Berani Sekali Kamu Kabur Dariku

1029 Kata
"Tenang, saya Dokter jadi Anda tidak dicambuk," jawab Dokter yang memeriksa Gisella. "Dokter, ahh sakit!" "Saya akan pelan-pelan." "Dokter, bagaimana keadaan wanita ini?" tanya Roger yang saat itu ada di dalam kamar juga melihat Dokter memeriksa Gisella. "Akan sembuh kalau tidak kena air dan luka cambuknya bisa kering cepat kalau memakaikan salep juga minum obat dari saya," jawab Dokter yang sudah selesai merawat luka wanita ini. "Terimah kasih, Anda bisa pulang dan saya akan bayar Anda melalui transfer ke rekening Anda," jawab Roger. "Baik, saya akan pulang dulu." Dokter segera pamit karena dia takut pada Roger dia tahu seperti apa Tuan Muda ini kalau marah. Setelah Dokter ke luar dari kamar dan diantarkan ke luar rumah, Gisella beteriak kencang. Dia takut akan dicambuk lagi oleh pria yang ada di hadapannya ini. "Roger, ampuni aku! Tolong jangan cambuk aku lagi," teriaknya. "Baiklah! Aku tidak akan mencambuk kamu. Aku minta maaf karena tadi ingat Ibuku yang dipukul mati orang tuamu." Roger sekarang hanya minta maaf saja agar Gisella tidak membenci dirinya. "Kenapa kamu selalu jahat? Apa salahku?" "Kalau kamu bisa mengembalikan nyawa Ibuku maka aku akan memaafkan kamu. Apa kamu bisa mengembalikan Ibuku yang dibunuh kedua orang tua kamu?" tanya Roger. "Aku minta maaf karena ulah orang tuaku kamu kehilangan Ibumu. Bibi sangat baik padaku dan aku sama sekali tidak tahu selama ini." "Kamu jelas sekali tak tahu karena Tuan Putri manja seperti kamu diwaktu dulu tidak akan tahu bagaimana rasanya diinjak-injak sampai hilang nyawanya. Sekarang kamu hanya perlu patuh dan jadi mainanku, maka kamu akan aman meksipun harus menderita. Setidaknya kamu akan menjadi istri orang terkaya di negara ini." Roger saat itu pergi begitu saja meninggalkan kamar Gisell dengan cara menutup pintu sangat keras sehingga Gisell kaget. "Kenapa kamu selalu ingin aku mati? Roger, apa kamu tidak ada rasa cinta sedikitpun padaku? Apa lebih baik aku kabur saja? Aku tidak mau mati konyol di villa ini." Gisella berpikir untuk kabur karena dia sudah tidak kuat menahan siksaan yang diberikan Roger. Tidak hanya dijadikan penghangat ranjang tapi kadang disiksa dan dipukuli dicambuk sesuka hatinya. Rasa cinta untuk Roger di hati Gisella mulai memudar dan dia mulai berpikir secara logika. "Aku tahu dia akan membunuhku di villa ini, jika terus aku ada di sisinya. Aku harus kabur dan aku tidak rugi, uang 20 miliar sudah dibawa oleh bibi dan kesucianku sudah dibeli bahkan aku sudah jadi teman ranjangnya jadi impas. Bagaimana cara aku ke luar dari villa ini?" Gisella hanya berbicara seorang diri agar dia bisa bebas dari kurungan penderitaan di villa ini. Dia terus merenung meskipun sejujur tubuhnya sakit. Selama Gisella sakit dan lukanya belum pulih Roger tidak mengunjungi dirinya. Sudah satu Minggu Roger tidak mengunjungi dirinya karena dia pergi ke luar kota untuk mengecek proyek perusahaan yang. baru didirikan oleh sang Kakek. Sekarang Gisella hanya seorang diri dan dia bertanya pada pembantu soal Roger. "Kemana Tuan Muda?" tanya Gisella. "Tuan sedang sibuk di luar kota karena bisnis baru. Katanya dia akan tiba besok malam. Kalau Anda kangen Tuan, Anda bisa meneleponnya," jawab sang Bibi Pembantu. "Tidak! Aku hanya senang saja dia tidak mengunjungi aku ke sini." Gisella nampak senang karena dia akhir-akhir ini sudah memeriksa cara untuk kabur. Dia saat itu berpura-pura muntah dan sakit, lalu dia meminta istirahat agar tidak diganggu siapapun. Jadi semua orang membiarkan Gisella di kamar sampai jam lima sore. "Biasanya kalau jam segini ada anak buah Roger ke luar villa untuk membeli persediaan buat besok pagi. Roger selalu menyuruh bibi pembantu dan supir di sini membeli sayuran setiap hari agar segar jadi aku akan kabur ikut mereka di jok belakang saja." Gisella saat itu dia langsung berganti baju dengan baju pembantu yang dia curi kemarin pagi. Dia menyelinap ke luar dan pergi ke mobil security yang akan mengantarkan Bibi pembantu belanja sayur di malam hari. Belinya saat malam hari karena kalau beli pagi hari tidak bisa dibuat sarapan pagi. Sekarang Gisella sudah masuk ke jok belakang karena sepertinya baru saja jok belakang dibuat untuk menurunkan bahan makanan jadi tak ditutup. Gisella sudah berhasil masuk ke jok belakang mobil dan mobil saat itu melaju. 'Aku sudah berhasil kabur dan aku harap tidak Kana pernah ketahuan oleh dia." Gisella sudah pergi ke luar dari villa dengan bersembunyi di jok belakang mobil. Tapi di saat mobil itu ke luar dari villa, ternyata Roger juga baru datang dari luar kota. Mobilnya masuk ke halaman villa dan mobil security yang membawa Gisella ke luar. Sekarang Roger turun dari mobil dan perasaannya sangat tidak enak. "Ada apa ini? Apa wanita ini bunuh diri? Aku akan melihat ke kamarnya karena sudah satu Minggu aku tidak menemuinya?" Roger saat itu langsung ke kamar Gisella. Saat sudah sampai di kamar Gisella, dia tidak menemukan siapapun dan dia mencari ke kamar mandi juga tidak ada. Dia berteriak keras memanggil Gisella tapi tidak ada sahutan malah yang datang pembantu. "Gisella, kamu ada dimana? Sebelum aku membunuh kamu? Cepat jawab aku, kurang ajar berani sekali kamu sembunyi dariku?" teriaknya saat dia berada di depan kamarnya. Semua pembantu yang mendengar seger menuju kamar Gisella. Mereka takut kenapa Tuan Mudanya berteriak kencang. "Tuan, ada apa?" tanya sang pembantu lain yang datang. "Dimana Gisella? Kemana perginya?" "Nona Ada di kamar Tuan. Seharian ini dia tidak ke luar dari kamar katanya sakit," jawab semua pembantu. "Sial! Cari semuanya di sekitar villa ini. Apa dia takut dan bersembunyi?" "Baik, ayo semuanya cari Nona sekarang." Roger saat itu juga mencari Gisella dan tidak menemukannya dan beberapa pembantu juta sudah mencari di kamar dan di ruangan mananapun tapi tidak ada hasil. "Apa kalian sudah menemukan dimana Gisel?" "Tidak ada Tuan, kira sudah mencarinya sampai ke taman belakang dan ini lebih dari 1 jam," jawab semua pembantu. "Berani sekali kamu kabur dariku. Cepat kalian bubar! Aku akan cari sendiri." Roger saat itu ingat kalau villanya juga dilengkapi CCTV. Dia saat itu segera ke ruangan CCTV dan mencoba memeriksa rekaman CCTv hari ini. "Awasa saja kamu kalau kabur. Gisella, jangan harap kamu kabur dariku." Roger masih memeriksa laptop yang berhubungan dengan CCtTV tapi sayangnya hari itu CCTV dimatikan. "Sial! Aku menyuruh mereka mematikan kalau hari Minggu." Roger begitu marah dan dia saat itu ponselnya berdering. Dia mendapatkan telepon dari seseorang sehingga dia menahan amarahnya lebih dulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN