Bab 6. Takdirku

1057 Kata
Azalea menunggu apa yang ingin pria ini lakukan. Dia tidak tahu apapun yang pria batu inginkan saat ini. Pria yang dipanggil Marco segera mengambil sesuatu dari tasnya dan menyerahkannya kepada Aldrich. Marco yang sudah memberikannya map hijau segera mendekati tamu yang tadi datang ke acara nikahan Tuannya. Marco mempersilahkan mereka pergi karena urusan mereka sudah selesai dan tidak lupa memberikan amplop yang tebal untuk mereka yang hadir. Sekarang, di ruangan hanya ada Aldrich dan Azalea. Keduanya diam tidak ada yang membuka suara. Aldrich menyerahkan map tersebut kepada Azalea yang menatap map tersebut. Terlihat guratan rasa penasaran di wajah Azalea. "Baca dan tanda tangan," ucap Aldrich dengan suara dingin. Aldrich meminta Azalea membaca isi yang tertulis di dalam map tersebut. Azalea membacanya dan satu persatu dia baca tidak ada yang terlewatkan sama sekali. Saat ada poin yang menurut dirinya aneh, reaksi Azalea hanya menaikkan alis seperti itu sampai selesai. "Di mana aku tanda tangan?" tanya Azalea membuat Aldrich terkejut. Aldrich memandang ke arah Azalea, dia heran kenapa tidak ada protes sama sekali. Tiap point yang ditulis tidak menguntungkan baginya malah dia dirugikan, tapi kenapa wanita ini malah menunjukkan reaksi yang berbeda. "Tidak mau bertanya?" tanya Aldrich mencoba untuk memberikan kesempatan untuk bocil ini bertanya. Akan tetapi, Azalea memandang ke arah Aldrich dan menggelengkan kepala. Mendapatkan jawaban dengan gelengan kepala, Aldrich menyerahkan bolpoin yang dia ambil dari saku jasnya dan memberikan ke Azalea. Tanpa menunggu lama, Azalea langsung menandatangani surat tersebut. Baginya, rugi atau nggak dia tidak peduli. Toh, di dalamnya dia diberikan tempat tinggal, uang dan tidak mengatur kehidupan kedua belah pihak. Itu artinya, dia bisa bebas walaupun ada status di dalam dirinya. Goresan tinta hitam tersemat di atas materai dan dia pun meletakkan kembali bulpoint dan menatap ke arah Aldrich, suami kontrak atau lebih tepatnya suami batunya ini yang memberikan dirinya ultimatum agar tidak dekat dengan dia. "Sekarang, sudah semuanya. Boleh saya ganti pakaian ini? Saya masih sakit, jadi saya harus segera istirahat karena saya mau cepat pulang. Dan jika saya cepat pulang saya mau ke barat bukan cari kitab suci tapi mau liburan di danau yang indah. Ehm, kalau tidak salah danau Lago Maggiore atau sebelah utara juga boleh danau Orta," ujar Azalea yang sudah beranggan akan ke sana. Dia ingin mengenang peristiwa dimana dia pernah ke sana dulu saat dia dan ayahnya juga ibunya masih bersama. Walaupun itu hanya kenangan tapi tetap dia sangat menyukai danau tersebut. Aldrich mendengar apa yang dikatakan oleh Azalea hanya diam. Dia memperhatikan Azalea pergi dengan jalan yang tertatih dan tentu saja ada rasa yang berbeda di hati sang mafia kejam tersebut. "Ibu, tunggu aku. Aku akan datang, aku harap ini tidak marah padaku ya," ucap Azalea dengan wajah yang sedih saat dirinya tertatih masuk ke dalam ruangan satunya untuk berganti pakaian. Sejak menikah dengan Aldrich, pria tersebut pernah datang sama sekali. Sampai, Azalea pulang dari rumah sakit. Tiga hari dirawat Azalea diperkenankan pulang. Dirinya hanya dijemput oleh para bodyguard Aldrich. "Nona, Tuan menunggu Anda. Silahkan," ucap salah satu bodyguard yang membukakan pintu untuk Azalea masuk ke dalam mobil. Azalea masuk ke dalam mobil dan dia duduk dengan tenang. Selama tiga hari tidak lihat si batu membuat dia tenang sekarang, dia harus lihat si batu dan apa yang akan dia lakukan padanya. Perjalanan dari rumah sakit menuju ke rumah Aldrich, sekitar satu jam dan akhirnya, dia sampai di rumah yang cukup besar dan saat mobil memasuki gerbang, Azalea melihat banyak sekali penjaga berbaju hitam dan tubuh mereka juga terbilang cukup besar tidak jauh beda dengan orang yang menjemputnya ini. "Nona, silahkan," ujar penjaga yang mengusik lamunan Azalea. Azalea melihat ke pintu yang sudah terbuka. Dirinya segera turun dan berdiri memandang ke arah sekeliling rumah yang bakal istana. Bodyguard tersebut mempersilahkan Azalea untuk mengikuti mereka. Tanpa berlama-lama, dirinya mengikutinya menuju pintu yang sudah terbuka, terlihat pelayan menundukkan kepala ke arahnya. Sampai di dalam rumah, lagi-lagi Azalea melihat berapa mewahnya isi di dalam rumah Aldrich. Benar-benar bangsawan dan sempat berpikir olehnya kalau dia akan dijadikan b***k oleh pria tersebut dan sampai saat ini pun dia masih berpikiran sama. Jika pun terjadi, maka ini takdirnya. "Rumahnya besar juga dan mewah apa aku akan seperti mereka, menjadi pelayan si batu itu. Hah, jika pun iya maka ini takdirku. Aku harus terima dan jika tidak terima maka aku akan dibunuh atau dijual di pasar gelap," cicit Azalea pelan yang hanya didengar olehnya. "Tuan, Nona sudah di sini," ucap Bodyguard kepada seorang pria yang duduk di sofa single dan dia terlihat membaca surat kabar. Azalea tidak sadar kalau dirinya bertemu dengan pria tersebut yang di selembar kertas dia adalah suaminya. Dan suaminya itu, saat ini duduk memandang dirinya. Azalea menatap Aldrich dengan tatapan tenang. Tidak takut, karena dia sudah ikhlas apapun yang akan Aldrich lakukan. Di sampingnya terlihat, pria batu satunya yang berdiri seperti patung manekin. "Duduklah, aku mau bicara." Aldrich meminta Azalea untuk duduk. Bodyguard tersebut memandang ke arah Azalea, dirinya ingin mempersilahkan Azalea duduk akan tetapi Azalea lebih dulu duduk. Aldrich menatap tingkah laku Azalea, dirinya berdehem dan mengibaskan tangan ke arah keduanya untuk segera pergi. "Mana pakaianku, bukankah aku di sini mau dijadikan pelayan?" tanya Azalea to the point. Aldrich menaikan alisnya. Dia bingung kenapa bisa dikatakan jadi pelayan. Tapi, Aldrich masih tenang dan tidak menjawab apa yang Azalea tanyakan. "Aldrich, mana cucu menantuku?" tanya seseorang yang turun dari anak tangga sambil bertanya mana cucu menantunya. Mendengar suara berat dan hentakan kaki yang cukup kuat membuat Azalea terkejut dan segera berdiri. Terlihat, pria paruh baya dengan tongkat berjalan menuju ke tempat di mana mereka berada. Azalea menyunggingkan senyum kecil ke arah pria tua yang kalau dilihat-lihat pria tua tersebut hampir sama dengan kakek ayahnya. Kalau mengingat ayahnya, kebenciannya semakin memuncak dan sudah dipastikan kalau dia membalaskan dendamnya. "Azalea Aldrich Alexander, dia istriku," ucap Aldrich Alexander menyebutkan nama sang istri dengan lengkap. Azalea memandang ke arah Aldrich yang sudah berdiri dan memperkenalkan kepada pria tua tersebut. Azalea mendekati pria tua tersebut dan mengangkat tangannya untuk bersalaman dengan pria tua itu yang dia yakini adalah salah satu dari keluarga pria batu tersebut. "Selamat pagi, saya Azalea senang bertemu Anda, Tuan," ucap Azalea dengan sopan. "Apa yang dilakukan anak tengik ini padamu?" tanya pria paruh baya itu kepada Azalea yang membuat Azalea menaikkan alis dan memandang ke arah Aldrich berharap pria batu nan dingin itu mengatakan sesuatu atas apa yang dikatakan oleh pria paruh baya tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN