Azalea yang ketakutan mencoba untuk menenangkan diri. Dia merangkak perlahan ke arah pria yang saat ini posisinya berada di bawah ranjang dan tertutupi oleh selimut.
Saat mendekati ujung ranjang, tiba-tiba Azalea menggurungkan niatnya untuk melihat siapa yang berada di bawah ranjang.
"Tidak, tidak! Jangan mendekat, Lea. Lebih baik kabur saja. Siapa tau dia gengster atau dia polisi atau gigolo yang kejam. Wah, bisa bahaya kamu, bisa-bisa tamat riwayatmu, Lea."
Azalea memilih kabur. Meninggalkan tempat tersebut dan membiarkan pria itu berada di sana. Azalea buru-buru keluar dan bergegas memakai pakaiannya walaupun masih sakit tapi Azalea tidak peduli.
Aldrich perlahan membuka matanya, rasa sakit di pelipisnya membuat Aldrich meringis.
"Sial! Kepalaku sakit dan terluka, kenapa aku bisa di sini!" Aldrich belum mengingat semuanya.
Aldrich berdiri perlahan dan duduk di ranjang sambil mengingat apa yang terjadi. Aldrich menoleh sisi ranjang satunya, tidak ada siapapun dan Aldrich kesal karena ini pasti perbuatan dari wanita itu, pikirnya.
"Gadis nakal itu pelakunya! Awas kamu. Aku akan buat perhitungan denganmu!" Aldrich geram dengan Azalea yang sudah melukainya.
Aldrich segera membersihkan dirinya dan dia bersiap memakai pakaian kerjanya. Selesai berpakaian, Aldrich berjalan ke arah pintu dan
saat membuka pintu, asisten Aldrich sudah berdiri dan menundukkan kepala dan juga anak buahnya.
Aldrich yang masih murka dengan kliennya memerintahkan anak buahnya untuk menghukum mereka.
"Apa sudah dibawa ke tempat biasa. Aku akan memberikan perhitungan dengan mereka. Sudah berani mereka mengerjaiku. Buat perusahaan mereka hancur jangan ada sisa sedikitpun, kamu mengerti, Marco?" tanya Aldrich dengan tegas.
"Baik, Tuan!" sahut Marco.
Marco segera mengirim pesan kepada anak buahnya untuk menjalankan perintah seperti yang dikatakan Tuannya. Hari ini, Aldrich akan mengadakan pertemuan dengan kakek buyutnya dan kakek dari daddynya.
"Satu lagi, cari wanita yang menari di club malam tadi, jika sudah ketemu bawa dia juga ke hadapanku," ucap Aldrich.
Marco yang mendengar perintah dari tuannya untuk mencari wanita yang menari di club terdiam. Bukannya, di club banyak wanita menari tapi yang mana wanita itu, pikirnya.
Tidak banyak bertanya, Marco segera menghubungi pemilik club, dimana Tuannya berada semalam, dia ingin tau siapa yang bertemu dengan Tuannya, apakah benar wanita penari atau bukan
Keduanya segera masuk lift. Sesampainya, di basement, Marco dan Aldrich langsung menuju ke rumah kakek buyutnya.
Satu jam setelah kepergian Azalea dari apartemen Aldrich, Azalea berada di rumah petak dimana dia tinggal.
Sejak ibunya diusir dan tidak diizinkan tinggal di rumah sang Ayah, mereka berada di rumah kecil yang ada di sudut kota, walaupun kecil Azalea bahagia, tapi sekarang ibunya tiada dan dia harus hidup sendiri dengan hutang yang menumpuk.
"Akh, akhirnya aku sampai juga di rumah ini. Duh, sakit sekali, apa seperti ini rasanya jika kita berhubungan dengan pria dan ternyata melepaskan keperawanan tidak seperti yang aku bayangkan. Sakit, tapi apakah enak? Hah, Azalea, dasar gila. Otak kamu sudah konslet. Mana kamu tau rasanya, sial sekali hidupku ini. Mom, dimana aku akan mencari uang untuk bayar utang itu. Apa aku jual diri saja? Atau, jual ginjalku, untuk mendapatkan uang?" tanya Azalea pada dirinya dengan raut wajah sendu.
Azalea, merebahkan dirinya di ranjang. Dia benar-benar lelah karena hidupnya sangat menyedihkan. Punya ayah kaya, kakek kaya tapi dia seperti ini.
"Tuhan, aku ingin kaya. Aku tidak ingin susah, kirimkan aku seorang pria yang baik, kaya, tampan dan uangnya tidak ada serinya, aku butuh pria seperti itu dan satu lagi, kalau bisa aku minta dia tampan, Tuhan. Eh, 'kan sudah aku minta tadi. Apakah, aku bisa dapatkan itu semua, Tuhan!" Azalea berdoa agar dia mendapatkan pria seperti yang dia doakan itu.
Azalea yang melamun tiba-tiba mendengar suara pintu diketuk. Azalea, mencoba mengabaikan ketukan pintu itu, akan tetapi, pintu ketukan itu makin kencang membuat Azalea kesal.
Mau tidak mau dia pergi melihat siapa yang datang. Perlahan dia melangkahkan kaki, Azalea mulai khawatir siapa yang datang. Dia takut jika itu si rentenir.
"Aduh, siapa yang datang, ya? Apa si rentenir itu. Emang rentenir tidak punya hati, apa dia tidak dengar apa ucapanku kemarin. Pembayarannya bulan depan, tapi kenapa dia datangnya sekarang," omel Azalea yang saat ini terus mengumpat rentenir tersebut.
Sampai di depan jendela, Azalea mengintip sedikit dari balik gorden dan benar saja, si rentenir itu. Azalea, menutup kembali gorden dan dia melangkahkan kaki berjalan pelan menuju kamarnya. Biarkan saja dia menganggap dirinya tidak ada.
Akan tetapi, saat mendekati kamar, pintu rumahnya didobrak kencang hingga pintu tersebut lepas. Terlihatlah, Azalea yang mematung karena terkejut pintu rumahnya ditendang dengan kencang.
"Hei, Azalea, mau kemana kamu? Apa, mau kabur? Mana hutangmu, aku menginginkan uangku, cepat kembalikan uangku berserta bunganya juga, cepat!" pekik si rentenir yang bernama Brandon.
Azalea yang sudah ketahuan gugup dan wajahnya pucat karena Brandon meminta uangnya sekarang. Azalea memohon kepada Brandon untuk memberikan keringanan kepadanya.
"Kasih aku waktu, saat ini aku belum ada uang jadi aku belum bisa bayar. Untuk makan saja, aku sulit dan aku harus kerja dulu baru dapat uang. Tolong, jangan seperti ini, berbaiklah kepadaku. Kali ini saja, aku janji akan membayarnya," jawab Azalea memohon untuk diberikan keringan.
Brandon tidak peduli. Setiap dia datang, Azalea selalu tidak ada. Sekarang, dia bertemu langsung dengan Azalea, itupun dia harus menendang pintu, barulah Azalea dia temukan. Keduanya saling berhadapan satu sama lain.
"Bayar hutangmu! Kalau tidak, aku akan membuatmu menyesal. Aku tidak peduli jika aku harus menyakiti orang, termasuk wanita, aku akan tetap menhajarnya. Jadi, jangan berbohong dan menipu aku, gadis licik!" bentak Brandon dengan kencang hingga membuat Azalea terkejut.
"Ak-aku tidak bohong. Aku benar-benar jujur padamu, aku juga saat ini tidak punya uang, sumpah demi Tuhan dan atas nama ibuku, aku tidak punya uang sama sekali, jadi kasih aku waktu lagi, ya. Aku janji bayar," jawab Azalea.
Mendengar perkataan Azalea, membuat Brandon marah dan dia menjambak rambut Azalea dengan kencang dan menjatuhkan Azalea ke bawah kakinya hingga Azalea menjerit.
Brandon menghempaskan tubuhnya di lantai. Brandon yang melihat Azalea berada di kakinya tersenyum menyeringai. Brandon jongkok dan lagi-lagi dia menarik rambut Azalea kembali hingga kepala Azalea terangkat ke arah atas.
"Sa-sakit, tolong lepaskan aku! Aku sudah katakan, aku tidak ada uang, tolong jangan seperti ini, apa salah aku. Aku jujur, kenapa tidak percaya. Aku tidak akan lari," ucap Azalea sambil meringis kesakitan dan air matanya yang dipelupuk mata akhirnya mengalir karena diperlakukan kasar oleh Brandon.
"Aku memang tidak percaya padamu. w************n sepertimu itu, harus diperlakukan seperti w************n yang ada di luar. Kamu tidak punya uang, ya? Apa kamu aku jual saja? Iya, benar, aku jual dan aku bisa dapatkan uang banyak. Kamu masih perawan, bukan? Bagus, jadi aku akan menjualmu dengan harga tinggi, dan aku bisa kaya raya."
Mendengar dirinya akan dijual oleh Brandon, Azalea menggelengkan kepala. Melihat, Azalea menolak dan berusaha memberontak untuk lepas darinya, membuat Brandon marah dan murka.
Brandon melepaskan rambut Azalea dan dengan sadis juga kejam Azalea disiksa tanpa ampun sama sekali oleh Brandon.
Azalea disiksa oleh Brandon hingga dirinya mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. Azalea tidak bisa melawan, tenaganya tidak sekuat pria ini.
Sebelum menutup matanya, Azalea samar-samar mendengar suara teriakkan dan suara itu tidak asing di telinganya.
"Siapa dia? Apa dia malaikat yang akan menjemputku?" tanya Azalea dengan pelan dan karena tidak kuat lagi, matanya pun tertutup sempurna tanpa bisa melihat siapa dia yang datang.