Pertanyaan Arka membuat Yugi Jhendral merasa mendadak t***l, sebab system kerja otaknya mati beberapa saat. Mungkin di dalam sana sedang kebakaran. Ia menatap Arka lemat-lemat yang bahkan tidak melihat dia balik. Masih saja serius entah membaca apa. arka tidak suka belajar, sama sepertinya. Tidak pernah setekun ini mengerjakan dan memang sudah tidak ada tugas lagi yang mendistraksi penuh sampai tidak mau diganggu begini. Fokus saja. Kelihatan sengaja menghindari kontak mata—mungkin. Yugi masih ingin berusaha untuk berpikir positif, alasan Arka terlihat santai—tidak, tidak santai sama sekali—pokoknya, hanya karena menurut pria itu ini pertanyaan sepele dan ia hanya salah menangkap.
Tapi mana ada hal positif ketika kata ‘bayangin’ dan ‘penyimpangan’ ada di dalam satu kalimat???
"Bayangin apa? Apanya penyimpangan?" taya Yugi balik. Hati-hati sekali dn membutuhkan kejelasan lebih.
Masih melihat ke kertas dan laptop—tugas. Arka membuat percakapan itu terlihat tidak begitu penting untuknya. Sangat hal biasa, padahal jelas tidak sama sekali. "Ya bayangin kayak gitu. Bayangin—tidur bareng. Main bareng. Atau dia yang mainin gueGua yang mainin juga gak masalah. . It’s oke kalau sama dia, gue mau apa aja. Switch juga. "
Yugi merinding sendiri mendengarnya. Semoga tidak seperti yang dia pikirkan. "Main? Tidur? Korelasinya apa?" Pertanyaan yang cukup provokatif.
Arka akhirnya menoleh ke Yugi karena kesal sendiri juga, bertanya terus tetapi tidak mengerti. Dia sadar kalau kurang jelas, tetapi memang sengaja melakukan itu, biar Yugi menarik kesimpulan sendiri. Menurutnya kalau Yugi mengerti, berarti tidak seaneh itu apa pun jawabannya. Tapi yang Arka dapatkan malah ingin meledak. Yugi juga sama—memancingnya. "Apalagi sih? Ngeseks lah! Perlu dijelasin juga apa yang gua mainin di dia?" sahut Arka pada akhirnya. Frontal. Mengeluarkan keraguan dan pikiran nakalnya tentang sang kakak—Kayari. Iya, dia sebegitu menginginkan Kayari, bukan sebagai seorang kakak-adik, tetapi wanita dan pria.
Alasan dia selalu menunggu Kayari pulang dan selalu ingin bersama. Alasan dia memperlakukan Kayari berbeda. Pun dia sendiri sama sekali tidak pernah menganggap Kayari sebagai seorang kakak sejak awal. Jauh sejak dulu. Bukan kakak yang ada di dalam keluarga. Lebih dari itu. Maka setiap Kayari memperlakukannya dengan sangat manis dan lembut sebagai seorang adik, Arka sendiri kadang bingung, harus senang atau kesal. Dia senang dimanja Kayari. Bisa menjadi orang yang paling dekat dengan Kayar. Berada di sekitar Kayari. Tetapi juga tidak mau dianggap seperti bocah kemarin sore begitu saja.
"b*****t, ARKA! LO GILA!" pekik Yugi Jhendral secara reflex. Matanya melotot. Malam itu Yugi berisik sendiri. Ya gimana sih, siapa yang gak kaget dengernya? Kakak sendiri! Berulang kali berusaha berpikir positif, tetapi sepertinya sulit sekali. Lalu dia juga tidak seharusnya sekaget ini karena sejak Arka bertanya seperti itu, dia sudah menaruh kecurigaan. Namun tetap saja, tidak akan pernah terbiasa atau merasa ini adalah hal wajar. Yugi tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Arka tahu ada yang salah sama dia. Awalnya dia bersama Kayari selalu berdua kayak kakak adik umumnya. Mandi bareng waktu kecil. Satu sekolah walaupun tidak lam, karena perbedaan umur mereka sekitar tiga sampai empat tahun. Tapi semua layaknya kakak adik. Atau setidaknya itu yang mau ditunjukkan Kayari dan kedua orang tuanya. Kehidupan keluarga. Kakak adik. Tidur bersama, bercanda , dan lain-lain. Orang tua mereka sibuk, dan Arka senang ada Kayari yang selalu ada. Nyaman. Tapi lama-kelamaan nyamannya dia jadi aneh. Posesif pada Kayari, apalagi waktu mulai puber. Kesal saja melihat kakaknya dekat dengan orang lain, wanita atau pria. Jadi waktunya berkurang dengannya. Ada orang lain yang dekat dengan Kayari dan juga diperhatikan selain dirinya. Lalu semakin kesal ketika Kayari berpacaran dengan kakak kelas waktu itu. Belum lagi saat kenal dengan cowok lain. Teman-teman pria yang berada di sekitar Kayari.
Bahkan rasanya Arka tidak peduli sama dirinya sendiri lagi. Tidak ada niat nongkrong sana-sini. Kencan buta di karaoke kayak anak zaman sekarang. Dikenal-kenalin atau dicomblangin sama teman-temannya. Walaupun memang Arka bisa dibilang cowok popular sejak sekolah sampai sekarang. Banyak sekali kelebihannya, dari bidang olahraga, musik, seni, sampai pelajaran, walaupun dia tidak begitu suka belajar. Arka bisa dibilang pria sempurna. Tapi yang dia tahu, Cuma mau terus bersama Kayari. Mau terus mengawasi Kayari.
Semuanya berjalan lancar. Arka bisa menahan diri dan masih terus menganggap bahwa itu adalah hal biasa. Bisa diatasi. Sampai pada akhirnya, mimpi basah pertamanya, di dalamnya malah ada Kayari. Bangun-bangun kaget dan canggung sendiri. Hampir gila dan ngeri sendiri. Ya bagaimana sih? Dia mimpi tidur sama kakaknya sendiri. Yang sialnya berasa enak banget.
Arka selalu menahan. Berusaha biasa aja, apalagi mereka sudah mulai dewasa. Kayari semakin sibuk. Seenggaknya bagaimanapun mereka keluarga. Selalu ketemu juga. Kayari punya pacar. Tapi susah. Sering berakhir Arka kacau sendiri. Turn on kalau Kayari lagi boboan di depan tv sambil pakai kamisol dan celana super pendek. Padahal Cuma tengkurap sambil mainin remot dan makan keripik. Tapi pikiran Arka ke mana-mana. Rasanya mau banget menindih kakaknya atau main dari belakang. Doggy style. Tentu Arka tahu diri dan tidak akan melakukannya. Tidak tega dan tidak mau melakukan pelecehan. Ia masih tahu batasan, tahu consent. Pun lantas tidak mengatakan pada Kayari terang-teragan. Tidak mau membuat Kayari malah menjauh.
Dan saat-saat kacau seperti itu. Arka sering berakhir kayak cowok normal saja, memainkan diri sendiri di kamar mandi atau kamar tidur, sambil menonton video depan laptop. Tapi satu-satunya yang dia bayangkan itu Kayari, sambil m********i. Napasnya terengah sambil mendesah nama kakaknya sendiri. Jarinya bermain naik turun di bagian privasinya. Mengurut urat-urat di miliknya yang menegang dan besar. Pikirannya sudah ke mana-mana.
Kalau kayak seperti ini terus, Arka juga tidak kuat. Rasanya pengen sekali saja—minta tolong Kayari untuk menyalurkan hasrat dia. Memuaskan dia sekali aja. Tidak apa-apa, tidak sampai masuk ke yang intim. Dimasukkan ke mulut Kayari sampai keluar saja sudah cukup.
Atau Kayari cukup duduk di depanya dengan pakaian seksi, sebab telanjang mungkin berlebihan, bisa keluar begitu cepat sampai muncrat. Dia ingin mata Kayari menatapnya yang sedang m********i. Mengurut bagian intimnya. Ingin membayangkan dengan nyata, tidak hanya foto, bagaimana mata Kayari menatap kejantannya dan tahu dia sedang disetubuhi di dalam pikiran. Tahu bahwa Arka punya segudang cinta dan pikiran kotor untu kakaknya di dalam kepala. Benar-benar hanya untuk Kayari.
Tapi ya itu, norma. Mereka kakak—adik.
[]