saliva satu sama lain. Lalu Roger jadi kebiasaan merobek baju Gisella.
"Ini menutupi tubuh indah kamu. Sayang cepatlah! Biarkan aku sekarang yang bermain." pria ini hanya ingin menghilangkan rasa pusingnya karena sang Kakek memaksanya berjodoh dengan wanita yang tidak dia kenal.
"Bajuku kenapa kamu robek? Aku malu, ayo ke kamar saja. Please Roger! Jangan maling love di taman, aku malu nanti ada yang melihat," pintanya.
"Diam! Tahan mulut kamu jangan sampai keras mendesahnya. Ah... akhirnya masuk juga." pria ini tidak peduli malah dia langsung membuka paha gadis ini dan membaringkannya di kursi yang ada di gazebo lalu dia mulai memasukan miliknya yang sudah menegang dan mengerjakannya sambil dia mencium bibir gadis ini.
"Ah.. ah.. cukup.. sakit! Kenapa selalu kasar? Tolong hentikan!" Gisel menangis sambil dia mencakar pundak Roger agar dia bisa menghentikan permainan kasar pria ini.
"Aku akan lembut tapi kamu harus berada di atasku sekarang dan kita ganti posisi."
Roger memaksa Gisella making love di taman di jam 9 pagi dan itu sangat gila. Pria ini menikmati permainannya memaksa Gisel bercinta tapi Gisel menahan tangisnya dan desahannya karena takut ketahuan kalau mereka bercinta di taman bunga.