Setelah obrolan singkatnya bersama Reziena di dalam mobil tadi, sepanjang perjalanan yang tersisa, Aruna kembali habiskan dengan keterdiaman. Namun perlahan senyumnya mulai terbit begitu kakinya mulai memasuki sebuah Butik yang mana akan digunakan untuk merancang gaun pernikahannya nanti.
"Akhirnya kalian sampai juga. Sayang, tadi Mama sudah lihat rancangan kebaya yang nantinya akan kamu gunakan pas akad nanti. Bagus banget, apalagi pas nanti kamu pakai" ucap Aira yang kini sedang menggandeng tangan putrinya untuk dibawa berkumpul bersama yang lainnya
"Kalau punya Mama dan Tante Maretha gimana?" tanya Aruna
"Sudah beres, nanti tinggal proses pengukuran saja"
Untuk kedua orang tua juga nantinya akan menggunakan model kebaya yang sama, Aira dan Maretha memutuskan untuk memakai warna Gold. Sedangkan ke empat sahabatnya akan menggunakan warna merah maron.
"Kak Daru belum sampai ya Mah?"
"Belum sayang, tadi Daru telvon katanya masih ada urusan jadi mungkin datangnya telat" jelas Aira pada sang putri yang nampak sedikit kecewa
Aruna hanya membalas dengan anggukan pelan dan senyum tipis, tapi siapa yang tahu jika hatinya tengah terbakar saat ini.
"Aruna, ikut Gue. Ada sesuatu yang mau Gue bicarakan sama Lo" dengan wajah bingung, Aruna pun mengikuti langkah Agatha yang membawanya ke parkiran mobil
"Masuk Run" lagi-lagi Aruna hanya bisa menuruti sahabatnya itu
Saat mereka sudah duduk bersebelahan didalam mobil, Agatha malah sibuk menetralkan emosi yang sejak tadi dia tahan. Baru setelah urusan pengukuran kebaya telah selesai, Agatha langsung meminta Aruna untuk berbicara denganya.
"Apa maksud dari foto ini Run? Dari awal Gue memang sudah curiga kalau pernikahan kalian pasti ada yang tidak beres" Agatha menyodorkan ponsel miliknya yang mana diterima Aruna dengan raut ragu
Perlahan jari-jari lentik itu bolak-balik menggeser layar ponsel Agatha yang saat ini tengah menampilkan potret dua orang yang terlihat begitu manis dan juga serasi.
Foto pertama menampilkan seorang lelaki sedang mengusap puncak kepala si perempuan, yang kedua terlihat keduanya tengah tertawa bersama, lalu juga ada potret dimana si lelaki sedang menyelipkan bunga dibelakang telinga si perempuan.
Dan kedua pasangan itu adalah Rakandaru dan Bianca, mereka terlihat manis namun berhasil membuat Aruna sesak saat menatap potret kedua orang itu. Disaat dirinya setengah mati menunggu kedatangan lelaki itu, dan diwaktu bersamaan ternyata Rakandaru sedang sibuk bersenang-senang bersama kekasihnya.
"Run, sebenarnya apa yang sedang terjadi diantara kalian?. Kenapa kak Daru masih bermesraan dengan kak Bianca, apa pernikahan ini hanya sebuah lelucon untuk kalian berdua" tanya Agatha yang perlahan menekan emosinya
Tadi sebelum Agatha datang ke Butik, dia memang sengaja ingin mampir ke toko bunga milik Bianca karna ingin membeli bunga.
Namun dirinya malah mendapatkan kejutan di mana dia melihat Rakandaru dan Bianca sedang tertawa bersama begitu romantis. Tanpa pikir panjang, Agatha pun segera mengabadikan momen kedua orang itu menggunakan ponselnya.
Aruna mengembalikan ponsel milik Agatha, perempuan yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai istri itu mencoba menerbitkan senyum di kala sang sahabat menatapnya dengan sorot kesal. Agatha adalah seseorang yang menjadi saksi hidupnya selama ini, tentu tidaklah mudah untuk merangkai kebohongan didepan sahabatnya itu.
Tapi dia sudah terikat janji untuk tetap menyembunyikan rahasia yang telah terjadi pada malam itu,
"Cuma foto biasa, mereka kan sebelumnya memang pernah dekat Tha. Jadi, wajar lah kalau mereka bercanda bersama"
Agatha berdecak kesal mendengar ucapan dari Aruna, dia tidak habis pikir dengan sahabatanya ini. Bagaimana mungkin Aruna bisa bersikap santai disaat calon suaminya sedang bermesraan dengan perempuan lain, dan apalagi perempuan itu pernah menjadi kekasih dari Rakandaru.
"Wajar gimana sih Run?. Kak Daru sama kak Bianca itu pernah pacaran loh, dan Lo dengan santainya malah membiarkan calon suami Lo dekat dengan mantan pacarnya" ujar Agatha yang tengah mencoba menekan emosinya
"Atau jangan-jangan, mereka berdua belum putus?" lanjut Agatha dengan tatapan curiganya
Respons Aruna semakin membuat Agatha kesal bukan main. Disaat dirinya benar-benar mengkhawatirkan hubungan antara Aruna dan Rakandaru, tapi sahabatnya itu malah tertawa santai. Sebagai seorang sahabat, tentu Agatha tak ingin jika Aruna disakiti oleh Rakandaru.
"Yang benar saja sih Tha, masa aku nikah sama lelaki yang masih berstatus sebagai pacar orang lain. Tentu saja mereka berdua sudah putus, dan itu sudah lama" jelas Aruna disela tawanya
"Malahan, aku tuh kepo soal kamu sama Devan, Tha. Sebenarnya kalian berdua itu kenapa sih?. Padahal dulu pas jaman sekolah kan bucin banget, eh sekarang malah kayak kacang lupa kulitnya. Kalau ketemu cuma diem-dieman, terus saling menghindar seperti orang asing"
Aruna memang sengaja mengalihkan pembicaraan mereka dengan hal lain, dia takut tak bisa terlalu lama mencipta kebohongan didepan sahabatnya ini.
Dan terbukti jika sekarang Agatha terlihat tak nyaman dengan pertanyaanya tadi, karna Aruna sudah sangat hapal dengan respons Agatha saat mereka membahas tentang hubungannya bersama Devan di masa lalu.
"Apa sih Run, kenapa jadi bahas Gue sih. Kalau Lo bersikeras bahwa semua baik-baik saja, ya udah Gue gak akan bahas kak Daru lagi"
Karna merasa pembicaraan mereka telah selesai, Aruna mengajak Agatha untuk kembali ke dalam, lalu kedua sahabat itu berjalan berdampingan.
Diam-diam Aruna melirik sahabatnya dengan perasaan bersalah, dia terpaksa berbohong. Lalu tanpa sadar sebelah tangannya mengepal kuat saat ingatannya kembali pada potret dua orang yang terlihat romantis tadi. Dia akan mencoba memberikan Rakandaru kesempatan untuk membereskan urusannya sebelum pernikahan nanti.
•••
Hingga satu jam kemudian, Rakandaru baru memunculkan wajahnya. Meski lelaki itu datang dengan raut bersalah yang amat besar, namun Aruna terlanjur kecewa dengannya.
Setelah berhasil membuatnya menunggu lama saat di rumah tadi, dan untuk kedua kalinya Aruna masih harus menunggu kedatangan Rakandaru di Butik.
"Maaf karna aku telat, tadi ada pekerjaan penting yang mesti aku kerjakan dulu" ucap Rakandaru penuh sesal
"Tak apa, yang penting sekarang kak Daru sudah datang kan. Mending kakak langsung ke Tante Tiwi aja, dia sudah menunggu sedari tadi" Rakandaru menganggukkan kepalanya dan sebelum pergi menemui sang Desainer, dia menyempatkan untuk mengusap lembut puncak kepala Aruna.
Aruna masih menatap Rakandaru yang kini sudah menghilang dibalik ruangan. Sudut bibirnya sedikit terangkat, sebuah senyuman miris untuk dirinya sendiri.
Perlahan Aruna menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa sembari menutup kedua matanya, sesak dan rumit memenuhi hati dan juga kepalanya saat ini.
"Sampai kapan kamu akan mempermainkanku, Kak?" lirih Aruna, rasanya sesak saat dirinya mencoba baik-baik saja atas perlakuan tak adil yang Rakandaru beri untuknya
Beberapa menit kemudian, Aruna menegakkan tubuhnya kembali. Sebuah senyuman dia terbitkan sebelum memasuki ruangan dimana keluarganya berada.
Tadi setelah mengantar sahabatnya pulang, Aruna tak langsung kembali pada keluarganya. Calon pengantin itu lebih memilih menyendiri dulu, sampai akhirnya Rakandaru datang.
"Nah, itu Aruna" ujar Maretha begitu melihat si calon mantu datang
"Tadi kata Rakandaru, kamu menunggunya didepan ya sayang. Mama kira, tadi kamu ikutan pulang sama Agatha dan yang lainnya"
"Iya, tadi setelah mengantar yang lainya sampai parkiran. Aruna sekalian menunggu kak Daru, takutnya kak Daru kesasar" jelas Aruna dengan menyelipkan candaan di akhir
"Halah, bilang saja kangen. Sudah gak sabar mau ketemu sama kak Daru kan, Run?" celetuk si tengil Devan, sepupunya itu sedari kecil memang sering menjahilinya
"Memangnya kalau kangen kenapa?. Bilang aja kamu iri Dev" sembari memeluk lengan Rakandaru, bahkan Aruna sengaja memeletkan lidahnya guna menambah ejekan pada sepupunya itu
Tingkah Devan dan Aruna berhasil membuat mereka yang berada diruangan itu tertawa bersama. Begitu pun dengan Rakandaru yang terlihat santai meski ada Aruna yang sedang menggelayut mesra dilengannya.
"Dasar sepupu durhaka! Mentang-mentang mau nikah, sekarang sudah bisa mengejek ya" seru Devan dengan wajah yang dibuat seperti orang marah
"Dasar jomblo" ejek Aruna lagi
Sejenak, Aruna dan Rakandaru bisa melupakan tentang kerumitan hubungan keduanya...