Bab 12. Maxime Pergi

1025 Kata
"Aku pergi dulu, baik-baik di sini." Maxime berpamitan sambil merapikan setelannya. Callista diam saja, dia berbaring menyelimuti seluruh tubuhnya dan memunggungi Maxime. Callista berpura-pura tidur, meskipun ada perasaan tidak nyaman karena dia tidak langsung membersihkan diri setelah Maxime melampiaskan hasratnya. Callista bahkan menahan rasa rasa risih akibat cairan kenikmatan yang masih menempel di bagian intim dan sela-sela pahanya. Dia tidak ingin melihat Maxime dahulu, antara kesal dan malu setelah melakukan hubungan intim. "Kalau butuh sesuatu, kamu bisa telepon pelayan. Kamu tinggal menekan angka 2 dan pelayan akan langsung mengangkat panggilanmu, setelah aku pergi sebaiknya kamu membersihkan diri. Supaya pelayan bisa membersihkan tempat tidur, aku yakin kamu tidak akan nyaman tidur di ranjang dengan alas yang kotor. Aku juga akan meminta pelayan mengantarkan makanan, jadi sebaiknya kamu segera ke kamar mandi. Atau kamu akan merasa tidak nyaman, berendamlah sebentar agar saat kamu selesai pelayan sudah pergi." Maxime memberikan instruksi karena dia tahu Callista sedang berpura-pura. Maxime meninggalkan kamarnya, membiarkan Callista melakukan apa yang tadi dikatakannya. Dia sangat yakin, Callista enggan beranjak Karen merasa malu padanya. Dia yang awalnya menolak mati-matian, akhirnya menikmati permainan. Hal itu pasti membuatnya malu pikir Maxime itu kenapa dia membiarkan saja Callista dengan posisinya. Bahkan Maxime yang hendak mengusap kepala Callista batal, karena menyadari jika wanitanya itu malu. Callista yang mendengar suara pintu di tutup, bergegas beranjak dari tempat tidur. Matanya langsung menuju ke arah pintu, benar saja Maxime sudah tidak ada di sana. Dia pun langsung turun dari tempat tidur tanpa sehelai benang pun, Callista memungut pakaiannya yang sudah robek di lantai dan dengan cepat berjalan menuju kamar mandi. "Dasar pria gila, bisa-bisanya dia merobek pakaianku dan memaksaku melakukan itu. Pasti waktu itu dia juga memaksaku, hanya karena aku dalam efek obat jadi aku tidak menyadarinya." Callista menggerutu sendiri sambil menutup kamar mandi dan melihat ke arah pakaiannya. Dia langsung berjalan menuju balik kaca di mana ada bathtub di sana, Callista terkejut saat melihat bathtub yang sudah terisi air. Rupanya sebelum keluar dari kamar mandi, Maxime mengisinya lebih dulu dan mematikannya sebelum dia bicara pada Callista tadi. Bahkan ada secarik kertas yang di tinggalkan Maxime di dekat bathub. 'Berendamlah sebelum airnya dingin, buat dirimu nyaman. Aku yakin kamu sangat lelah, karena sudah melayaninya.' Callista membaca isi pesan yang ditulis Maxime lalu mencibir. "Sok perhatian, padahal dia yang membuatku lelah. Dan aku bukan dengan sukarela melayani, tapi dia memaksa. Bisa-bisanya dia bicara begini," gerutu Callista dan masuk ke dalam bathtub. Sementara Callista asik berendam, para pelayan membereskan kamar yang sudah seperti kapal pecah terutama di bagian tempat tidur. Selimut, bantal yang tidak beraturan bahkan pakaian milik Maxime berhamburan di lantai. "Barang dari Rusia sudah tiba di gudang, Bos. Baru saja Frans mengabari," ucap Lois saat diperjalanan. "Baguslah, aku sudah khawatir karena sudah lewat dari jadwal. Aku pikir barang kita terkena masalah," sahut Maxime sambil melihat tablet di tangannya. "Hampir saja, Bos. Untungnya Frans bisa menghindari pemeriksaan peti kemas saat polisi merazia pelabuhan, salah satu aparat adalah orang yang sering menerima setoran dari kita. Itu kenapa peti kemas berisi senjata kita aman," jelas Lois apa yang terjadi. "Lain kali, minta aparat itu mengabari kita lebih dulu jika akan ada razia di pelabuhan. Dengan begitu kita bisa waspada dan kapal angkut kita tidak berlabuh lebih dulu, jangan mengambil resiko. Sekarang kita bisa menghindari pemeriksaan, nanti-nanti belum tentu kita beruntung." "Baik, Bos. Lalu apa malam ini kita akan langsung menemui orang yang akan membeli pasokan senjata kita?" "Iya, dia ingin langsung bertransaksi malam ini juga. Karena lusa dia akan terbang ke Macau," jawab Maxime tanpa melihat ke arah Lois yang terus menatap ke belakang. "Baiklah, kalau begitu akan saya siapkan ruangan di klub kita." Maxime mengangguk setuju, matanya terus saja melihat ke arah layar tablet karena dia harus mengecek beberapa pekerjaannya. Maxime adalah orang yang teliti dalam pekerjaannya, dia tidak suka ada kesalahan atau keteledoran. Itu kenapa dia selalu mengecek sendiri barang-barang yang tiba di gudang, semua berkas pun dia cek sendiri tanpa meminta Lois meskipun Lois juga bisa mengerjakan semuanya. Callista yang sudah cukup lama berendam, akhirnya keluar dari dalam bathtub. Dia yakin para pelayan yang dikatakan Maxime sudah selesai dengan tugas mereka, Callista membilas tubuh di bawah shower setelah selesai membilas tubuhnya. Callista mencari bathrobe dan langsung mengenakannya. "Apa mereka sudah pergi? Sebaiknya aku intip dahulu, aku tidak mau mereka melihatku habis mandi lagi. Semua itu karena sudah b******k itu, aku jadi mandi lagi." Callista menggerutu sambil mengendap-endap untuk mengintip dari pintu. Perlahan Callista membuka pintu kamar mandi, benar saja sudah tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Barulah setelah itu Callista keluar dari kamar mandi, dia melihat kamar yang tadi berantakan sudah sangat rapi. Dia juga melihat makanan yang diletakan di atas meja sofa yang ada di sana "Enak sekali hidupnya, dengan satu perintah kamar yang berantakan langsung rapi. Tapi kemana pakaianku, apakah diletakkan di tempat itu seperti miliknya?" tanya Callista bicara sendiri. Karena penasaran dan memang butuh berganti pakaian, Callista berjalan menuju walk in Closet. Dia membukanya perlahan dan melihat jejeran lemari yang tersusun rapi, Callista berdecak kagum melihat tempat yang tidak ada di rumahnya itu. Dia memeriksa beberapa lemari, yang berisi pakaian milik Maxime. "Dimana mereka meletakkan koperku?" Callista mencari-cari kopernya dan menemukannya di sudut ruangan itu yang tertutup oleh pembatas. Callista mengangkat kopernya yang terasa enteng, bahkan tasnya juga sudah terlihat kosong. "Apa mereka menyusun pakaianku di salah satu lemari ini? Kapan mereka melakukan itu, apa saat aku menemui Hellen tadi atau saat aku mandi?" tanya Callista penasaran sambil membuka setiap lemari mencari pakaian miliknya. Callista akhirnya menemukan pakaian miliknya, tapi dia terkejut karena bukan hanya pakaiannya yang ada di sana. Rupanya sudah ada beberapa pakaian lain dan juga beberapa lingerie yang di siapakan dia tempat itu. "Apa ini? Apa dia ingin aku memakai ini? Tidak-tidak, untuk apa aku memakai pakaian kurang bahan ini. Dia pasti ingin aku terlihat seksi, tapi aku tidak mau. Aku tidak akan memakainya," gerutu Callista kesal saat menyadari maksud Maxime menyiapkan banyak lingerie untuknya. "Dasar pria m***m, dia rupanya sudah merencanakan semuanya. Tapi aku tidak akan menurutinya, tadi aku hanya terpaksa karena dia mengikatku. Lain kali aku akan mencari cara menolaknya dengan lembut agar dia tidak berani memaksaku," ucap Callista sambil mengenakan pakaian miliknya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN