- BAB 9 -

1169 Kata
William saat ini hanya bisa duduk sambil merenung, ia berada di mansionnya, dan sejak tadi tak bisa memejamkan mata. Pikiran pria itu melayang, ia jelas saja memikirkan tentang apa yang akan terjadi esok hari. Hah … Sesungguhnya ia benci dengan sebuah pernikahan, dan ia tidak pernah merencanakan hal merepotkan itu akan terjadi dalam hidupnya. Pria itu kemudian mencoba untuk terpejam, tetapi sial karena ia sama sekali tak bisa terlelap. Ia benar-benar nyaris gila sekarang ini, ia tak ingin melakukan pernikahan, tetapi sekali lagi … ia terikat dengan tanggung jawab mengembalikan kehormatan Barbara. Merasa dirinya semakin kacau William kemudian beranjak dari ranjang, ia menuju ke arah rak buku di sudut ruangan, kemudian menyentuh salah satu bagian pada rak buku itu. Pintu rahasia terbuka, memperlihatkan ruangan tersembunyi. Di sana adalah tempat kerja William, menjadi tempatnya menghabiskan waktu jika merasa bosan dan tak bersemangat. Pria itu kemudian menghidupkan laptop yang ada di atas meja, ia melihat banyak sekali e-mail masuk padanya. Semuanya berisi laporan pekerjaan yang dirinya abaikan hari ini, dan beruntung saja saat diperiksa tak ada yang salah dengan semuanya. William kemudian melihat banyak sekali rencana kerja yang sudah dirancang oleh Zakky, ia mengamatinya dengan baik, dan memikirkan rancangan sempurna untuk semuanya. Ide-ide cemerlang mengalir bebas, membuat William tak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Iris sebiru lautan itu terlihat semakin menawan kala diterpa cahaya, bibir ranum yang terlihat basah dan sedikit merah alami, hidung mancung, dan garis wajah tegas memesona. Ia benar-benar merasa bahagia saat ini, dengan cepat William mengetik semua hal yang kurang pada rencana kerja tersebut, ia bahkan menambahkan poin-poin penting. Mulai dari keuntungan, kerugian yang mungkin saja dialami, sampai pada semua dana yang perlu mereka sediakan. Pria itu kemudian memikirkan tempat yang tepat untuk melaksanakan rencana kerja itu, ia mulai menyurvei lokasi, dan banyaknya orang yang sering mengunjungi tempat tersebut setiap harinya. William semakin bersemangat kala menemukan beberapa tempat yang sangat pas untuk melaksanakan semua rencananya, ia mulai mencari lahan yang bisa digunakan, dan kembali mencari koneksi agar lahan itu bisa menjadi miliknya. “Ini sangat sempurna,” ujar William sambil berdiri. Karena terlalu girang pria itu sampai melompat-lompat, dan semuanya benar-benar bisa menghasilkan banyak uang dan memperluas usahanya. Tok … Tok … Tok … William yang sedang merasa bangga pada diri sendiri sedikit kaget dengan suara ketukan itu, ia kemudian keluar dari ruang kerjanya, lalu menutup pintu rahasia itu kembali. Tidak memerlukan waktu lama William akhirnya menuju ke arah pintu kamar, ia segera membukanya, dan menatap datar pada seorang pelayan. “Maaf mengganggu waktu istirahat Anda, Tuan.” Pelayan itu merasa sangat bersalah dengan tindakannya. William menghela napas. “Ada apa?” “Saya diminta oleh Tuan Besar untuk menyampaikan pesan kepada Anda.” William yang mendengar kabar dari pelayan itu hanya mengangguk, ia kemudian bersedekap. “Tuan Besar mengatakan jika cincin pernikahan Anda ada padanya. Ia ingin Anda dan calon istri Anda mengenakan cincin pilihannya.” William memutar bola matanya, merasa sangat bosan dengan pemberitahuan dari pelayan tersebut. “Tuan, apa yang akan Anda lakukan? Saya akan melaporkannya kepada Tuan Besar.” “Terserah, aku hanya menikah, dan aku tak peduli cincin seperti apa yang akan kugunakan.” Pelayan itu tahu William sedang kesal, ia menunduk, dan tak berani mengangkat kepalanya. William yang melihat hal itu langsung masuk, ia menutup pintu, dan merasa semakin tak suka. Kenapa … kenapa semua orang hari ini menghancurkan hidupnya. Pelayan itu sudah membuatnya lupa dengan ide cemerlang beberapa menit lalu, pelayan itu harus segera ia pecat karena membuatnya rugi. William yang merasa kacau segera berbaring pada peraduannya, ia kembali termenung, dan menatap langit-langit ruangan. Malam semakin larut, dan William perlahan menutup mata, lalu ia pun terlelap. … Pagi datang dengan cepat, dan Barbara kini sudah bangun dari tidurnya. Wanita itu sudah selesai dengan acara mandinya, di luar juga sedang gerimis. Langit terlihat begitu mendung, matahari bahkan hanya menyisakan cahaya redup. Dingin … itulah yang terasa kali ini. Barbara segera menuju ke arah wak in closed di dalam kamarnya, ia kemudian memilih pakaian yang harus dikenakan. Mereka akan segera dijemput oleh bawahan William, dan pernikahan juga akan terjadi hari ini. Mengingat tentang hal itu Barbara merasa sangat senang, sebentar lagi ia akan menikah dengan pria kaya, dan uangnya juga akan bertambah banyak. Wanita itu kemudian menjadi sangat bersemangat, ia dengan cepat memilih barang yang diinginkannya, dan mengenakannya. Tidak memerlukan waktu lama Barbara sudah selesai dengan persiapannya, ia kemudian keluar. “Kau lama sekali,” ujar seseorang. Barbara yang mendengar suara itu menghentikan langkahnya, ia kemudian mengalihkan tatapannya, dan melihat William yang sedang berdiri dengan wajah datar yang sialnya begitu tampan. Barbara menghela napas. “Kau datang begitu cepat. Bukankah masih ada satu jam untuk berangkat?” William terlihat tak peduli, ia punya acara lain setelah pernikahan mereka hari ini. “Kenapa kau hanya diam?” “Daripada kau bertanya, kenapa tidak bergegas?” Barbara kehilangan kata, ia kemudian diam dan menuju ke arah meja rias. “Jangan mengulur waktu.” Barbara yang baru saja ingin memoles wajahnya sedikit mengurungkan niat, ia terlihat tak terima dengan keadaan yang William sebabkan. Andai saja … ya … andai saja William bukan proyek besar, ia tak akan mau punya urusan dengan pria itu. Yang membuat pria itu menarik hanya uangnya saja. “Cepat!” “Ya!” Barbara dengan terpaksa mengenakan sepatu, ia kemudian meraih ponsel dan tas kecil yang sudah biasa dibawanya. “Kau begitu pucat,” komentar William. “Berhentilah bicara, bukankah kau ingin segera berangkat?” “Hooo … baiklah.” William segera meninggalkan Barbara, ia keluar lebih dulu. Barbara menatap tak percaya, ia nyaris tak mengerti dengan sikap William. Pria itu … begitu aneh! Tak ingin banyak membuang waktu, atau juga mendapatkan omelan dari William, Barbara segera melangkah. Ia kemudian menutup pintu kamarnya, dan menyusul William secepat mungkin. “Aku memajukan jadwal pernikahan kita.” Barbara menatap malas, ia juga tidak berkomentar apa pun. Wanita itu hanya mengikuti alur yang sudah William atur untuk hari ini, dan ia juga tak ingin banyak membantah ucapan pria itu. Perdebatan bukan gayanya, dan ia juga malas membuat masalah dengan William. William melirik Barbara, ia bisa melihat jelas sikap Barbara yang begitu tenang. Tetapi raut kesal jelas tergambar di wajah Barbara, hal itu berhasil membuat William berpikir jika wanita adalah ciptaan Tuhan yang sangat … teramat … sangat … merepotkan! Hah … Apa pedulinya tentang hal itu? Setelah pemberkatan selesai, ia juga akan segera menghadiri pertemuan dengan kolega bisnisnya yang baru. “Cepatlah, atau aku akan membantalkan pernikahan kita.” Barbara terbelalak, ia kaget dengan ucapan itu. Tak ingin rencananya gagal, wanita itu segera mempercepat langkahnya, ia bahkan berlari, lalu menarik tangan William. “Kau!” Barbara tak peduli, ia kemudian menuruni anak tangga dengan cepat, sementara William mau tak mau harus mengikuti langkah cepat Barbara. “Sayang … jangan berlari. Kau akan jatuh!” Suara istri Tuan Michael terdengar. Barbara dan William yang baru tiba di lantai dasar berhenti, mereka berdiri di hadapan Tuan Michael dan istrinya. “Ada apa denganmu?” tanya Tuan Michael. “Ayah, Ibu, kita haru cepat! William mengatakan dunia akan kiamat jika kita tak segera bergegas ke tempat pernikahan.” Barbara kembali menarik tangan William, tak peduli apa pria itu menerima atau pun menolak kehendaknya. William tak sanggup berkomentar, ia hanya harus mengikuti Barbara dan semuanya selesai. Untuk Tuan Michael, istrinya, dan para pelayan hanya bisa pasrah. Mereka semua kemudian menyusul Barbara dan juga William.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN