Anne Pov.
Kedua pria yang mengaku gay itu tampan, cerdas dan mempesona. Itu menimbulkan rasa tertarik yang mendebarkan. Mereka berdua juga teka teki yang menyenangkan untuk dipecahkan, dan aku harus bertransformasi menjadi wanita menggoda untuk memecahkan alibi mereka. Hanya itu yang terpikirkan di benakku, meski menyebalkan karena tidak jauh-jauh dari kata selakang*n. Namun apa boleh buat, masalah mereka memang berada di sana.
Mobil Clark melesat membelah jalanan dengan cepat seperti peluru yang melesat. Tidak memberiku kesempatan untuk menikmati hawa malam atau pemandangan di kota yang tidak pernah tidur ini. Sepertinya tawaranku untuk melanjutkan sesuatu yang sempat tertunda, di apartemen memicu semangatnya.
Nah kan, orang yang memiliki otak pun pasti akan merangkai setiap keabsurban demi keabsurban yang mereka tunjukkan menjadi sebuah tanda tanya besar. Begitulah cara naluri manusia bekerja, dan tanda tanya itu menimbulkan kecurigaan. Dari kecurigaan menggelitik rasa penasaran kemudian ke arah praduga sampai akhirnya mendapatkan jawaban. Pun sama halnya denganku, saat ini aku dalam fase praduga. Lalu mencari cara agar aku mendapatkan jawaban.
Blam.
Suara pintu mobil tertutup begitu kami tiba di tempat parkir. Aku melangkah dengan melenggangkan pantatku dengan sensual sebagai isyarat agar Clark mengikutiku. Sungguh menyenangkan berpura-pura seperti ini, sebab dari dulu aku memang pandai berpura-pura.
"Tunggu aku cantik, " perintah Clark yang dengan senang hati aku abaikan. Aku menempatkan diriku sebagai mangsa penggoda yang licik, berperan menjadi si redhood yang menarik serigala dengan cara yang disengaja. Jelas Clark melakukan apapun untuk menyusulku.
"Kau tidak akan bisa lari dariku, " bisik Clark. Dia mendesakku ke dinding lift sehingga aku tidak bisa bergerak. Nafasnya kembali memburu, tatapannya kembali membakar tubuhku. Dia sukses membuatku hampir kehilangan akal sehat karena gairannya menular padaku.
Tidak berhenti di sana, tangan Clark yang ahli sudah menjalar kemana-mana--di seluruh kulitku yang mulai menjadi sangat sensitif. Aku menegang hingga tanpa sengaja menggigit bibirku yang tadinya dinikmati Clark. Aroma cengkeh dan mint dari nafasnya bahkan masih memenuhi indra penciumanku. Namun aku harus mengendalikan Clark yang terbakar atas ulahku.
"Hei rileks, Clark. " Aku menahan tangannya yang hendak menyusup masuk ke area yang tidak boleh disentuh.
"Tidak bisa, aku tidak bisa diam. "
Tangan Clark memang berhenti tapi dia menarik pinggulku untuk menempel ke pinggulnya. Membuatku merasakan betapa keras miliknya. Aku terperangah kagum hingga menatap matanya yang seperti pemilik puncak rantai makanan di alam liar. Ini membuatku semakin yakin jika Clark tertarik dengan wanita.
"Clark... Kau begitu keras." Aku membelai pipinya dengan pipiku. Kembali menggodanya dengan liar dan kejam.
"Kau adalah gadis nakal yang membuatku bisa sekeras ini."
Ting.
"Ups. Lift sudah terbuka, " bisikku. Lalu dengan cepat berlari ke pintu apartemen ibu. Membuka pintu dan mendapatkan tatapan menghakimi Willy. Dia jelas terlihat kesal karena sesuatu. Kuharap dia tidak menjadi posesif dan menganggapku sebagai miliknya. Asal dia ingat jika kesepakatan kami hanyalah sebagai kekasih palsu di depan keluarganya.
"Hai, Willy. Kau terlihat tegang. "
Aku menyapa pria yang bersedekap itu. Bibirnya yang mengerucut sungguh menyiksa jiwaku. Mereka seolah berontak agar aku menciumnya. Tapi sekarang bukan saatnya. Aku harus segera memaksa mereka mengaku jika mereka juga menyukai wanita.
"Anne..." panggil pria dari belakang tubuhku.
Aku berbalik. Rupanya Clark melupakan jika apartemen ini ada Willy. Mungkin dia terlalu b*******h padaku hingga lupa jika Willy tadi menelponnya karena kami belum pulang. Dan ketika dia melihat Willy, sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak ada raut b*******h seperti tadi, semua digantikan dengan sikap cool yang biasa dia perlihatkan. Itu membuatku hampir meledak karena geli. Lihat saja gembungan di celana Clark, itu tidak mengempis sedikit pun.
"Willy, aku jika aku tidak salah dengar kau tadi pamit pergi mengurus proyek keluargamu setelah menelponku? " tanya Clark santai. Dia merebahkan dirinya di sofa bed yang dibawahnya terdapat permadani dari persia.
Willy mengangkat bahunya dan menyusul Clark. Dia mendudukkan diri di sofa yang lain kemudian mengambil koran.
"Tadinya aku akan melakukan tapi aku berubah pikiran. "
Dari percakapan mereka aku bisa mengambil kesimpulan, rupanya Willy tadi pamit untuk pergi setelah memastikan aku bersama Clark. Pantas saja dia tidak menolak tawaranku untuk bercinta di apartemen. Rupanya aku yang dibodohi di sini. Dasar Clark, seharusnya aku mewaspadai kelicikannya. Rupanya aku meremehkan pria ini.
Akan tetapi aku tidak boleh berhenti di sini. Hatiku haus akan jawaban akan orientasi seksual mereka yang sebenarnya. "Clark, bukankah kita akan melanjutkan yang tadi, " tanyaku dengan berani.
"Melanjutkan sesuatu? Apa itu?" Willy mengernyit dengan rasa penasaran.
"I-itu. " Clark sedikit gugup. Dia terlihat bingung mencari alasan atas apa yang aku tanyakan.
"Ayolah, aku sangat menginginkan pria malam ini. Jika tidak ada yang berniat maka aku permisi tidur, " potongku agar Willy tahu apa yang sebenarnya aku maksud.
Aku melepas kaos Clark dan memberikannya pada si pemilik. "Terima kasih untuk pinjamannya Clark. Jangan lupa, kau berhutang G-tong berwarna merah padaku. Dan terima kasih atas lingerie seksi Victoria Secret. "Oh, ini makanan dari nyonya Samantha. Silakan dinikmati."
Dengan kaku Clark mengambil kaosnya. Dia seolah takut dengan tatapan membunuh dari Willy.
"Oh, itu tidak masalah. Aku akan membelikanmu G-tong yang sobek tadi. "
Brak.
Jatungku memukul dad*ku dengan kencang. Tanganku terkepal di dad*. Ya ampun, itu nyaris saja. Seandainya tadi Willy tidak ada di apartemen maka aku benar-benar habis.
Drrrt.
Drrrt.
Aku menoleh ke arah ponselku yang bergetar. Ada pesan masuk di sana, saat jariku menggeser layar ponsel sebuah pesan dari Clark muncul di sana.
"Well, apa yang akan pria itu inginkan?" Gumanku. Lalu aku amati deretan huruf yang membentuk kata-kata di layar ponsel.
From Clark.
Aku akan menemuimu setelah Willy tidur, jangan kunci pintunya.
Clark.
Aku tertawa terpingkal-pingkal akan isi pesan dari Clark yang mencerminkan hasratnya yang belum padam. Jadi Clark ternyata masih belum menyerah untuk meniduriku. Pasti gairah sudah terlanjur memuncak sampai dia tidak menghiraukan ada Willy di apartemen ini.
Drrt.
Drrt.
'Eh, ada pesan yang masuk lagi?'
Aku mengangkat kedua alisku saat menyadari jika satu pesan lagi masuk di ponsel-ku. Ini semakin menarik karena pesan ini berasal dari Willy. Rupanya mereka memiliki niat yang sama.
From Willy.
Tunggu aku malam ini. Aku harus memastikan Clark tidur untuk menemanimu.
William.
"Ahahaha. Aku suka ini. Sangat bagus, bearti niatku untuk membuktikan jika mereka bukan gay akan mudah."
Dua ikan yang mengaku gay mengirimiku pesan agar aku menunggunya seperti malam pertama pengantin. Mereka saling menyikut untuk tidur bersamaku. Sungguh mengherankan karena seharusnya mereka berdua yang menghabiskan waktu di malam yang romantis tanpa memperdulikan keberadaanku.
"Terkutuklah aku, " umpatku pada diriku sendiri.
"Baiklah, apa yang harus aku tulis ya?" Gumanku. Aku harus memutar roda otakku agar bekerja sehingga mendapatkan ide efektif agar mereka tidak menyangkal jika tidak memiliki kelainan seksual.
Aku membalas kedua pria itu dengan kata-kata provokatif.
To Clark.
Aku tidak sabar menantikannya.
Lalu aku mengirimkan fotoku hanya dengan mengenakan bra. Ditambah emot mencium. Aku yakin Clark sudah tidak sabar lagi.
"Oh, aku memang jalang. Hihihi. "
Drrrt.
Drrrt.
From Clark
Tunjukkan padaku semua itu babe. Clark segera mengirimkan balasan pesanku.
Drrt.
Drrt.
Lalu aku mengirim balasan pada Willy.
To Willy.
Aku basah membayangkanmu, Willy.
Tak lupa foto menantang aku kirimkan pada Willy. Dadaku bersemangat menantikan balasan dari Willy.
From Willy.
Aku akan memukul bokongmu.
Jadi, dari mana gosip gay ini muncul? Apakah ini pengakuan mereka sendiri atau hanya persepsi orang-orang. Sebenarnya aku tidak tahu dengan jelas bagaimana gosip mereka yang gay beredar. Aku hanya tahu jika mereka gay, saat Clark bercerita padaku tentang orientasi seksual mereka saat pertama kali bertemu.
Jadi untuk membuat mereka tidak mendapatkan yang mereka inginkan maka aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak bisa menjadi korban libido mereka hanya untuk membuktikan jika mereka tidak gay.
Bangkit dari ranjang, aku mengendap-endap ke dapur. Beruntung tidak satupun dari mereka yang ke luar kamar. Kemudian aku mengambil barang yang cukup berisik jika jatuh. Pilihanku tertuju pada panci, dan sendok dan kembali secepat mungkin.
Di sini aku menaruh panci yang menahan pegangan pintu. Jika pintu dibuka maka suara berisik dari panci dan sendok yang jatuh akan jelas terdengar.
'Well, gay ku yang tampan. Ayo kita bermain dan buka kedokmu.'
Barulah aku bisa tidur dengan tenang. Sungguh tidak bisa dipercaya jika aku harus membahayakan keperawan*nku hanya untuk membuktikan jika mereka tidak gay. Namun yang tidak pernah aku pikirkan adalah apa yang terjadi jika ternyata mereka memang bukan gay. Apa yang harus aku lakukan jika gairah mereka tidak terbendung nantinya. Siapkah aku melakukan hubungan intim dengan salah satu dari mereka, atau threesome.
'Jika aku pikirkan sekarang maka aku bisa gila.'
Akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat. Apapun yang terjadi maka terjadilah. Mungkin hari ini sudah saatnya aku melakukan hal yang biasa dilakukan orang dewasa pada umumnya.
Tbc.