Anne Pov.
Berapa kalipun mata ini mencoba terpejam, tetap saja tidak mampu menghantarkan diriku ke dalam mimpi. Diriku yang terbelenggu keheningan tak mampu mengabaikan ketegangan akan detik-detik dua kucing yang ingin menyusup ke kamar. Sungguh penantian ini sangat menyiksa. Aku yang telah memposisikan diriku dalam posisi bertahan menatap awas pada pintu kamar. Naluri untuk melindungi keperawananku sekaligus melakukan agresi terhadap kedok mereka mencapai puncak malam ini.
Sudah kuputuskan jika malam ini--Anne Helle akan menjadi wanita pertama yang membongkar kebenaran mereka berdua. Kebenaran tentang orientasi seksual mereka berdua yang terlihat tidak tertarik dengan wanita. Aku akan membuktikan jika mereka berdua memiliki ketertarikan pada wanita dan buah dadanya. Hohoho berurusan dengan mereka berdua memang tidak pernah membosankan. Terutama dengan kejantan*nnya. Ups.
Tik.
Tok.
Tik.
Tok.
Waktu sekarang ikut menjadi musuhku karena menambah ketegangan yang aku rasakan. Juga membuat mataku semakin meredup karena tergoda rasa ngantuk yang semakin berat. Berkali-kali aku tersentak karena jatuh tertidur. Yang akhirnya, aku tidak mampu menolak godaan alam mimpi yang menarikku dari kesadaran.
Ceklek.
Kelontang.
Oh tidak, rupanya aku sudah tertidur dan terbangun karena suara bunyi panci jatuh yang nyaring. Tanpa membuang waktu aku mengambil panci, menyingkirkannya dan dengan cepat membuka pintu. Segera setelah itu aku memasang pose menggoda. Berbekal lingerie Victoria Secret yang tadi aku beli maka aku siap mengguncang mereka.
"Clark...?" Sapaku.
Sayangnya Clark menatapku dengan wajah pucat. Itu pasti karena suara nyaring tadi.
"Gawat, Willy membuka pintu kamar," Clark panik kemudian menerobos masuk ke kamarku. Aku juga melihat Willy keluar dari kamar dengan penampilan berantakan yang menambah seksi penampilannya.
Tapi bukan itu yang harus dikhawatirkan sekarang. Aku masih bingung dengan langkah apa yang harus aku ambil atas kemunculan mereka berdua sekaligus. Otakku kosong karena serbuan Clark yang bersembunyi di bawah ranjangku. Segala rencanaku berakhir di sampah karena ketiduran. Entah apa yang aku rencanakan sebelum aku tertidur. Ini menegangkan.
"Suara apa itu tadi, anne? " tanya Willy tepat di depan pintu kamarku. Dia tampil topless dan terlihat begitu lezat. Gerakannya yang seolah model yang berpose profesional, menimbulkan kecurigaanku jika dia sedang menggodaku dengan ototnya.
Shit itu sangat seksi, hot. Oh God.
Terpaksa aku mengarang cerita atas suara panci yang aku pasang. "Itu suara kucing pirang, oh, tidak. Maksudku kucing orange ke kuningan mencoba melompat ke ranjangku. " Aku menjawab dengan gugup. Semoga saja ekspresi wajahku tidak aneh.
Mata Willy menyipit curiga padaku. Matanya melihat ranjang dan seolah memikirkan hal lain. Dan langkah yang diambil Willy mengejutkanku. Kini ada dua kucing di ranjangku. Satunya di bawah ranjang dan satunya berada di atas ranjang. Okey, aku bingung sekarang.
"Benarkah, kau yakin bukan dirimu yang menimbulkan suara agar aku datang. Coba lihat pakaianmu, sesuai dengan undanganmu kan?" Goda Willy.
"Kucingnya---"
Willy tidak mendengarkan ucapanku lagi. Dia berbaring di ranjang dan dengan elegan mengusap spreinya. Buluku merinding hingga ke bagian terdalam. "Aku tidak melihat kucing sekarang, jadi aku bisakah menjadi kucing untuk menemanimu sekarang. "
Mulutku terbuka lebar, aku melongo mendengar suara menggoda Willy. Wajahnya bahkan tersenyum hingga membuatku meleleh.
Apakah dia Willy yang dingin dan irit bicara itu? Dia benar-benar ingin menjadi jalangku. Wow, kejutan.
"Kau yakin? " tanyaku pura-pura terkejut.
"Tapi aku tidak yakin ingin melanjutkan aktivitas panas dengan gay. Tadinya aku juga ingin memberi tahu Clark, yah... Aku tidak ingin terjadi kecelakaan. Aku takut kau menyodomiku bukan bercinta denganku. "
Matanya semakin menatapku lapar. Apel adamnya bahkan terus bergerak dengan tidak teratur. Ucapanku seolah menjadi pemicu libidonya untuk lebih berkobar lagi. Aku merasakan bahaya sekarang.
"Kau boleh mencobanya, " tantang Willy.
Andai saja tidak ada kucing pirang di bawah ranjang itu maka tawaran Willy terdengar menggiurkan.
"Tidak terima kasih. Sebaiknya aku mencoba hal yang pertama bagiku dengan seseorang yang sudah ahli," jawabku acuh tak acuh. Sangat menyenangkan bermain tarik ulur seperti ini.
Ups. Aku baru menyadari jika ucapanku adalah sebuah provokasi. Dan sesuai dugaanku, Willy merasa tertantang oleh ucapanku. Sekarang aku tidak bisa maju ataupun mundur.
Grep.
Bruk.
"Kyaa. "
Tubuhku tertarik dengan kekuatan besar Willy hingga tubuhku terlentang di atas ranjang dan di bawah tubuhnya. Dia, dengan sorot mata yang penuh kegigihan mencoba mempengaruhi ku. Tangannya menawanku di ranjang. Lalu menciumku dengan keras dan menuntut.
"Oh, Willy..." rintihku tanpa sadar.
"Yeah, begitu sebut namaku. " Willy menelusupkan wajahnya di leherku. Hidungnya mengendus dan lidahnya mulai menjilat telinga sensitifku.
Ini posisi yang bagus dan aku harus memanfaatkan kesempatan ini. Karena rencana mengkonfrontasi Clark dan Willy tidak sesuai rencana maka aku hanya bisa memancing Clark keluar dari ranjang dengan suaraku. Aku akan membuat suara seolah sedang bercinta dengan Willy.
"Oh tidak, Willy kau bisa membuatku gila. Oh... "
"Willy, itu luar biasa. "
Ternyata Willy merasa bangga atas reaksi dariku. "Aku suka kau menyukai yang aku lakukan, Anne," bisik Willy.
"Kau terbaik."
Sialan, kapan Clark keluar!?
Aku terus menerus mengeram, mendesah dan berkata kotor meski Willy hanya melakukan gerakan yang tidak bearti seperti mencium, menghisap dan menjilat area yang sensitif. Bagiku itu termasuk kategori aman karena Willy tidak menyentuh Miss V.
"Oh yes, yes, hebat," gerutuku.
"Hentikan! "
Suara Clark akhirnya terdengar. Aku mendesah lega karena kemunculannya. Akhirnya dia dan Willy bertemu di saat akan menggodaku.
"Oh, Clark. " Aku memasang wajah bersalah.
"Willy. Kau lupa dengan kesepakatan kita? Apa kau ingin semua yang kita lakukan sia-sia? " Perbincangan mereka di mulai. Rasanya aku ingin mengambil pop corn dan kacamata tiga dimensi untuk menonton pertengkaran mereka. Opera sabun dimulai.
"Kau sendiri, apa yang kau lakukan di bawah ranjang? Terlebih kau tidak mengenakan apapun selain boxer. " Willy yang irit bicara kini membalas ucapan Clark.
Clark tidak mau kalah, dia membalas pertanyaan Willy. "Itu wajar karena Anne tadi memintaku menemaninya, bukan sepertimu yang merayu Anne. "
"Itu sama saja," dengus Willy.
Clark mengeram marah. "Jelas tidak! Tingkahmu itu yang memperlihatkan jika kita bukan gay. "
"Aku memang bukan gay. Kau lah yang gay, " sinis Willy.
"Aku juga normal bodoh, " umpat Clark.
Rupanya pertengkaran mereka membuat mereka menunjukkan belangnya. Dasar kucing belang kuning dan hitam, mereka ternyata benar-benar menipuku. Dugaanku nyatanya benar adanya.
Sudah waktunya aku tampil.
"Ehem... Jadi kalian bukan gay? " tanyaku dingin.
Glek.
Aku yakin mereka merasakan aura menakutkan dariku sehingga Willy dan Clark terdiam seribu bahasa.
"Kalian membohongiku agar menjadi kekasih palsu kalian dengan alasan agar tidak dipaksa menikah karena kalian berdua saling mencintai, " cerocosku.
"I-itu. Kami bisa menjelaskan." Clark nampak bingung menjawab pertanyaanku.
"Penjelasan seperti apa? Selama ini kalian menikmati pemandangan gratis tubuhku dan bahkan menyentuh g-tong ku dengan alasan mencuci. "
Ya ampun, rasanya sangat menjengkelkan mengingat hal itu. Tanpa mau berkompromi aku menaruh kedua tanganku di pinggang untuk kembali mengomel.
"Anne, tolong---" Willy nampak malu karena hanya dia yang bertugas mencuci bajuku. Sedangkan Clark memang suka memainkan G- tong ku entah untuk apa.
"Beri alasan yang tepat mengapa aku tidak mengusir kalian dari apartemenku? " tanyaku. Aku tidak mau tinggal dengan pria asing yang memiliki kelebihan libido dan tampan seperti mereka. Bisa saja aku menjadi korban akibat dicampakkan oleh mereka berdua karena terlalu terbuai ketampanan mereka.
"Okey, kami salah. " Willy akhirnya berkata. Pasti hari ini akan menjadi hari bersejarah baginya karena berbicara lebih banyak dari biasanya.
"Kami sebenarnya memiliki rasa tidak nyaman jika berhadapan dengan wanita. Ada beberapa alasan mengapa kami menjadi tidak nyaman berdekatan dengan mereka. " Willy mencoba menjelaskan sebab musabab kenapa mereka mengakun gay.
Aku terdiam, lalu daguku mengangkat ---memberi kode agar Willy memberi penjelasan padaku.
"Aku tidak tahan harus di kejar-kejar wanita dimanapun aku berada. Tidak hanya menjadi stalker, mereka bahkan nekat masuk ke ranjangku, mencuri benda-benda yang berkaitan denganku bahkan mengedit foto atau video ku. " Willy dengan murung menjelaskan mengapa mereka memutuskan mengaku gay. Jika itu terjadi maka gadis-gadis itu gila.
Aku melihat Clark mendesah. "Bahkan hewan peliharaan kami juga mereka culik. Semua itu membuat kami yang mengalami hal serupa-- memutuskan untuk bersandiwara menjadi gay. "
"Ternyata itu berhasil mengusir mereka sehingga mereka menjauh dari kami."
Baik aku bisa menerima alasan mereka. "Lalu mengapa kalian memilihku untuk menjadi kekasih palsu kalian. Bukankah itu akan menjadi pemicu para wanita itu menggila karena menyadari jika kalian menyukai wanita? "
Clark mengusap rambut pirangnya. "Para pemegang saham khawatir dengan kelanjutan pewaris dari keluarga kami. Itu menyebabkan mereka merasa tidak aman menaruh sahamnya di perusahaan kami dalam jangka panjang. Selain itu, posisi kami akan direbut oleh kerabat kami. Oleh karena itu kami perlu memilih gadis yang memiliki latar belakang kuat yang membuat gadis-gadis lain gentar. "
Mata Willy menatapku. "Kau lah gadis yang cocok untuk perisai kami. Reputasimu adalah tameng terbaik."
"Jadi, kalian memintaku untuk menyamar jadi kekasih kalian bukan karena kalian takut kehilangan warisan keluarga? " tanyaku.
Willy mendengus. "Aku memiliki usaha sendiri. Jika mereka bukan keluargaku maka aku tidak peduli pada warisan keluargaku. Yang takut kehilangan posisi pemimpin bangsawan adalah orang tua kami."
"Itu benar, " dukung Clark.
Aku menggelengkan kepala karena ada hal yang rumit seperti ini.
Sultan memang bisa melakukan apapun.
Akhirnya menyerah karena alasan mereka yang patut dikasihani. "Baiklah, aku tidak keberatan memerankan kekasih dua pria tampan. "
Clark dan Willy nampak menyeringai dan berpandangan. "Kami juga bisa memuaskanmu. "
Glek.
''Dasar m***m! Keluar kalian! " teriakku.
"Hei, hanya begini saja?" Tanya Clark.
"Ya, ya, ya. Keluar!"
Seperti kucing yang dibuang mereka nampak menyedihkan ketika keluar dari kamarku.
"Kalau mau kalian pesan jalang sana, " gerutuku. Mana mungkin aku melanjutkan aktingku setelah tahu yang terjadi.
'Huh jangan mimpi. '
Tbc.