Beberapa minggu setelah perginya Malika, rumah Aris dan keluarganya begitu damai. Hidup Aris dipenuhi bahagia karena kini tidak perlu lagi berpura-pura mencintai Malika. Awalnya sang ibu sering mengeluh lelah dengan semua pekerjaan rumah yang biasanya dikerjakan Malika, tetapi dengan mendatangkan satu pembantu Aris berhasil mengatasinya. Tanggal pernikahan Aris dan Sita sudah di depan mata, jadi ia pun tak ragu lagi menunjukkan hubungannya dengan wanita cantik serta sek-si itu. Di tempat umum seperti sekarang pun, Aris begitu bangga bisa memenangkan Sita di depan teman-temannya. Aris yang sedang merayu Sita dengan kalimat manisnya mendadak berubah geram karena sang adik terus mengusiknya di belakang. Senyumnya jadi berbeda kepada Sita karena tak suka tingkah Carisa, “Sebentar ya, Manis.”