bc

Hasrat Liar Sang Mafia

book_age18+
8
IKUTI
1K
BACA
one-night stand
HE
forced
mafia
blue collar
sweet
bxg
like
intro-logo
Uraian

Pertemuan Callista Estelle dan Maxime Alexander Spark tidak terduga, karena dijebak temannya akhirnya Callista berakhir di ranjang bersama Maxime yang tidak dikenalnya. Rupanya Maxime adalah ketua Mafia kelompok Red Wolves, Maxime yang penasaran meminta anak buahnya mencari keberadaan Callista yang langsung kabur setelah malam panas itu. Maxime meminta Callista agar mau tinggal bersamanya, Callista yang merasa tidak mengenal Maxime langsung menolak.Maxime terus berusaha agar Callista mau bersamanya, meskipun harus melakukan pemaksaan. Apakah Callista akan patuh dan tinggal bersama Maxime? Atau malah kabur semakin jauh, simak terus kelanjutannya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Sentuhan Penuh Hasrat
"Lebih cepat lagi, aku sudah tidak tahan!” perintah wanita yang sejak tadi sulit menahan diri karena reaksi obat perangsang dalam tubuhnya. “Baiklah akan aku turuti, jangan salahkan aku! Ingat baik-baik, ini kemauanmu!” Pria bernama Maxime itu pun mengabulkan permintaannya. Mengayun lebih cepat hingga sang wanita mengeluarkan suara desahan demi desahan yang mulai terdengar memenuhi ruang kamar. Callista meremas seprei di samping kepalanya, gerakan Maxime yang semakin cepat membuatnya tidak tahan. Maxime benar-benar membuat Callista merasa hasratnya tersalurkan. Maxime Alexander Spark adalah ketua mafia dari kelompok Red Wolves, orang paling disegani di kota Paris. Siapa yang tidak tahu pria itu. Ketegasan dan kepimpinannya membuat Maxime ditakuti oleh semua musuh-musuhnya. *** Beberapa jam sebelum adegan panas itu terjadi, tampak seorang wanita bernama Callista coba melepaskan diri dari kungkungan seorang pria m***m yang coba menodainya. "Lepas! Aku tidak mau!" Calista terus berontak saat tangan pria itu mulai menjalar merayapi sela-sela pahanya, ada rasa merinding yang membuat wanita itu hampir terbuai dengan setiap sentuhan dari sang pria, apalagi tubuhnya yang menghangat seolah tidak bisa menolak. Namun, sedikit kesadaran yang tersisa membuatnya berontak. "Tenang, Sayang, kamu nikmati saja! Nanti juga kamu akan menyukainya." Pria itu semakin merapatkan diri, tangannya semakin memaksa. "b******k!" teriak Callista lagi, lalu menendang kaki pria itu dengan asal. "Aw!" pekik sang pria saat kaki Callista mengenai area pribadinya hingga membuat pria itu meringkuk memegangi bagian bawahnya sambil menahan sakit. Callista dengan sisa kesadarannya, membuka pintu mobil dan keluar. Matanya menatap sekitar basemen yang tidak terlalu banyak kendaraan untuk mencari tempat pelarian. “Di sana ada lift.” Callista mulai menemukan tempat untuk dapat kabur. Dia berlari cepat menuju lift. Wanita itu berpikir jika dia harus kembali ke klub yang pastinya masih ramai. Callista pun langsung menerobos masuk begitu pintu lift terbuka hingga tubuhnya menabrak seseorang. "Aduh," keluh Callista merasakan sakit akibat benturan itu. "Kamu kenapa?" tanya pria bernama Maxime dengan beberapa pengawal di sekitarnya. "To-tolog aku, aku mau ….” Callista tak bisa melanjutkan ucapannya, efek obat yang diminumnya sudah berhasil membuat tubuhnya benar-benar lemah hingga tak sadarkan diri. "Hei, dia wanitaku! Dia hanya mabuk, jadi biar aku yang mengantarnya pulang." Pria yang hampir melakukan tindakan tidak senonoh itu mendekati Callista yang kini ada dalam pelukan Maxime. "Kalian urus dia!" tegas Maxime dan langsung menggendong Callista. Beberapa orang yang mengawal Maxime langsung menghadapi pria itu. Sementara Maxime langsung berjalan menuju mobil ditemani salah satu pria dengan tubuh tegap. Setibanya didekat mobil, pengawalnya membukakan pintu untuk Maxime masuk sambil membawa tubuh Callista ke dalam mobilnya. "Bagaimana dengan pria itu, Bos?" "Tinggalkan saja jika sudah babak belur!” sahut Maxime memberi perintah. Setelahnya, pria itu kembali melihat Callista yang sudah ia baringkan di atas jok mobilnya tampak menggeliat. "Dia kenapa? Apa dia kepanasan?" tanya Maxime bingung. Mendengar suara Maxime, Callista menyadari jika ada seseorang di sampingnya. Dan, itu adalah seorang pria yang sangat dibutuhkannya saat ini, masih dengan memejamkan matanya Callista meraba tubuh Maxime dan menempel padanya. "Hei, kamu kenapa?" tanya Maxime berusaha mendorong tubuh Callista agar menjauh. "Sepertinya dia diberi obat perangsang, Bos. Mungkin pria tadi yang melakukannya," sahut salah satu pengawal Maxime bernama Lois yang duduk tepat di samping pengemudi. "Tap-tapi, dia tadi menolak dan lari. Kenapa sekarang seperti ini?" "Mungkin tadi efek obatnya belum terlalu bereaksi, Bos." "Lantas aku harus bagai–" Maxime belum selesai melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba bibir Callista mencium bibirnya. "Lepas, Nona! Anda jangan bersikap seperti ini!” Lois coba menarik pakaian Callista agar menjauh dari sang bos. "Bagaimana ini, dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Cepat cari hotel dekat sini, mungkin dengan air dingin dia bisa menahan diri." "Baik, Bos. Kebetulan di depan ada hotel dan jaraknya tidak terlalu jauh." Lois meminta pada rekannya untuk menambah kecepatan mobil agar bisa cepat sampai di sana. Setibanya di hotel, Lois segera turun di depan lobi sementara Maxime langsung menuju basemen. Dia tidak ingin menarik perhatian orang lain dengan membawa wanita yang saat ini seperti cacing kepanasan itu. Bahkan pakaian Maxime sudah acak-acakan karena ditarik oleh Callista, Maxime berusaha memeganginya, tetapi wanita itu selalu berhasil lolos. "Apa kita langsung turun, Bos?" tanya anak buah Maxime yang mengemudi. "Tunggu kabar dari Lois, wanita ini tidak bisa di kontrol. Jadi, kita tidak bisa keluar dari mobil," jawab Maxime masih kewalahan mengendalikan Callista. Tak berapa lama kemudian, Lois pun akhirnya menghubungi Maxime. “Baiklah, aku ke sana sekarang.” Setibanya di kamar hotel seperti yang dikatakan Lois, sang asisten langsung membukakan pintu. Maxime pun meminta Lois mengisi bathtub, sementara pria itu meletakkan Callista di tempat tidur. Selesai menyalakan air di bathtub, Lois pun bergegas keluar kamar sesuai permintaan Maxime. Kini tinggal Maxime bersama Callista yang terus menariknya dan meminta pria itu meraba bagian intinya. "Kenapa dia semakin menjadi, bisa-bisa aku tidak kuat kalau terus begini." "Ouh, tolong aku panas!" Callista mengeram sambil melepaskan pakaiannya, Maxime tertegun duduk di sisi tempat tidur. "Ah terserahlah, dia yang memaksaku melakukan ini." Maxime buru-buru membuka kemejanya yang sudah terlanjur kusut, bukan hanya kemeja, tetapi bagian bawahnya juga sudah tak kuat lagi menahan hasrat yang sejak tadi terus dipancing oleh Callista. Maxime pun akhirnya melakukan apa yang diminta Callista. Keduanya saling memagut, memberi kenikmatan tanpa henti. Suara wanita itu semakin membuat Maxime bergerak liar, tidak ada bagian tubuh Callista yang terlewat dari bibir dan lidahnya. Terlebih saat desahan demi desahan semakin terdengar sensual di telinga Maxime. Membuat permainan pria itu semakin intens. "Ternyata kamu benar-benar masih perawan," gumam Maxime saat melihat noda merah di seprai putih itu setelah menyudahi permainannya saat mereka mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan. Maxime sengaja tak membangunkan Callista yang langsung tertidur dengan tubuh dipenuhi keringat. Pria itu menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket bercampur keringat Callista. *** Keesokan paginya, Callista yang lebih dulu terbangun dibuat sangat terkejut saat melihat keadaan di sekitarnya, apalagi sewaktu ia tahu jika tubuhnya tak mengenakan apa-apa. Polos dan hanya ditutupi selimut putih tebal. "Di mana pakaianku?" Callista yang masih merasakan kantuk tampak menguap. Tangannya tanpa sadar menyentuh tubuh Maxime hingga membuatnya langsung menoleh dan tercengang saat mendapati seorang pria satu ranjang dengannya. "Siapa dia? Di mana ini?" Callista coba mengingat apa yang terjadi semalam. Namun, usahanya sia-sia, hanya rasa pening yang dirasakan wanita itu. Bersambung

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook