Sudah satu minggu sejak kedatangan Rakandaru dan keluarganya. Meski Rakandaru telah resmi melamarnya, tapi yang dirasa Aruna masih sama seperti sebelumnya. Kenyata'an bila Rakandaru masih mengabaikannya sedikit membuat Aruna goyah untuk tetap melanjutkan pernikahan mereka.
Meski dia menyutujui perminta'an Rakandaru untuk menyembunyikan perihal pernikahannya pada Bianca, tapi dia juga tak bisa memungkiri kalau dia terluka.
Dia hanya bisa berharap semoga Rakandaru bisa perlahan mencoba mencintainya, karna 2 bulan lagi mereka akan menggelar pernikahan.
"Run gimana soal persiaan pernikahan Lo dan kak Daru..?" tanya Agatha dengan tatapan ang fokus pada beberapa laporan tentang penjualan di Restoran milik mereka,
Iya Aruna dan ke empat sahabatnya memang memiliki Restoran yang mereka beri nama "Restoran Nusantara"
Restoran yang menyajikan beberapa makanan khas Indonesia itu di kelola oleh Aruna dan Agatha dengan ke tiga sahabatnya yang lain sebagai penanam saham.
Semenjak kepulangan dari Harvard Aruna memang berencana membangun usahanya sendiri, meski dia juga ditawari untuk bekerja di perusahaan keluarga tapi dia tetap memilih mewujudkan impianya bersama sahabatnya saat masa sekolah dulu.
"Untuk masalah Gedung, sovenir dan dekorasi sudah kami serahkan ke WO Tha, jadi kita tinggal fiting baju dan membeli cincin pernikahan" jelas Aruna pada sahabatnya itu
"Terus untuk konsumsi gimana.? Jadi di sponsori Restoran kita kah..? "
"Tentu saja, tapi nanti bakal ada makanan lainnya juga kok"
Agatha menghembuskan nafasnya dengan berat, dilihatnya Aruna yang mengembangkan senyuman tipis, entah mengapa dia merasa jika sahabatnya itu sedikit tertekan.
"Bagus deh kalau gitu semoga semuanya lancar sampai hari H ya Run, jujur gue masih gak percaya kalau diantara kita berlima malah lo duluan yang nikah"
"Jadi maksudnya diantara kita berlima aku gitu yang bakal nikah terakhir..? " ucap Aruna dengan wajah yang sengaja dibuat kesal
"Ha..ha.. Ya bisa jadi kan, selama ini kan cuma Lo yang belum pernah pacaran, gue sampai curiga kalau ternyata lo itu lesbian Run" canda Agatha yang langsung dihadiahi keplakan dilengan oleh Aruna
"Kalau aku lesbi kalian berempat bakal aku pacari semua, dan gak akan aku biarin kalian punya kekasih lain apalagi sampai menikah"
"Iih, serem banget Lo Run.. " lalu keduanya tertawa bersama, sejenak melupakan berkas yang harus mereka teliti.
?
Semenjak bangun dari tidur, Aruna terlihat begitu senang karna hari ini dia akan mulai fiting baju bersama Rakandaru. Meski nanti ada keluarganya yang lain juga, namun ini adalah pertemuan pertama mereka sejak lamaran waktu itu, dan rasanya dia sudah tidak sabar ingin bertatap muka dengan calon suaminya.
"Aduh, aku pakai baju apa ya? Pake dres, apa setelan ya" gumamnya sembari berdiri di depan kaca rias miliknya
Kemudian jari-jari lentik itu sibuk memilih beraneka ragam model pakaian yang tertata rapi didalam lemarinya.
Sampai akhirnya, setengah jam kemudian Aruna telah cantik dengan atasan blous bermodel sabrina dan bawahan celana berwarna putih.
"Sempurna" sembari menatap pantulan dirinya yang kini terlihat di dalam kaca
Setelah itu Aruna turun ke lantai satu dimana keluarganya mungkin sudah menunggunya di ruang makan untuk sarapan bersama, senyumnya sejak tadi tak juga luntur dari bibirnya.
"Selamat pagi semua" sapa Aruna setelah tiba di ruang makan,
Seperti biasanya Aruna akan mencium pipi mamanya dan berlanjut pada papa, lalu di akhir Aruna akan mendekati sang adik untuk mendapatkan sebuah ciuman. Kegiatan itu akan berlangsung setiap pagi disaat mereka akan memulai sarapan.
"Kakak cantik banget" puji Arsean setelah memberikan ciuman di pipi kanan Aruna
"Makasih adik sayang" balas Aruna yang mana semakin merekahlah senyuman di bibir
"Yang mau ketemu calon suami pasti senyumnya beda ya Mah"
Aira yang sedang mengambilkan nasi untuk suaminya itu tertawa pelan mendengan sindiran dari Arga untuk putri mereka, meski Aruna sudah dewasa namun dimata Arga tetap lah sebagai putri kecilnya yang manja. Rasanya masih menyenangkan saat dia dengan sengaja menjahili putrinya itu.
"Apa'an sih Pah, biasanya juga Aruna tersenyum seperti ini"
Aruna membalas ucapan papanya sembari tersenyum santai, mungkin efek dari Rakandaru sangat lah besar sehingga dia tak merasa kesal saat di jahili oleh sang papa.
Setelah menyelesaikan sarapan, Aruna menemani Arsean bermain sembari menunggu kedatangan Rakandaru. Lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu berjanji akan menjemputnya,
Namun hampir 1 jam berlalu tidak juga menampakan sosok Rakandaru, bahkan orang tuanya sudah pergi sejak setengah jam yang lalu. Aruna sengaja menolak ajakan orang tuanya untuk berangkat bersama karna dia sudah memiliki janji dengan calon suaminya,
"Kak, Kak Daru mana?. Kok belum datang juga"
Aruna menolehkan kepalanya ke samping dimana adiknya berada, tadi Arsean bersikeras ingin berangkat bersama Aruna karna bocah lelaki itu tak tega melihat sang kakak yang tengah menunggu jemputan dari Rakandaru.
"Sabar ya, mungkin Kak Daru lagi terjebak macet di jalan. Jadi, agak lama deh sampainya" ujar Aruna sembari mengusap lembut pipi melas milik adiknya, terlihat sekali jika Arsean sudah mulai bosan karna terlalu lama menunggu
Lalu fokus Aruna kembali pada ponsel miliknya yang sejak tadi masih menampilkan pesan WA nya yang belum juga di baca oleh Rakandaru, bahkan 2 panggilan darinya juga tak mendapatkan balasan.
Rakandaru
Kak Daru baik-baik saja kan?,
Aku masih menunggu kakak di Rumah
Aruna kembali mengirim pesan untuk Rakandaru, dia berharap semoga kakak dari Reziena itu segera membalas pesanya.
Sebuah mobil berwarna putih berjalan pelan memasuki halaman Rumah Aruna, dan tak lama setelah itu berhenti. Seorang gadis mulai turun untuk kemudian berjalan menuju pintu rumah, yang telah terbuka lebar menampilkan Aruna dan Arseantara.
Didalam rumah, dua kakak beradik yang tadi sedang bersantai di ruang tamu segera bergegas saat mendengar suara mobil yang baru saja berhenti di halaman rumahnya. Membuat keduanya merasa senang karna menyangka orang yang berjanji akan menjemput sudah datang.
Namun Aruna merasa kecewa saat yang dilihat matanya bukan Rakandaru, melainkan sahabatnya yang bernama Reziena.
"Kak Ziezie.." panggil Arsean dengan ceria saat melihat Reziena berjalan menghampirinya, wajah cemberutnya telah berganti dengan senyuman lebar
"Hallo sayang" sapanya sembari merentangkan tangan untuk memeluk tubuh kecil Arsean,
Lalu setelah selesai dengan Arsean, Reziena menatap sahabatnya dengan perasaan tidak enak.
"Tadi kak Daru menghubungi Gue, katanya suruh jemput Lo Run" ucap Reziena yang mana semakin mencipta mendung diwajah cantik Aruna
"Memangnya kak Daru kemana Zie?, kapan dia hubungi kamu?"
"Sekitar 20 menit yang lalu Run, tadinya Gue udah mau jalan ke butik. Dan setelah kak Daru nyuruh jemput Lo, Gue langsung putar balik kesini. Maaf ya, kalian jadi menunggu lama gara-gara Gue telat jemputnya" ujar Rezieana penuh sesal
"Santai saja Zie, malahan aku makasih karna sudah dijemput" balas Aruna dengan senyum palsunya
Tanpa banyak bicara akhirnya mereka bertiga menuju mobil, Aruna hanya bisa menyimpan rasa kecewanya rapat-rapat di dalam hati.
Seharusnya dia tak boleh terlalu berharap pada Rakandaru, karna sejak awal lelaki itu tak benar-benar menempatkanya menjadi orang spesial.
Bahkan untuk sekadar membalas pesannya saja tak dilakukan oleh Rakandaru, semua usaha yang dia lakukan seakan tak berarti apapun di mata lelaki itu. Semua ini bukan sepenuhnya kesalahannya, Rakandaru juga berperan penting pada masalah mereka.
"Run"
"Aruna" panggil Reziena dengan suara agak keras, gadis itu sudah memanggil Aruna berulang kali namun tak juga mendapat respons
"Kakak" kali ini Arsean yang mencoba memanggil sang Kakak
"Eh, iya, ada apa?" Aruna tersentak kaget saat Arsean memanggilnya tepat di dekat telinga, perempuan pemilik Restoran Nusantara itu menatap sahabat dan adiknya dengan tatapan bingung.
"Lo kenapa sih Run?, sedari tadi Gue panggil malah sibuk melamun terus"
"Aku cuma lagi kepikiran sama kak Daru, Zie. Menurutmu, apakah aku dan kak Daru bisa menjalani pernikahan kami dengan bahagia?"
Reziena melirik sahabatnya yang kini fokus menatap ke depan dengan kedua tangan yang sibuk memilin jari di atas pangkuanya.
Sebelum membalas pertanyaan Aruna, dia menghela nafasnya dengan pelan. Lalu tangan miliknya yang tidak memegang stir kemudi memegang erat tangan Aruna, Reziena berharap sahabatnya itu mampu merasakan ketulusannya.
"Gue yakin kalau kalian berdua pasti akan bahagia Run, semua yang telah terjadi memang sudah Takdirnya. Jadi, Gue berharap Lo bisa lebih kuat lagi dan tetap yakin. Lo harus percaya kalau kak Daru pasti akan mempertanggung jawabkan semuanya, cobalah memahaminya dan kasih dia kesempatan untuk menyelesaikan urusannya terlebih dahulu" Aruna menganggukan kepalanya dengan pelan, senyumnya juga perlahan mulai terbit menghiasi wajah cantik nya
Baiklah, mungkin benar jika dia harus lebih sabar lagi. Dia tidak boleh terlalu keras menuntut Rakandaru untuk dapat menerima dia seutuhnya, semua memang membutuhkan proses. Dan untuk proses panjang ini, Aruna berharap bahagia saat menjalani pernikahannya nanti.