“Zeevanya!” Baru saja Anya akan masuk ke dalam mobil, suara Kin menghentikan langkahnya. Anya menoleh, melihat Kin berjalan mendekat. Padahal Anya sudah memberitahu agar Kin tidak mengantarnya ke parkiran, tapi ternyata pria itu tetap berkeras hati. “Iya Mas? Kenapa ke sini?” tanya Anya heran. Kin mendekat dan berdiri di hadapan Anya. Wajah pria itu terlihat menampakkan senyum tipis. Meski matanya masih merah karena pembicaraan penuh emosional beberapa saat yang lalu. “Saya mau lihat kamu pergi,” jawabnya. “Terima kasih karena mau mendengar cerita saya.” Anya yang sejak tadi suasana hatinya mendung, berusaha sekuat hati untuk tetap tersenyum. Tidak mau menambah kesedihan Kin yang harus mengenang kembali mendiang istrinya. “Mas Kin harus tetap bahagia, ya.” Tangan Kin terulur, mengus