Sejak kejadian bersama Arka beberapa hari yang lalu, Kayari susah untuk berkonsentrasi. Arka yang tidak sengaja melihat videonya bersama Selatan, juga suara desahannya. Arka yang menjadikan dia tokoh utama wanita dalam fantasi liar adiknya itu. Iya tau, ketika bersama Sagara pertama kali melakukan, Kayari juga seperti itu, sulit berkonsentrasi. Tetapi ini jelas berbeda. Bersama Sagara ada sensasi berdebar dan wajah memerah. Tersenyum sendiri mengingat kenangannya. Kalau yang sekarang, benar-benar membuat dia kepikiran, sebab Arka itu adeknya. Jelas berbeda dengan Sagara ataupun Selatan. Yang ini adalah kekacauan.
Akhirnya Kayari memilih seengaja menyibukkan diri agar lupa dengan apa yang terjadi sekalipun suit. Setidaknya dia terdistraksi. Kayari ingin dapat melihat Arka seperti sebelumnya. Ingin berhubungan dengan Arka seperti kakak adik wajarnya kala biasa tanpa berpikiran ke hal-hal sebelumnya terjadi.
Ini akhir pekan, tapi apa yang Kayari lakukan? Jelas tidak beristirahat di rumah. Tidak ingin bertemu dengan Arka. Tidak juga bisa diam saja di kamar, nanti jadi berpikir ke sana lagi.
"Tuan Cendana, di akhir pekan apa ada yang bisa saya kerjakan?" tanya Kayari di panggilan telepon. Saat masih berada di rumah, dia bahkan tidak keluar dari kamar.
Yang di ujung sana mendengar apa yang dikaakan Kayari, hanya tersenyum saja. Seperti menemukan berlian, sesuatu yang dia inginkan. Kebetulan yang disemogakan. Hal yang baik—tetapi untuknya. Belum tentu untuk Kayari. Lalu setelah tersenyum penuh arti, akhirnya Selatan menjawab dengan suara seksinya, “tentu banyak, Nona Manayaka. Kamu ke apartemen saya, sekarang," katanya sebelum dia tutup teleponnya. Benar-benar memerintah penuh. Dan buka hal seperti ini yang Kayari pikirkan. Namun sepertinya ini lebih baik dari yang dia pikirkan. Ia bisa pergi dari rumah, mendapat uang lembur—atau lebih dari itu. Keduaya sama-sama tahu hubungan mereka didasari dengan kontrak, hitam di atas putih dan sebuah kesenangan.
Tidak butuh waktu lama, Kayari saat itu juga, yang biasanya akhir pekan diisi di depan laptop buat menulis atau sekadar istirahat, pergi begitu aja. Meninggalkan Arka yang berada di rumah. Sengaja tidak ke mana-mana bahkan di akhir pekan sebab ingin bersama sang kakak Kayari Manayaka. Sudah tidak keluar-keluar dari kamar, tidak berbicara dengannya, sekarang malah pergi tiba-tiba. Tidak memberikan kesempatan sama sekali untuk Arka bertanya mau ke mana Kayari. Tetapi tahu jelas kakaknya itu memang tidak suka berpergian ke mana-mana. Lebih suka di rumah. Tidak jauh jika keluar di pekan dipastikan berkerja atau ke perpustakaan. Namun kalau berkerja, Arka kembali teringat video yang sebelumnya dia lihat. Itu berarti … apa mungkin akan bertemu dengan pria di video itu lagi?
Segera bergegas ke apartemen yang alamatnya diberikan oleh Selatan, Kayari naik taksi ke sana. Selatan sebelumnya menawarkan apa Kayari mau dijemput dengan mobil dan supir pribadinya di chat, tetapi langsung membalas kalau tidak perlu. Urung. Dia segaja ingin cepat-cepat pergi dan mendistraksi diri. Kalau masih harus menunggu mobil dan supir, kesempatan dia berbicara dengan Arka semakin besar.
Butuh beberapa waktu menyusuri jalanan, apartemen Selatan berada di pusat kota, distrik yang isinya orang-orang Kaya raya. Kemudian dia berhenti di bangunan yang menjulang tinggi dan megah, apartemen paling mahal di sana. Bergengsi di negara mereka. Pertama kali Kayari berada di apartemen mewah ini. Benar-benar tipikal CEO muda. Kalau sama Sagara, biasanya dia dijemput di bawah. Tapi kalau sama Selatan, dia punya akses untuk masuk. Karena iya, Kayari sekretaris pribadi. Selatan kasih kepercayaan buat Kayari bisa akses apartemennya, diantar sama bawahannya Selatan buat menuju ke sana. Sepertinya tangan kanan atau pengawal. Kayari bahkan tidak benar-benar tahu sebenarnya berapa banyak karyawan yang Selatan punya, sebab orang ini tidak pernah terlihat di kantor, tetapi sudah menunggu di sana. Di lobi untuk membawa Kayari ke atas.
Dan di sini Kayari sekarang, apartemen super mewah tipikial bos besar. Sagara juga sama mewahnya, tapi ini lebih ekslusif kalau mau dibedakan. Sebenarnya alih-alih apartemen, ini lebih pantas disebut penthouse, apalagi berada di lantai teratas. Besar sekali. Liftnya langsung menuju lantai di mana Selatan berada, hanya satu lantai yang isinya semua penthouse Selatan. Pasti beberapa lantai di bawahnya juga sama. Orang-orang yang tinggal di sini jelas berbeda stratanya.
Pintu dibukakan oleh bawahannya Selatan yang memang diberikan kunci kartunya untuk menjemput Kayari. Taerlihat dari pintu masuk ketkika terbuka, Selatan dengan setelan pajamas mahalnya, berwarna biru tua, navy, dengan luaran jubah sutra, sekarang lagi bersantai di kursi mini bar (tidak, tidak mini. Cukup besar) berada dekat dapur kering (Selatan punya dua dapur), dengan kaki yang disilang, dinaikan satu ke kaki satunya lagi, sambil megang gelas berisi alcohol. Dari yang dilihat, pasti Bacardi. Selatan jelas sangat menyukai minuman beralkohol dengan toleransi yang cukup tinggi.
Melihat Selatan, terlintas sekelebat, bayangan tentang Arka lagi. Kayari buru-buru menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan semuanya. Selatan sadar. Dia sangat teliti dan peka, itulah mengapa dia dapat berada di posisinya sekarang. “Bacardi, Nona Manayaka?" kata Selatan sambil mengoyangkan gelasnya.
Tidak menjawab sama sekali, Kayari malah ke ruang tengah, ada sofa panjang, ruangan paling besar sebab penyambung ke mana-mana, dia langsung membuka laptopnya. Kayari berinisiatif membuka laptop karena memang sebenarnya kerjaan dia banyak. Hitung-hitung mengurangi kerjaan dia selanjutnya, bukan?
Sekali lagi, Kayari selalu mengejutkan untuk Selatan. Membuat dia ingin menebak-nebak dan mengetahui lebih banyak tentang wanita itu. Selatan melihat Kayari, akhirnya ia hanya senyum miris saja sambil menggelengkan kepalanya, "Kamu mau apa, Nona Manayaka?" tanya Selatan retorik. Terdengar suara rapsy yang seksi tetapi manis. Lembut sekali Selatan kalau berbicara. Bukan tipe dominan yang menakutkan, tetapi yang membuat patuh dengan cara menggoda. Kayari otomatis melirik Selatan yang langsung berdiri sembari menyilangkan tangannya di d**a.
"Kerja, kan? Saya sudah siap. Dikirim via email atau dalam bentuk hardcopy, Tuan Cendana?" tanya Kayari teringat Selatan di telepon yang mengatakan kalau kerjaannya banyak.
Kali ini bukan tersenyum lagi, tapi Selatan tertawa. "Ini bahkan sudah lewat jam kerja, Nona Manayaka," katanya sambil mendekat ke arah Kayari. Lalu menutup layar laptop Kayari. "lupa?" katanya lagi sembari menaikkan sebelah alisnya.
Pikiran Kayari benar-benar sedang melanglang buana. Tidak konsentrasi sama sekali. Lupa sekali dan bahka tidak sadar, tidak berpikir dia menghubungi ponsel Selatan jam berapa, tiba-tiba saja meminta kerjaan, padahal sudah malam.
"Kerja kamu, nggak di sana, Nona Manayaka," kata Selatan sambil bangkit dan berjalan terlebih dahulu ke kamarnya sendiri. Jelas sengaja untuk memberikan intruksi ke Kayari. Dan berakhir Kayari mengikuti di belakangnya.
Keduanya masuk ke kamar Selatan, menaiki tangga melingkar yang ada di ruang tengah. Kamar utama—Kamar Selatan berada di lantai dua. Kamar paling besar, terang, ada beberapa bunga, tetapi interiornya eropa, eksotis. Dan sewaktu Selatan duduk di tepi ranjangnya, Kayari tidak perlu disuruh, sdah ada di pangkuannya,. Sekarang seakan sudah hafal dan terbiasa. Mereka berciuman panas, sebelum akhirnya Selatan melepas ciumannya lalu memberikan senyuman di akhir.
"Saya sudah, sebelum kamu datang" kata Selatan. Maksudnya, sebelum Kayari datang, Selatan sudah mendapatkan pelepasannya. Karena tidak sembarangan orang bisa masuk, Selatan sangat pemilih apalagi di tempatnya, maka jelas dia melakukan dengan tangan dan video. Iya, video bercinta bersama Kayari. Sekarang ketertarikan seksualnya penuh pada Kayari. "Kamu saja dulu, nggak usah buru-buru, ini weekend kita bisa sampai pagi bahkan." Selatan selalu begitu, memikirkan Kayari juga. Buka karena cinta, tetapi dia percaya harus sama-sama enak dan saling menikmati. Dan memang ada kepuasan sendiri untuk Selatan setiap melihat Kayari merasa nikmat karena dirinya. Apalagi ini akhir minggu, libur, di penthouse Selatan. Benar-benar bisa bebas, tidak perlu tergesa-gesa seperti di kantor. Benar apa yang Selatan katakan, bisa seharian.
Menganggukkan kepala, Kayari lalu beranjak dan masuk ke kamar mandi yang letaknya di dalam kamar juga. Selatan punya banyak kamar mandi, tetapi yag di kamarnya adalah kamar mandi utama. Palig ekslusif. Besarnya juga luar biasa. Oversize bath tub yang bisa menghadap ke pemandangan kota, tv layar besar, musik, speaker, ada ruangan bilas sendiri juga. Toilet dengan banyak tombol otomatis. Benar-benar tipikal smart and fancy toiler. Kayari pasti akan nyaman, ditambah semua peralatan tersedia. Termasuk sabun, lilin, shampoo, parfume, semua yang aromanya beragam. Kalau biasa melihat tempat spa mewah, seperti itulah kamar mandi Selatan.
Sebenarnya Selatan sendiri heran, ini pertama kalinya Kayari meminta kerjaan di akhir pekan seperti ini. Kalau Selatan yang minta, tentu pernah. Dia bos yang kadang butuh. Kalau Kayari yang meminta, baru kali ini. Dan melihat Kayari yang membuka laptop tadi, benar praduganya, tebakan kalau Kayari tidak sadar jam berapa sekarang, karena masih bertanya pekerjaan kantor. Sekacau itu.
Beberapa menit setelah Kayari masuk, teleponnya Kayari yang dia taruh di nakas samping kasur, sebelum masuk kamar mandi, berbunyi. Ada panggilan masuk.
Kaa ; nama yang tertera di layar.
"Kaa? Pacar?" gumam Selatan sambil mengerutkan dahinya. Dia mengambil ponsel Kayari. Merasa dia bos dan punya hak untuk angkat telepon sekretarisnya selagi di waktu kerja. Pertama, padahal dia baru saja mengatakan kalau sekarang bukan lagi jam kerja. Jika alasannya sekarang menjadi jam kerja karena Kayari yang meminta, sekalipun jelas berbeda kerjanya, tetapi saja tidak boleh. tidak ada hak. Itu adalah privasi Kayari.
Belum juga Selatan berbicara, setelah diangkat, yang disana udah ngomong sembari memohon-mohon meminta Kayari buat maafin dia dan pulang, minta maaf sebegitunya karena—
dia menjadikan Kayari sebagai fantasi seksualnya. Belum selesai keterkejutan Selatan, ia semaki tercekat ketika tahu, yang menelpon ternyata—,
adik Kayari sendiri.
Wow, kejutan dari Kayari Manayaka yang tiba-tiba meminta kerjaan dengannya dia di akhir pekan, ternyata ini adalah alasannya.
Ia tersenyum sinis. Smirk. Menggelengkan kepala karena kenyataanya cukup gila. Memejamkan mata sesaat mendengarkan suara gemericik air kamar mandi di mana Kayari sedang berada di sana. Membayangkan tubuh telanjang Kayari yang sedang mandi—sangat indah. Mengerti mengapa adiknya sendiri bahkan tergila-gila dengan Kayari sendiri. Kalau Selatan adiknya, mungkin akan melakukan hal yang sama.
"Halo? Saya bosnya, Nona Manayaka sedang bekerja. Jadi mohon untuk tidak mengganggu saat dia sedang bekerja.” Begitu kata Selatan sebelum berakhir dia tutup telepon dari Arka dan beranjak dari kasur. Mengambil satu kemeja dia, ditaruh di meja deket lemari dan balik lagi ke kasur, bersandar sambil memainkan ponsel.
Kayari keluar dari kamar mandi, masih memakai bathrobe dan— "Pakai kemeja yang saya taruh disitu, terus sini," kata Selatan sambil nepuk-nepuk pahanya.
Biasanya kalau sudah lembur seperti ini, Selatan tidak pernah meminta pakai kemeja. Kayari sendiri juga tidak sadar sama sekali, kalau dia ke tempat Selatan benar-benar tidak memakai, atau bahkan membawa lingerie seperti biasanya. Dia benar-benar tidak mikir apa pun, begitu Selatan menyuruh ke tempatnya. Hanya itu yang dia pikirkan—keluar dari rumah.
"M-maaf T-Tuan Cendana, saya—"
"Come here, baby girl," kata Selatan lagi sambil senyum miring, dan nepuk-nepuk lagi pahanya setelah Kayari selesai berganti memakai kemejanya. Nyatanya tetap kebesaran di tubuh mungil Kayari, sebab lebih pendek dari Selatan.
Tidak butuh waktu lama, Kayari sekarang balik duduk di pangkuannya Selatan. Diciumi lehernya yang jenjang. Baru selesai mandi dan semakin harum. Aromanya membikin Selatan berujung mencium lagi bibir Kayari dengan tangan yang tentu tidak diam saja.
Kayarinya dia tidurkan di sampingnya, sebelum dia lmeepas ciumannya. Beralih menarik Kayari ke pelukannya sebentar, dan cium keningnya sebelum Selatan beranjak pergi dari sana.
"Good night, baby girl," kata Selatan lembut sekali. Memperlakukan Kayari layaknya kekasih.
Seriously Selatan Cendana? Kayari kaget sendiri dengan kenyataan Selatan bahkan tidak mengajaknya bercinta. Biasanya itu yang pria itu inginkan, terlebih keduanya sudah terangsang seperti itu. Kayari merasa dipermainkan, tetapi juga bingung sendiri. Ada apa sebenarnya?
[]