Tepuk Tangan Meriah

1348 Kata

Malika masih betah memandangi dua perempuan yang berceloteh di samping Cafe trotoar itu. Mereka tampak akrab sekali, layaknya sahabat. Malika mendadak mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah undangan indah bertuliskan nama Sita dan Aris. Dua hari yang lalu ayahnya membawakan benda itu kepada Malika dan sedikit banyak hal itu juga memengaruhi rencana Malika. Waktunya saatlah tepat. Malika mengenang bagaimana interaksi keji Carisa kepadanya dulu. Tak lebih dari tatapan hina dan merendahkan yang ada. Seolah gadis belia itu jijik kepadanya. Malika ingin sekali tahu reaksi lain Carisa jika Malika jadi Malika yang sebenarnya. Apakah gadis itu akan terus menghinanya? “Nona, apakah Anda ingin ke suatu tempat lain terlebih dahulu?” “Kalau mulutmu terus menganggukku, bersiap saja lepas ser

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN