Bab 4. Menangis

1090 Kata
"Berapa lama dia akan siuman?" tanya seseorang kepada dokter. "Saat ini, dia masih dalam pengaruh obat penenang, mungkin besok pagi dia sudah siuman," jawab sang dokter. Mendengar penjelasan dari dokter, orang tersebut menganggukkan kepala. Dokter pergi meninggalkan ruangan tersebut dan tersisa orang yang menyelamatkan Azalea. "Kenapa dia bisa seperti ini, apa yang membuat dia tidak melawannya. Ck, dasar bocil denganku dihajar hingga pingsan tapi dengan pria gendut itu tidak." Aldrich menatap sinis ke arah Azalea. Kekesalannya terlihat saat Azalea tidak melawan orang yang melukainya. Orang yang mengomel itu adalah Aldrich dan dia terlihat begitu kesal saat tau Azalea dihajar hingga terluka. Marco memberitahukan siapa wanita yang menjadi teman tidur tuanya. Tidak ada informasi yang terlewati sedikitpun dan sekarang, tiga jam sebelum kejadian Aldrich berada di depan rumah kecil dan tidak diduga, Aldrich mendengar suara jeritan dari dalam. Tanpa menunggu lama, Aldrich dan anak buahnya masuk, walaupun dihalangi oleh anak buah Brandon, Aldrich masuk dan melihat wanita tersebut sudah babak belur. Tanpa menunggu lama, senjata milik Aldrich memuntahkan proyektil tepat di belakang kepala Brandon hingga pria tersebut tewas seketika. Dan, Aldrich membawa Azalea pergi ke rumah sakit. Di sinilah mereka berada. "Cepat bangun bocil, aku belum menghukummu, ayo cepat!" pinta Aldrich kepada Azalea yang sudah menutup matanya. Aldrich semalaman menjaga Azalea, esok harinya Aldrich yang masih tertidur tidak menyadari Azalea sudah bangun. "Eugh, haus, aku butuh minum. Ibu, sakit sekali!" rengek Azalea merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Aldrich yang tertidur langsung terbangun dan melihat Azalea menangis. Ada rasa yang berbeda dihati Aldrich melihat Azalea menangis. "Hust, kamu mau apa? Sudah jangan menangis, berisik sekali!" bentak Aldrich dengan keras hingga membuat Azalea menghentikan tangisannya. Azalea menoleh ke arah Aldrich, dia menatap Aldrich dengan lekat. "Ka-kamu siapa? Kenapa bisa ada di sini? Aku di mana?" tanya Azalea dengan suara serak. Aldrich melipat tangannya di d**a dan dia masih belum bicara dan memperhatikan Azalea seperti orang linglung. Aldrich, tidak menyangka jika wanita ini bisa babak belur beruntung tidak banyak luka di wajahnya. "Kenapa saat seperti ini wajahmu polos tapi saat di ranjang, kamu menggairahkan seperti singa betina, apa kamu ini bunglon? Saat enak berubah saat menderita wajahmu seperti ini," ejek Aldrich membuat Azalea terkejut karena mendengar perkataan Aldrich. "Ranjang? Ranjang apa?" tanya Azalea dengan gugup dan pelan tapi masih didengar oleh Aldrich. Aldrich berdiri dan mengambil air minum tidak lupa menekan tombol biru untuk memanggil dokter. Aldrich menyerahkan gelas akan tetapi Azalea masih belum menyambutnya. Aldrich mendengus kesal karena tangannya yang sudah mengulur ke depan tidak di sambut oleh Azalea. "Kamu mau minum atau tidak? Apa mau aku siram agar kamu minum?" tanya Aldrich dengan wajah dongkol. Azalea mencibirkan mulutnya. "Tuan kulkas, beruang kutub, saya ini sakit. Harusnya peka, ini tidak, bangunkan dulu saya, atau tempat tidur yang di naikkan agar saya bisa minum, ini nggak marah mulu, makan apa kamu semalam." Azalea sengaja mengalihkan pembicaraan agar dia tidak terlalu malu dengan perkataan di awal Aldrich. Dia baru ingat kalau dia tidur dengan pria di depannya, pria yang dia kira meninggal karena tendangan mautnya. Mendengar perkataan Azalea, mau tidak mau Aldrich melakukan apa yang Azalea katakan. Tidak lama dokter datang dan memeriksa Azalea. Dokter tersenyum melihat Azalea yang sudah jauh lebih baik. "Anda sudah lebih baik, butuh istirahat yang cukup. Kalau begitu saya permisi dulu. Jangan lupa makan dan minum obat ya," ucap dokter membuat Azalea tersipu malu dan menganggukkan kepala. Melihat reaksi dari Azalea yang menurutnya murahan membuat Aldrich berdecak dan dia langsung berdehem. Bagaimana tidak dia menunjukkan reaksi seperti itu, dokter yang merawat Azalea tampan tapi lebih tampan dirinya. "Ehm, sudah selesai bukan? Sekarang pergilah, banyak pasienmu yang menunggu untuk diobati," ucap Aldrich dengan suara datar dan tatapan menghunus seperti pedang belati. Dokter yang mendengar perkataan dari Aldrich langsung kabur. Dia tau siapa Aldrich, pria bangsawan yang dikenal kejam dan juga pemilik rumah sakit tempat dia bekerja. Azalea menoleh ke arah Aldrich dia tidak suka jika Aldrich mengancam dokter tersebut. Dia tidak suka sama sekali. "Belum juga kenalan sudah diusir dasar pria batu," omel Azalea dengan suara pelan yang masih tetap didengar oleh Aldrich. Akan tetapi, Aldrich tidak peduli. Sepeninggalan Dokter dan Suster, Aldrich menatap Azalea yang saat ini menarik meja yang ada di depannya. Suster membawa makanan untuk dia makan, akan tetapi karena masih sedikit sakit, Azalea kesulitan untuk menarik meja tersebut. Berkali-kali, Azalea berdecap karena tidak bisa menariknya. Aldrich yang melihat kelakuan dari Azalea membolakan matanya. Akhirnya, dia yang menarik meja tepat di depan d**a Azalea. Azalea, terkejut melihat reaksi pria di depannya ini dan Azalea hanya menatap ke arah Aldrich. "Terima kasih," ucap Azalea dengan tulus. Tidak ada sahutan sama sekali, Aldrich duduk dan melihat bagaimana Azalea makan. Selesai makan, Aldrich mendorong kembali meja dan saat ini Aldrich masih belum mengutarakan apa yang akan dia katakan dan hukuman yang sudah dia siapkan pun masih menari-nari di pikirannya. Azalea berdehem dan sekali-kali melirik ke arah Aldrich, dia ingin mengatakan terima kasih lagi, tapi dia takut jika Aldrich masih tidak merespon dirinya. "Apa yang kamu lihat? Apa kamu belum pernah melihat pria? Kalau tidak baiklah, lihat aku sebelum aku memberikan hukuman untukmu. Apa kamu tau kalau aku akan menghukummu? Dan tau salahmu apa?" tanya Aldrich yang akhirnya buka suara. Dia tidak suka, jika Azalea meliriknya seperti itu, dia risih. Jadi, dia langsung ke intinya dan Azalea mendengar perkataan dari Aldrich langsung menoleh ke arah Aldrich. Wajah gugup Azalea terlihat tapi dia berusaha tenang. Jari tangannya memilin ujung selimut menandakan jika dia cemas dan gugup. Aldrich memperhatikan apa yang Azalea lakukan. "Ak-aku salah apa? Aku tidak kenal denganmu dan aku akan bayar tagihan rumah sakit ini, aku akan cari kerja, kamu tinggal katakan berapa jumlahnya, nanti aku cicil," ujarnya. Keberanian Azalea ciut karena dia bertemu pria yang di depannya ini dan kedua, dia harus ganti biaya rumah sakit dan ketiga, pria ini mau hukum dia karena dia yang menyebabkan pria ini terluka dan masih terlihat jelas di kening pria ini luka akibat dirinya. "Bayar tagihan? Benarkah? Punya uang?" tanya Aldrich meremehkan Azalea. Azalea ditanya punya uang hanya menundukkan kepala. Hutang saja dia belum lunas apalagi bayar hutang, pikirnya. "Sekarang dengar baik-baik, pasang kupingmu itu lebar-lebar, aku akan kasih tau hukuman untukmu. Sini mendekat, aku akan katakan padamu," pinta Aldrich yang menggerakkan jari telunjuk ke arah Azalea agar dia mendekati dirinya. Azalea yang melihat jari telunjuk yang digerakkan menandakan jika dia harus mendekati, perlahan dirinya mendekati Aldrich dan mendengar apa yang akan Aldrich katakan. Azalea merasa jantungnya berdebar hukuman apa yang akan diberikan oleh Aldrich kepadanya. "A-apa, hukuman untukku?" tanya Azalea dengan suara pelan dan matanya mengarah ke Aldrich yang terlihat seperti iblis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN