8. Pembohong Handal

1567 Kata
Pukul 8 pagi, Aruna sudah sampai di Restoran miliknya. Untuk jam buka Restoran sendiri masih 1 jam lagi yaitu pukul 9 pagi. Terhitung sudah 5 bulan Restoran ini berjalan, dan Alhamdulillah mendapat respons baik dari para pelanggan. Restoran dengan nuansa Indonesia itu terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama berisi dapur yang sangat besar mengingat menu Restoran yang memang banyak jenisnya, lalu ada gudang penyimpanan, tempat istirahat untuk karayawan, serta tempat para pembeli. Sedangkan di lantai dua, hampir seluruhnya digunakan untuk pembeli. Namun lantai dua bisa dibilang cukup spesial karna disana ada beberapa ruangan privat, yang mana bisa digunakan untuk acara meeting atau acara penting lainnya.  Lalu disana juga ada tempat outdor nya juga, yang mana berisi gazebo gazebo kecil sebagai tempat mereka duduk, tempat ini lebih sering ditempati oleh anak-anak muda. Dan di lantai paling atas yang mana itu adalah lantai tiga, disana adalah ruang pribadi milik Aruna dan sahabatnya. Lantai itu terdiri dari 3 kamar, ruang bersantai, ruang kerja Aruna dan Agatha, dapur dan juga ruang makan, dan ada sebuah taman rooftop yang terlihat sangat asri berisi banyak tanaman. "Baru sampai Run?" sapa Agatha saat melihat Aruna sedang berada didepan kulkas, perempuan itu memang sedang menyimpan rendang yang dia bawa dari rumah tadi. "Iya. Kamu sudah sarapan belum Tha? Aku bawa rendang nih, kebetulan tadi Mama masak banyak" "Udah, bareng yang lainnya tadi. Buat makan siang aja Run" Aruna menganggukkan kepalanya lalu kembali memasukan bekal makanan yang tadi dia bawa. Kemudian kedua sahabat itu berjalan bersama menuju lift untuk menuju lantai bawah, lift yang memang dikhususkan untuk para karyawan dan pemiliknya. Begitu sampai, mereka berdua langsung sibuk dengan tugas masing-masing yaitu mengechek menu makanan dan juga ikut membantu para karyawannya. Untuk dapur memang dibagi menjadi beberapa kubikel tergantung jenis makanannya, misalnya seperti makanan berkuah yang mana berisi menu Bakso,Mie Ayam dan juga Soto. Lalu ada juga masakan Lamongan yang berisi, pecelan,bakaran,sup iga,nasi uduk. Dan yang terakhir ada makanan seafood. Sebenarnya masih ada banyak makanan Nusantara yang rencanannya akan mereka tambahkan secara bertahap, sesuai dengan namanya yaitu Restoran Nusantara. "Nia, ini ada catatan pesanan dari Reziena. Seperti biasa, di kirim sebelum waktu dzuhur ke Rumah sakit ya" sembari menyerahkan secarik kertas kecil yang berisi catatan pesanan, Setiap akan memasuki jam makan siang, Restoran Nusantara akan disibuk kan dengan pesanan dari pembeli yang datang langsung atau pun makanan pesan antar. "Oke, siap mbak" Lalu Aruna kembali mencatat orderan yang nantinya akan dikirim di jam makan siang, Perempuan yang sebentar lagi akan berubah status menjadi seorang istri itu tampak fokus di depan meja kasir, sekarang sudah pukul 10 lebih dan Restoran juga mulai ramai oleh pembeli. "Run" panggil sebuah suara yang sangat dikenali oleh Aruna "Hai Dil, tumben sudah kesini. Apa mau ada meeting?" Ardila menganggukkan kepalanya tanda membenarkan ucapan dari si Owner Restoran yang tak lain adalah Aruna, sahabat dari Aruna itu bekerja sebagai Sekretaris di sebuah perusahaan yang cukup ternama. "Terus Bu Andini mana? Kok cuma sendirian" Andini adalah bos dari Ardila, dan Aruna memang cukup akrab dengan wanita karir itu "Ada, tapi masih di mobil. Lagi telvonan kayaknya, jadi gue duluan deh" Aruna menganggukkan kepalanya tanda mengerti "Oh ya nanti malam lo menginap disini ya Run, gue pingin curhat" pinta Ardila dengan wajah melas "Soalnya kalau cuma sama Agatha kurang seru, yang ada kepala gue malah puyeng karna mendengar ceramahannya" Aruna tertawa kecil mendengar keluhan dari sahabatnya itu, Agatha yang dulu sering mereka panggil dengan si anak bucin, kini berubah menjadi perempuan yang berpikiran cukup dewasa. Sifat kekanak-kanakan yang sering di tunjuk kan sudah tidak ada lagi, yang ada hanya Agatha si dewasa dan tangguh. "Oke, nanti malam aku menginap disini deh. Apa sih yang enggak buat kamu Dil" ujar Aruna disela tawanya, dia merasa geli dengan ucapannya sendiri ? Di tempat lain, tepatnya disebuah perusahaan yang beroperasi di bidang pembangunan. Rakandaru tengan fokus membuat desain bangunan sebuah rumah, rumah yang nantinya akan dia tempati bersama keluarganya kelak. Lelaki itu tersenyum kecil saat mengingat obrolannya dengan seseorang, dan sekarang dia tengah berusaha mewujudkan impian dari seseorang itu. Mungkin dengan begini, rasa bersalahnya akan mulai berkurang. Sesaat fokus Rakandaru terpecahkan oleh suara panggilan telpon yang berasal dari ponsel miliknya, lelaki itu berdecak pelan, lalu perlahan menghampiri meja kerjanya. Raut wajahnya langsung berubah saat melihat nama Bianca di layar ponselnya, ternyata sang kekasih lah yang sedang menghubunginya. "Hallo, Assalamu'alaikum Bi" sapa Rakandaru saat panggilan mereka sudah terhubung satu sama lain "Waalaikumussalam. Sayang, aku ganggu kamu gak nih?" Balas Bianca dari sebrang sana "Enggak kok, ada apa? Kayaknya lagi senang banget" "Hehe.. Iya. Nanti malam mampir ke rumah ya, soalnya Bunda mau buat acara makan-makan. Sebagai syukuran atas kehamilannya kak Ningrum" "Insya Allah, aku pasti datang kok sayang" "Oke sayang, nanti aku sampaikan ke Bunda. Ya sudah kamu lanjut kerja lagi deh, dan jangan lupa makan siang ya" Bianca merasa senang kala sang tunangan menyanggupi untuk datang ke rumahnya "Udah, gitu aja nih? Gak ada kiss bay atau apa gitu, sebagai penyemangat buat aku?" ujar Ralandaru yang sengaja ingin menjahili si tunangan "Dasar genit, Mmmmuuuaahh sayang" meski dengan sedikit malu-malu, Bianca pun memberikan apa yang Rakandaru minta tadi Dan panggilan pun di akhiri secara sepihak oleh Bianca, Rakandaru dibuat tertawa dengan tingkah kekasihnya itu. Kadang perempuan itu akan bertingkah sangat manja didepannya dan kadang juga bertingkah malu-malu yang semakin membuat dirinya gemas oleh tingkah Bianca. Teringat jika hubungan mereka sebentar lagi akan berakhir, entah mengapa membuatnya merasa sakit hanya dengan membayangkannya saja. Bahkan sampai sekarang dia belum menemukan waktu yang tepat untuk menjelaskan masalahnya pada kekasihnya itu, tetapi cepat atau lambat dia harus mengakhiri semuanya. "Aarrgghh" teriak Rakandaru dengan rasa frustasinya, mungkin sebentar lagi dia akan menjadi gila karna merasa tertekan dengan keadaannya saat ini. Mungkinkah semua ini adalah karma atas perbuatannya dimasa lalu, atau kah ini adalah hasil dari perbuatan kejam di kehidupan sebelumnya. Sampai tak terasa waktu pun cepat berlalu dan malam telah tiba, kini Rakandaru telah rapi dengan kemeja navy juga celana panjang yang semakin membuatnya terlihat tampan. Lelaki itu telah tiba di rumah sang kekasih untuk memenuhi janji atas undangan makan malam bersama keluarga Bianca. "Sayang, kamu sudah sampai. Ayo masuk, yang lainnya juga sudah datang kok" Bianca begitu antusias menggandengan tangan Rakandaru untuk dia bawa masuk kedalam rumah, keluarganya yang lain memang sudah berkumpul diruang tamu. Sebenarnya ini bukanlah acara besar, hanya sekadar makan malam biasa sebagai syukuran atas kehamilan pertama dari kakaknya yang bernama Ningrum. Rakandaru langsung menyalami bunda dan juga Ayah dari Bianca, ada juga kakak dari kekasihnya itu. Bianca adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, kedua kakaknya sudah menikah semua dan hanya Bianca yang belum. Lalu setelah merasa semuanya sudah lengkap, acara makan malam pun di mulai. Rakandaru yang memang tak terlalu akrab dengan Ayah dari Bianca, hanya menjawab seadaanya saat lelaki paruh baya itu mengajaknya mengobrol disela makan malam ini. "Alhamdulillah kakak sudah hamil, terus giliran kamu kapan nih Bi. Kalian berdua jangan lama-lama pacarannya, nanti malah diserobot orang loh" canda Ningrum pada adiknya itu Bianca menjadi salah tingkah karna ucapan dari kakaknya, sedangkan Rakandaru sebisa mungkin membuat raut wajahnya untuk tetap tersenyum. Ucapan dari Ningrum seakan tengah menyindirnya, kembali menyadarkan Rakandaru tentang statusnya yang saat ini menjadi calon suami dari perempuan lain dan itu bukan lah Bianca. "Kakak apaan sih. Mentang-mentang sudah menjadi calon ibu, sekarang suka ngeledekin terus deh. Aku sama Daru itu santai ya, yang? Nanti kalau sudah waktunya menikah juga bakal nikah kok" Rakandaru hanya membalas ucapan Bianca dengan sebuah elusan dikepala kekasihnya itu, senyumnya dia jadikan tameng dari rasa bersalahnya pada kekasih juga keluarga dari perempuan itu. Karna sampai kapan pun dia tidak akan bisa mewujudkan harapan dari mereka semua. "Ayo Daru, tambah lagi makanannya . Jangan sungkan ya, Ningrum memang suka bercanda sama adiknya ini. Jangan di jadi kan beban ya" ucap wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu dari Bianca "Iya tante" ucap Rakandaru dengan sopan Mereka semua kembali makan dengan suasana hangat kekeluargaan, sampai acara makan selesai, mereka lanjut mengobrol di ruang tamu. Namun suasana langsung berubah tegang karna kehadiran seorang wanita yang terlihat masih cukup muda datang bersama anak kecil, seseorang yang mungkin tak seharusnya ada di rumah itu. “Ngapain kamu datang kesini? Dasar tamu tak di undang” hardik Ningrum yang saat ini sudah dalam keadaan berdiri, kedua sorot matanya tak bisa membohongi jika saat ini wanita hamil itu benar-benar sedang diliputi oleh amarah “Ningrum, sabar sayang. Ingat! Saat ini kamu sedang hamil, dan kamu gak boleh terlalu emosian” disampingnya ada sang suami yang berusaha meredakan amarah istrinya itu Respons Ningrum yang berapi-rapi juga sebenarnya tengah dirasakan juga oleh Bianca. Bahkan tanpa sadar, tangannya tengah meremas lengan Rakandaru yang duduk di sampingnya. “Tapi aku benar-benar sudah muak dengan sikap si pelakor ini Mas” Sedangkan wanita yang menjadi sumber masalah itu hanya diam sembari tersenyum sinis melihat penolakan yang dilakukan oleh anak tirinya itu. Bahkan Ningrum berani mencercannya didepan putranya yang terbilang masih kecil. Tamara, wanita yang menjadi istri muda dari Ayah Bianca itu adalah seorang wanita perebut suami orang. Dan yang lebih parahnya lagi, Tamara adalah teman baik dari Kakak pertama Bianca yang bernama Sandra. Bisa dibayangkan betapa hancurnya hati keluarga itu disaat mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh Tamara dan Ayah dari Bianca sendiri. Oleh karena itu, sampai sekarang dan bahkan mungkin untuk selamanya, mereka yang pernah disakiti oleh Tamara tak akan pernah mau menerima wanita jahat itu sebagai bagian dari keluarga. Dendam dan penghianatan yang dilakukan oleh Tamara akan selalu membekas dihati mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN