"Jadi kamu wanita yang sudah merebut Max dariku? Aku pikir kamu sangat cantik bak super model, rupanya biasa saja. Pakaian apa ini yang kamu pakai? Apa Max tidak membelikanmu? Ternyata kamu tidak seistimewa itu," ucap Shinee saat menerobos masuk ke kamar Callista.
"Siapa kamu, kenapa masuk sembarangan?" tanya Callista tidak ingin terintimidasi.
"Aku wanita yang pantas untuk Max, kami sudah dijodohkan sejak masih kecil. Itu kenapa Max tidak menikahimu, karena dia hanya akan menikah denganku." Shinee bicara sinis pada Callista dan terus berusaha merendahkannya.
Shinee duduk di sofa yang ada di kamar itu dengan gaya elegan, dia memang cantik dan terlihat sangat anggun meskipun nada bicaranya ketus. Callista sempat terdiam sesaat, dia berpikir mungkin benar apa yang dikatakan gadis itu karena Maxime memang tidak mau menikahinya. Pikiran buruk berkecamuk dalam benak Callista, dia tidak tahu harus berkata apa saat ini karena apa yang dikatakan gadis itu benar adanya.
"Tapi dia tidak pernah bilang apa-apa tentangmu, dia tidak mengatakan padaku kalau sudah dijodohkan." Callista akhirnya kembali bicara dan mengatakan yang sebenarnya.
"Karena dia tidak mau mainannya kabur, itu kenapa dia tidak bilang padamu. Sekarang aku sudah di sini, saranku kamu pergi saja dari sini. Karena bagaimanapun aku tetap akan membuatmu pergi dari tempat ini. Kamar ini akan menjadi milikmu dan Max," sahut Shinee dengan percaya dirinya.
"Baiklah, jika kamu ingin aku pergi bicarakan saja pada dia. Karena dia yang memintaku ke sini, maka hanya dia yang bisa mengusirku dari sini."
"Wah, ternyata kamu berani juga. Bagaimana kalau aku menarikmu keluar dengan paksa, karena aku tidak suka keberadaanmu di sini. Aku tahu Max memang suka bermain wanita, tapi selama dia tidak menikahinya aku tidak peduli. Jadi selagi aku bicara baik-baik sebaiknya kamu pergi dari sini," ucap Shinee seraya beranjak dan berjalan mendekati Callista yang masih berdiri.
Melihat Shinee yang mendekatinya, Callista refleks mundur. Dia takut jika wanita di depannya itu nekat dan benar-benar menariknya secara paksa untuk keluar. Shinee terus mendekat dengan tatapan tajam seolah hendak menghujam jantung Callista yang saat itu berdegup kencang.
***
"Bos, Nona Shinee datang ke sini dan sekarang ada di kamar Anda." Martin melapor pada Maxime yang sedang terburu-buru hendak masuk untuk menemui Callista.
"Apa? Kenapa dia ke sini? Kenapa juga dibiarkan masuk ke kamarku?" tanya Maxime tanpa berhenti melangkah masuk.
"Saya sudah berusaha mencegahnya, tapi dia tidak mau mendengarkan. Dia sepertinya tahu jika ada Nona Callista di sini, jadi dia ingin menemuinya."
"Celaka, dia pasti akan menyakiti dan mengusir Callista." Maxime semakin mempercepat langkah diikuti Lois dan Aron menuju kamarnya.
Di kamar, apa yang dipikirkan Maxime benar-benar terjadi. Shinee sedang menggeret Callista setelah lebih dulu menamparnya, Maxime tidak melihat adegan saat Callista di tampar. Tapi saat dia masuk, dia melihat Shinee menarik Callista yang berusaha bertahan dan terus mengatakan tidak.
"Berhenti! Apa-apa ini, Shinee? Lepaskan dia!" bentak Maxime agar Shinee langsung melepaskan Callista.
"Tidak! Aku tidak akan melepaskan dia, aku harus menyeretnya keluar. w************n ini tidak pantas untukmu!" tukas Shinee masih berusaha menarik Callista.
Maxime yang geram langsung meraih tangan Shinee dan Callista lalu melepaskannya dengan paksa. Membuat keduanya sama-sama terhuyung dan Maxime malah menangkap' tubuh Callista agar tidak sampai terjatuh.
"Apa-apaan kamu, aku juga hampir terjatuh kenapa hanya memeganginya? Kamu lupa siapa aku? Kita sudah di jodohkan sejak kecil, Max. Mendiang kedua orang tua kita sama-sama berjanji. Jangan kamu pikir karena mereka sudah tiada kamu bisa seenaknya membatalkannya, kamu mau mereka tidak tenang di alam sana?" tanya Shinee berdiri tepat di hadapan Maxime yang sedang melindungi Callista di balik punggungnya.
"Jangan bawa-bawa orang yang sudah tiada, kamu juga tahu kalau aku tidak pernah setuju dengan perjodohan itu saat mereka masih ada. Jadi aku yakin mereka paham jika kita punya pilihan lain, aku harap kamu mengerti. Lagipula sejak kecil kita lebih sering bersama karena kedekatan orang tua kita, aku sudah menganggapmu seperti adik. Jadi aku tidak bisa menikahimu, aku menyayangimu tidak lebih seperti adikku sendiri."
"Tapi aku bukan adikmu," ujar Shinee lirih.
Shinee terlihat kehilangan semangat setiap Maxime mengatakan jika dia menyayanginya hanya seperti adik. Memang selama ini Maxime menunjukkan kasih sayang padanya, melebihi seorang saudara kandung yang Shinee tidak miliki.
Setelah kedua orang tua Shinee tewas karena kecelakaan, orang tua Maxime lah yang bertanggung jawab atas kehidupan Shinee. Bahkan mereka menguliahkan Shinee ke luar negeri seperti keinginan Shinee, dia tidak kehilangan sosok orang tua karena kedua orang tua Maxime memberikan kasih sayang seperti pada putri mereka sendiri. Setelah kedua orang tua Maxime tiada, semua tanggung jawab itu beralih pada Maxime. Dia juga menuruti keinginan Shinee yang ingin menjadi desainer dan memiliki butik sendiri.
"Ayolah, Shinee. Aku tahu kamu orang yang paling memahamiku di sini, kamu tahu bagaimana aku menyayangimu seperti adikku sendiri. Jadi aku mohon, jangan membuat keributan apalagi mencampuri urusan pribadiku. Apapun yang terjadi, aku akan menyayangimu seperti biasanya. Ayo kita ke kamarmu, tenangkan dirimu dulu!" ajak Maxime dan merangkul Shinee untuk keluar dari kamarnya.
Shinee tidak bisa menolak bujukan Maxime, dia menurut saat Maxime mengajaknya keluar. Namun, itu bukan berarti jika Shinee akan mengalah begitu saja. Ada sesuatu yang direncanakannya dan dia harus terlihat patuh lebih dulu saat ini.
"Tunggulah, aku akan tetap membuatmu pergi dari tempat ini. Jika aku tidak bisa mengusirmu sendiri, maka aku akan membuat Max yang mengusirmu." Shinee bicara dalam hatinya, sambil terus berjalan menuju kamar yang selalu ditempatinya setiap ke markas Red Wolves.
Mereka pun masuk ke dalam kamar, Maxime meminta shine untuk istirahat bahkan mengantarnya sampai ke tempat tidur dan menyelimutinya.
"Temani aku, jangan tinggalin aku sendirian sampai aku tidur. Aku lelah, selama diperjalanan aku tidak bisa tidur." Shinee menahan Maxime agar tidak meninggalkannya.
"Baiklah, akan aku temani sampai kamu tidur."
Maxime terpaksa menuruti kemauan Shinee, meskipun dalam hatinya sangat ingin menemu Callista yang pastinya sedang terkejut dan sedih atas perlakuan Shinee. Apalagi dia ingat janjinya ada Callista yang membuatnya buru-buru pulang, tapi malah ada kejadian seperti ini.
Di kamar Maxime, Callista yang masih tertegun saat semua orang sudah pergi keluar akhirnya tersadar. Bergegas dia berjalan menuju nakas dan mengambil air minum dan menenggaknya sampai tandas.
"Bisa-bisanya dia melabrakku seperti itu, padahal jelas-jelas mereka tidak ada hubungan apapun selain seperti adik kakak. Akhirnya dia malu sendiri karena di tolak," gerutu Callista seraya duduk di sisi tempat tidur.