Selatan VS Sagara

1743 Kata
    Terhitung sudah tiga hari Kayari tidak pulang dari tempat Selatan. Menginap di penthouse mewah milik sang bos. Yang dia lakukan, pergi kerja ke kantor, lalu kembali lagi, ke tempat Selatan lagi. Semua berawal dari ajakan Selatan yang membuat Kayari bertanya-tanya ; Kenapa sih, bosnya?     Pagi itu adalah awalnya. Kayari bahkan sepertinya masih ingat setiap detail yang ada. Selatan sedang duduk di ruang tengah, makanannya di bawa ke sana, alih-alih berada di meja makan megah dan hanya sendiri. Tidak berniat juga di meja makan yang berada di dapur kering. Ruang tengah paling aman. Selatan menyapa Kayari yang baru keluar dari kamar dan turun memang berniat menemui pak bis."Morning, baby girl," kata Selatan sambil meletakkan ponselnya di meja makan sewaktu melihat Kayari. "Sini," katanya lagi sambil menepuk pahanya. Mau Kayari di pangkuannya seperti biasa.     Jelas Kayari menurut,  perintah dari pak bos. Hubungan dalam kontrak. Dan sepertinya dia suka dengan cara Selatan mendominasinya, sekalipun tidak diserahkan penuh.     "Mau di tempat aku dulu? Atau aku sewain apart sebelah?" tanya Selatan denga Kayari yang sudah di pangkuannya. Kali ini tidak berhadapan dengan sensual sampai ada kecupan. Masih pagi. Mungkin bisa dibilang sarapan pagi, jadi masih ringan tetapi menyenangkan. Kayari menghadap ke depan sementara Selatan mengusap-usap bahu Kayari.     Kayari sendiri sadar, cara bicara dan pemilihan kata Selatan, tidak formal lagi seperti biasanya. Mungkin karena di rumah. Atau di luar pekerjaan. tapi sebelumnya juga tetap formal. Atau ada hal lainnya lagi, seperti Selatan ingin membuat Kayari semakin nyaman. Atau mungkin Selatan sendiri yang sudah nyaman. Terlalu banyak hal dalam pikiran Selatan yang sebenarnya mau dia tahu. Tetapi menjadi urung, sebab Selatan tahu  waktunya tidak tepat untuk bertanya. Pun juga bukan lingkupnya. Dia tahu Kayari sedang tidak baik-baik saja dan butuh ketenangan. Tidak mau menambah beban Kayari yang dia tahu ingin mendistraksi sesuatu. Adiknya sendiri yang jelas ditemukan membayangkan hal kotor dengan kakaknya. Jika Selatan jadi Kayari, pasti akan sekacau itu juga. Akan menghindar juga. Maka Selatan menawarkan apa pun yang Kayari butuhkan. Tidak masalah kalau harus merogoh kocek sekalipun.     "Aku?" ulang Kayari menekankan bagaimana Selatan menyebut drinya dengan ‘aku’, bukan ‘saya’. Rasanya cukup asing.     Selatan tertawa sebentar. Kayari memerhatikan dengan detail setiap hal. Itulah mengapa dia yakin menjadikan Kayari sekretaris sekaligus teman tidurnya. “Nggak lagi di kantor. Nggak lagi kerja. Panggil Selatan, Selatan Cendana, atau ‘sayang’ juga nggak masalah," kata Selatan sambil menaikkan sebelah alisnya, lalu menyelipkan helai rambut Kayari ke belakang telinga. Masih di pangkuan.     "Seriously, why?" tanya Kayari penasaran kenapa tiba-tiba berubah. Seperti ada sesuatu yang lain.     Selatannya memilih tidak menjawab dan mengalihkan ke hal lain.     "Jadi bagimana? Mau yang mana? Sama aku atau—"     Belum berhasil menyelesaikan kalimatnya, Kayari sudah mengangguk duluan. “Sama kamu saja,” jawabnya yang berarti setuju untuk sementara tinggal di sana beberapa hari kedepannya. Setiap ada penawaran yang menyenangkan, Kayari pasti akan langsung menerima. Kesempatan. Dia perlu menghindar dari Arka. Perlu menenangkan diri. Dan penthouse Selatan adalah surga dunia. Besar sekali. Menyenangkan dengan kehidupan mewah seperti ini.       Namun hal itu juga yang membuat Kayari jadi bahan omongan orang-orang kantor  belakangan ini. Berangkat bersama maka datang ke kantor bersama. Lalu pulang juga selalu bersama, masuk ke dalam mobil yang sama. Jalan bersejajar, saling tunggu.     Selatan benar-benar seolah tidak terganggu dan merasa itu adalah masalah. Malah memperlihatkan dengan tenang. Dan setiap Kayari bertanya,  "maaf Tuan Cendana, perihal pembicaraan orang-orang belakangan ini tentang skandal saya dan Tuan Cendana itu bagai—"     "Memang ada kan?" potong Selatan sambil menaikkan sebelah alisnya. Seksi sekali. Memang ada sesuatu di antara mereka.     Mendapatkan jawaban seperti itu, jadi Kayari merasa percua juga untuk diam saja. Memilih untuk tidak peduli, selama Selatan tidak masalah dengan rumor yang beredar, untuk apa dipikirkan? Sebab seharusnya yang merasa paling terganggu adalah Selatan sendiri. Reputasinya bisa hancur, dia adalah seorang CEO. Tapi tidak ada masalah, jadi Kayari juga memgikuti alur saja. Malah mempermudah Kayari buat kerja, bukan?     Awal menginap, Kayari memang tidurnya terpisah dengan Selatan, namun keesokannya sudah berbeda lagi.     "Ri, tidur sama aku. Lanjutin yang di kantor tadi," kata Selatan lembut. Seperti kekasih yang tidak mau jauh-jauh pergi.     Semakin ke sini, semakin banyak yang mau dia tau perihal apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Kayari sendiri bingung. Selatan lembut dan manis sekali. Kenapa Selatan bisa sampai seperti ini?     Sehabis meneruskan yang dilakukan di kantor, b******u atau lebih, sampai melakukan sks, biasanya tidak langsung tidur. Selalu berujung Kayari yang sudah dipeluk sama Selatan sambil diusap lembut, atau kadang sambil dicium-cium. Aftercarenya Selatan benar-benar luar biasa. Kadang rasanya Kayari seperti benar-benar disayang, bukan hanya teman tidur biasa.     "Selatan, aku nanya, boleh?" tukas Kayari lembut. Agak manja.     "Hmm?" respinnya sambil mencium pucuk kepalanya Kayari. Lebih tepatnya menghirup harumnya Kayari. Manis. Dia suka.     "Kenapa kamu bisa sampai kayak gini sama aku?” tanya Kayari pada akhirnya. Untuk seukuran Selatan, muda, tampan, kaya raya, dia bisa mendapatkan siapa saja. Jika memang ingin Kayari menjadi simpanannya, tidak juga dengan memberikan segalanya. Banyak hal. Sampai black card sekalipun. Maksud Kayari, Selatan bisa mendapatkan yang lebih darinya jika mau. Atau nanti saja kalau sudah tua dan mencari dara muda.     Selatan tesenyum miring, sekarang posisinya sudah pindah. Kayari tidak lagi di pangkuan, dibaringkan di sofa. Selatan berada di atasnya dengan kedua tangan menahan badannya sendiri, sekaligus mengungkung Kayari yang sekarang sudah terkejut, sebab bukannya menjawab, Selatan malah langsung mengubah posisi mereka seperti ini.     "Karena ini—," kata Selatan sembari menghirup rambutnya Kayari. "Lalu ini—," terus lanjut menncium bibirnya Kayari sampai ke leher. Mengehirup bagian tubuh Kayari yang lain. Menatap Kayari, "dan ini—," katanya sambil jarinya mengusap bagian bawahnya Kayari. Bagian paling intim yang sudah basah. "Rasanya sama kayak mantan aku,” kata Selatan di akhir.     Kayari diam seketika. Kalau boleh jujur, Kayari benar-benar kaget. Intinya yang Selatan bilang,  harum aroma Kayari itu mirip sama mantan pacarnya. Tentunya harumnya Kayari itu dia sadar dan hirup terlebih dulu sebelum merasakan berada di dalam Kayari. Sekarang jadi masuk akal, bagaimana Selatan langsung tertarik padanya.     Kayari tidak habis pikir, Selatan menghabiskan dan mengeluarkan banyak hal untuk Kayari, semua ini, buat bisa merasa seolah melakukan apa pun bersama mantannya. Kayari tidak masalah dan tidak dirugikan, cuma—seriously, Selatan Cendana? Black card? Sampai memberikan itu?     "Kenapa nggak sama mantan kamu langsung? Kenapa sama aku?" tanya Kayari lagi seolah mengorek. Dia penasaran.     Selatan tertawa remeh dan miris. Bukan untuk Kayari. Untuk dirinya sendiri. "Main sama mayat? Menurut kamu aja, Ri. Aku bukan necrophilia."     Dan sekarang Kayari mengerti kenapa Selatan sebegininya, melakukan apa pun untuk mempertahankan dan mendapatkan Kayari. Mantan kekasih Selatan, sudah tidak ada di dunia ini. Pasti rasanya sakit, bingung dan kehilangan sekali, sebab yang dirindukan sudah tidak ada di dunia. Kayari jadi berpikir dan menebak sedalam apa ciinta Selatan dulu pada mantan pacanya. Rela melakukan hal apapun.     "Mandi duluan, Ri. Aku nungguin temen,” kata Selatan tiba-tiba.     Kayarinya mengangguk saja sebelum akhirnya Selatan mencium lagi bibirnya dan keluar dari kamarnya. Memberika waktu untuk Kayari mandi. Pasti sudah kelelahan dan butuh istirahat juga. Berendam dengan aroma terapi adalah hal yang menyenangkan. Menenangkan. Di kamar mandi Selatan, semua lengkap.       ***       Teman yang Selatan Cendana maksud itu Sagara Caraka. Sejak awal Sagara sudah menyebutkan tentang temannya si CEO muda.     Iya. Sagara Caraka. Si super model yang popularitasnya melebihi senior-seniornya.     Selatan mematikan tv dan meletakkan gelas minumannya sewaktu Sagara sudah masuk duluan. Sagara sendiri memiliki password apartemen Selatan, jadi bisa masuk dengan mudah dan kapan saja.  Sagara membawa beberapa botol alkohol yang Selatan suka. Mahal. Sudah diendapkan cukup lama. Cuma buat Selatan, Sagara tidak minum kalo di apartemen Selatan, sudah jadi rules khusus buat dia kalo mau ngapa-ngapain di apartemen Selatan. Bawa minuman mahal, tetapi dianya tidak minum. Sagara tidak memiliki toleransi alcohol yang tinggi seperti Selatan. Dan jugaada rasa tertentu untuk alhol yang dia suka. Rasa pahit menbuatnya tak suka.     "Biasa ya Selatan. Empat. Lo dua, gue dua. Gue mau main. Dipuasin," kata Sagara sambil duduk bersandar dengan kakinya dilebarin. Maksudnya kalau sudah begini, mereka ingin bersenang-senang secara seksual. Tenang, sudah diperiksa kesehatannya. Pakai pengaman. Bukan orang sembarangan, dan yang penting consent. Sama-sama mau dan sama-sama suka. Lalu Sagara sedang ingin sekali dipuaskan. Sedang butuh, sebab Kayari sulit sekali dihubungi. Merasa hanya Kayari yang bisa memuaskannya, maka sekarang Sagara meminta dua sekaligus.     "Lo aja, gue ada," kata Selatan sambil menuangkan minuman. "Mau sekarang?" matanya lagi dan setelahnya dia minum sekali teguk. Benar-benar langsung habis seolah itu hanya air putih biasa. Luar biasa Selatan          Mendengar jawaban Selatan, Sagara menaikkan sebelah alisnya. Penasaran dengan wanita yang dikatakan Selatan. "Siapa? Baru? Model agensi mana? Artis? Apa EO yang itu?" tanya Sagara antusias. Biasanya Selatan paling bisa menemukan yang aman dan menarik.     Selatan ketawa remeh, lalu menggelengkan kepalanya. "Sekretaris,” jawabnya singkat.     Sagara kaget sendiri, pasalnya Selatan jarang sekali seperti ini. Bukan tipe Selatan Bermain bersama sekretaris, jelas berbahaya. Membuat posisi dan reputasi Selatan tidak aman dari sisi manapun, sebab jangka panjang dan lingkupnya berada di sekitar mereka. Sagara jadi penasaran sendiri. "Serius, Selatan? Aman?" tanyanya. Cemas pada temannya.     Selatannya mengangguk, "Black card gue satu sama dia," jawab Selatan terlalu tenang.     Terkejut seketika. Sagara benar-benar tidak percaya dengan apa yang Selatan bilang barusan. Black card?!     "Selatan, jangan bego-bego banget kenapa?! Mantan lo udah mati! Gue matiin aja apa yang ini, biar lo gak t***l gini!" pekik Sagara.     "Selatan, Aku pinjem ka—" Kayari tidak melanjutkan omongannya sewaktu membuka  pintu kamar Selatan sehabis mandi. Jelas, siapa yang tidak kaget melihat Sagara di sana. Sagara Caraka, si super model yang main sama dia.     Selatannya mengarahkan mukanya ke Kayari, menunjukkan Kayari ke Sagar. “Dia,” kata Selatan. Wanita yang membuatnya tidak mau bermain lagi bersama orang lain.     Awalnya Sagara diam sebentar , lalu terkekeh licik sewaktu melihat Kayari yang sudah bergegas menutup pintu lagi dengan panik.     "Gue gak jadi dua, Selat," kata Sagara tersenyum asimetris. Smirk.     "Satu saja?" tanya Selatan lagi. Dia sudah menyiapkan.     Sagaranya menggelengkan kepalanya. Dia tidak lagi peduli satu atau dua. Semua fokusnya pada Kayari yang akhir-akhir ini menghilang. "Share sama gue yang tadi,” kata Selatan membahas Kayari.     "Dia gak gue share,” kata selatan mengintimidasi. Posesif mendadak. Padahal biasanya tidak pernah bermasalah berbagi.     Sagar tertawa. "Lo tanya aja sama dia, sebelum sama lo, dia udah gue cobain,” balas Sagara dengan sengaja. Selatan diam. Jelas kaget. Tapi tetap tenang seperti biasa. Menjawab berusaha santai tapi penuh intimidasi. "Tau tempatlah, di sini punya gue,” katanya. Berusaha tidak peduli apa pun. Tidak peduli kalau memang Sagara memiliki hubungan dengan Kayari. Tapi di sini, di wilayahnya, dia tidak mau berbagi Kayari dengan siapa pun.     []  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN