"Tolong hentikan! Kenapa bisa aku harus jadi seperti ini? Apa aku bagimu hanya pemuas ranjang kamu?" Gisella menitihkan air matanya ketika Roger terus menggerakkan pinggulnya untuk mendapatkan kenikmatan akhir, meskipun mereka bercinta di gazebo yang ada di taman bunga.
"Kamu pelayan hasratku, pemuas nafsuku. Lebarkan pahamu agar cepat selesai." dia terus mempercepat gerakkannya lalu setelah itu dia sudah menuntaskan gairahnya.
Gisella menutupi matanya dan dia mencoba untuk kuat dengan semua ini. Roger merapikan bajunya kembali dan pria ini menutupi tubuh Gisella dengan Jaz kerjanya.
"Cepat pakai baju kamu," suruhnya.
"Iya, kenapa selalu begini?" Gisella memakai Jaz kerja Roger lali pria itu mengendong wanita cantik yang habis memuaskan gairahnya.
Dalam hati Roger terbesit rasa kasihan dan rasa dendam yang menjadi satu. Dia senang melihat Gisell menangis tapi hatinya merasa sedih juga.
'Wanita apa yang harus aku lakukan sekarang? Sejujurnya aku sendiri kenapa bisa kecanduan jadi hyper ingin selalu bercinta dengan kamu?' batinnya.
Gisella merasa hangat digendong pria ini, seolah Roger yang dulu kembali tapi dia sadar pria ini bukan lagi anak pembantunya tapi seorang Tuan Muda dan CEO kaya raya.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu?"
"Kamu tampan tapi hyper, aku tidak suka bercinta sama kamu."
"Terus kalau kamu bilang tidak suka aku akan melepaskan kamu saat aku ingin menikmati tubuhmu? Tentu saja aku malah suka kamu tidak suka, aku akan terus paksa kamu sampai akhir kamu bisa melahirkan anak untukku." pria berwajah dingin dan kaku ini sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan wanita yang ada digendongannya.
Pria ini membawanya ke kamarnya agar dia ganti baju dan mandi.
"Mandilah! Aku akan pergi ke kamarku dan siapkan aku untuk makan malam. Kamu tidak hanya pelayan hasratku tapi kamu pelayanku juga jadi siapkan aku makanan dan air hangat untuk mandi juga setelah kamu mandi," ucapnya lalu pergi meninggalkan kamar Gisel.
"Ya, aku tahu. Aku akan mandi." Gisella segera masuk kamar mandi dan dia mandi di bawah guyuran air shower sambil menangis.
"Apa aku hanya bisa menangis terus? Aku harus kuat dan aku Kaka minta pria ini memberiku uang saku agar aku bisa kerja di luar rumah ini. Aku tidak mau jadi pelayan, aku ingin kerja di perusahaan saja."
Gisella mandi dengan cepat lalu dia ganti baju, dia turun dari lantai atas ke lantai bawah menuju dapur untuk masak makan siang. Dia begitu asik masak sampai dia tidak sadar kalau ada Roger yang ada di sampingnya.
"Masak apa?" tanya Roger.
"Makan siang, nasi goreng saja. Apa kamu tidak suka?"
"Suka saja, masakan kamu sebenarnya seleraku tidak lagi makanan pedas. Jadi jangan pedas." Roger memeluk Gisel dari belakang dan sikapnya berubah.
Saat itu suara bel pintu utama berbunyi tapi hanya pembantu saja yang membukakan. Ternyata Sang Kakek dan cucu temannya datang berkunjung ke villa Roger.
"Roger, kamu dimana? Ayo makan siang sama Kakek dan Kakek kenalin kamu sama wanita ini," teriaknya saat masuk ke villanya.
"Hah? Kakek ke sini? Kenapa tidak menelpon aku. Siapkan makanan Gisell, masak lebih banyak! Ada Kakek ke sini pasti dia belum makan," suruh Roger pada wanita ini yang masih sibuk memotong sayur dan bumbu untuk membuat nasi goreng.
"Ya, aku untuk 5 orang. Tumben Tuan Besar ke sini?" Gisel menjawabnya tapi dia bertanya kenapa Kakek Roger ke sini.
Saat itu sang Kakek memeluk cucunya karena dia tidak menemui dirinya setelah pulang dari Thailand. Saat itu sang Kakek dan wanita cantik calon tunangan Roger begitu kaget melihat foto pernikahan
"Apa maksud kamu ini? Kenapa ada foto pernikahan? Apa kamu diam-diam menikah di belakang Kakek?" tanya sang Kakek yang kaget melihat foto pernikahan yang terpampang nyata di ruang tamu dan ruang pernikahan agar semua orang tahu kalau dia menikah tujuannya memang seperti itu.
"Ya, aku sudah menikah makanya tadi aku kabur saat Kakek membawa Nona cantik ini. Maaf! Aku tak bilang ke Kakek karena aku menikah sangat mendadak," jawabnya.
"Mana istri kamu?"
"Gisel, kamu ke sini! Kakek ingin bertemu dengan kamu istriku," panggil Roger.
Gisella saat itu sedang memasak dan untungnya sudah matang, lalu dia ke luar dan menuju ruang tamu. Dia kaget kalau Kakeknya berasa wanita yang seumurannya datang.
"Ini istriku Kakek, namanya Gisella Winata." Roger memperkenalakan Gisella.
"Apa kamu istri cucuku? Sepertinya aku tahu wajah kamu? Kamu siapa lupa?" sang Kakek masih mengingat-ingat.
"Salah Gisella Winata, panggil Gisell saja Kek. Maaf! Saya menikah dengan cucu Anda mendadak karena dia cinta pertama saya 6 tahun yang lalu," ucapnya sambil dia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
"Apa? Wanita rendahan ibu istri kamu Roger? Apa kamu sudah gile menikahi putri Winata pebisnis yang korupsi dan dapat hukuman mati karena kasus narkotika juga?" teriak sang Kakek setelah mengingat wajah wanita ini.
"Kek, aku cinta dia dan aku akan menikah dengan dia sebenarnya atas izin Kakek tapi aku tahu kalau akan begini makanya aku nikah mendadak."
"Tuan Muda Roger, aku ini Melisa calon tunangan kamu. Kenapa bisa kamu menikah dengan wanita Seperi dia?" sahut Melisa.
"Ya di benar, kamu harusnya menikah dengan Melisa. Hei kamu! Cara apa yang kamu gunakan untuk menggoda cucuku? Apa kamu sengaja menggoda cucuku agar menikah dengan kamu. Pergi kamu dari villa ini! Cerai saja dengan cucuku." Sang Kakek begitu marah kalau dia melihat wajah cantik Gisell yang saat itu sudah menangis akibat hinaan.
"Maaf! Saya akan pergi sekarang juga. Tuan Roger, saya tidak pantas jadi istri Anda dan lebih baik saya ke luar dari rumah ini karena saya sudah diusir." Gisella saat itu berlari ke luar villa dan tidak ingin dihina seperti itu.
Dia tidak pernah serendah ini meskipun dia bukan Tuan Putri lagi. Roger saat itu mengejar Gisella karena hanya dia wanita yang bisa tidur dengannya meksipun dia sangat membencinya.
"Kakek, lihat semuanya. Rencanaku hancur karena Kakek. Aku akan kejar dia karena dia istriku sekarang." Roger ke luar dari villnya dan mengejar Gisell.
Saat itu Gisella ke luar dari villa pribadi Roger dan dia berhasil ke luar tanpa security ikut campur. Roger saat itu mencari kemana Gisell tapi saat dia ke luar dari pintu gerbang rumahnya terdengar suara kecelakaan.
Brakk...
"Ada apa? Siapa yang kecelakaan?" Roger melihat dari kejauhan ada mobil elpigiji yang sepertinya menabrak seorang wanita.
"Apa itu Gisella? Tidak, dia tidak boleh mati dulu." Roger berlari ke arah banyak orang yang mengerumuni korban kecelakaan dan dia kaget saya melihat siapa korban kecelakaan tersebut.