William terlihat serius dengan ucapannya, sedangkan Tuan Michael dan Barbara tak tahu harus mengatakan apa lagi.
Cara William mengambil keputusan begitu singkat, pria itu juga terlihat tak ingin memiliki banyak masalah ke depannya nanti.
“Apa Anda serius, Tuan William?” tanya Tuan Michael yang merasa pendengarannya mungkin saja bermasalah.
William yang mendengar pertanyaan dari koleganya itu menunjuk ke arah ranjang, dan Tuan Michael juga menatap ke arah sana.
“Aku sudah sering melakukannya dengan Barbara. Apa kau yakin tak ingin menerima keputusanku?” William menyeringai kala melihat wajah Barbara bersemu merah, ia turut memerhatikan Tuan Michael yang masih terlihat kaget.
“BARBARA!” bentak Tuan Michael pada akhirnya.
Barbara yang mendengar bentakan pria itu kaget, ia kemudian terlihat semakin ketakutan. Tetapi ... di dalam hatinya ... Barbara sedang tertawa. Barbara berusaha mengimbangi drama yang sedang mereka jalankan.
“I-iya ....” Barbara menjawab dengan suara bergetar, ia memperlihatkan jika dirinya benar-benar kaget.
“Jangan marah padanya, aku yang bersalah.” William yang tak ingin ada keributan di kamarnya mencoba menengahi. Ia kemudian duduk di samping Barbara, dan merangkul wanita itu.
Tuan Michael menahan diri, ia memerhatikan Barbara dengan saksama. “Aku kecewa, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Lakukan apa yang harus dilakukan, aku merestui kalian.”
William bernapas lega, ia kira Tuan Michael akan memperpanjang kasus ini.
“Dan kau ...” Tuan Michael menatap William. “... Jika kau menyakiti putri kesayanganku, maka aku tak akan segan lagi.”
William yang mendengar ucapan Tuan Michael hanya mengangguk, ia kemudian menatap Barbara yang masih tertunduk lesu.
“Aku tak akan menyakitinya,” balas William.
Tuan Michael yang mendengar hal itu kembali membuang muka. Ia menarik dan mengembuskan napasnya dengan perlahan-lahan.
“Segera lakukan lamaran resmi, untuk sekarang, aku akan menahan Barbara.” Tuan Michael berdiri, ia segera menarik tangan Barbara.
William yang mendengar hal itu mengangguk, sejurus kemudian ia menatap Barbara. “Pulanglah terlebih dahulu, aku akan datang ke rumahmu malam ini.”
Barbara tak menjawab, ia hanya menuruti semua ucapan William. Wanita itu terlihat tak ingin berdebat untuk sekarang ini, ia sebaiknya diam dan bertingkah seperti wanita malang.
“Ayo!” Tuan Michael kemudian membawa Barbara keluar dari kamar William, ia melangkah agak cepat.
William yang kini tinggal seorang diri kembali menatap ke arah ranjang, ia masih berusaha untuk mengingat apa saja yang terjadi padamu.
Tetapi ...
Pada akhirnya tak ada yang bisa dirinya ingat. “Sial ... alkohol benar-benar sesuatu yang buruk.”
William segera berdiri, ia perlu kembali ke mansion, dan bicara dengan seseorang sekarang ini. Tidak mungkin baginya menikah tanpa mengabarkan hal tersebut kepada satu-satunya anggota keluarga yang paling dekat dan sudah merawatnya sejak kecil.
Mengingat tentang orang tersebut jelas saja membuat William merasa kesal, pada akhirnya ... ia mengikuti apa yang orang itu inginkan sejak lama. Menikah ... membentuk sebuah keluarga ... dan mengikat diri sendiri.
Bukannya ia tidak menghargai orang itu, tetapi hidupnya telah ia dedikasikan kepada pekerjaan, bukan sebuah percintaan.
“Sepertinya ia akan melompat hingga menggapai langit sekarang,” gumam William.
...
Di tempat yang berbeda ...
Barbara kini sedang duduk dengan begitu tenang, di hadapannya ada Tuan Michael. Ia mengembuskan napas pelan, dan melirik pria itu.
“Ada apa?” tanya Tuan Michael yang tak tahan mendapatkan pandangan seperti saat ini.
Barbara yang mendengar pertanyaan itu sama sekali tak bicara.
“Apa kau kaget dengan tingkah William?”
Barbara langsung menatap Tuan Michael. “Ya, aku kira ia akan sangat sulit. Menurutku, sepertinya William tak ingin terjebak dengan banyak konspirasi dalam hidupnya.”
Tuan Michael yang juga masih bingung hanya bisa memikirkan sikap William. “Ia berbohong, dan ia melakukannya dengan baik. Sepertinya ... kita semua harus berhati-hati.”
Kedua orang itu kemudian saling diam, mereka terus dan terus berpikir tentang sikap William. Ruangan tempat mereka berada juga tiba-tiba saja mencekam, yang terdengar hanya helaan napas.
Beberapa saat kemudian, Barbara menghentikan ulahnya. “Hah, hari ini dia akan datang ke kediamanmu, Dad. Bagaimana ... apa kita akan melanjutkan drama picisan itu di sana?”
Tuan Michael yang mendengar penuturan Barbara mengepalkan tangannya. “Aku bukan ayahmu!”
Barbara yang merasa geli lantas tertawa, tak berapa lama ia berhenti. “Tapi di dalam plot kau adalah orang tuaku. Bagaimana ini? Kelihatannya kau juga harus terbiasa.”
Tuan Michael yang sedang tak ingin melanjutkan perdebatan segera berdiri. “Siapkan dirimu, kita akan kembali ke rumahku. Hah ... beruntung aku dan keluargaku sudah berunding masalah ini. Jika tidak ... mungkin semuanya akan begitu sulit.”
Barbara menyeringai, ia kemudian menyiapkan semua barang-barangnya. Mereka akan segera meninggalkan hotel itu, dan kembali ke kediaman Tuan Michael.
Barbara tahu jika Tuan Michael juga orang yang akan banyak memainkan peran bersamanya, dan ini semua juga mereka lakukan demi uang.
Ya ...
Uang adalah hal yang bisa membuat siapa saja bekerja keras, di dunia yang luar biasa kejam ini ... mempunyai uang banyak adalah sebuah keuntungan.
Orang-orang pada dunia modern akan menghargai mereka yang memiliki banyak uang, dan untuk mendapatkan uang semua orang terus bekerja. Baik itu pekerjaan kotor, dan juga pekerjaan yang bersih.
Setelah selesai bersiap, Barbara dan Tuan Michael segera meninggalkan ruangan itu. Mereka tetap berpura-pura menjadi ayah dan anak. Mereka akan terus menipu orang-orang di sekitar, karena sekarang ini ... yang terpenting adalah keberhasilan misi.
Barbara yang melihat para staf hotel mulai berpikir, ia kemudian berbisik kepada Tuan Michael, dan pria yang berperan sebagai ayahnya itu hanya mengangguk.
Barbara yang merasa masalahnya sudah selesai tersenyum bahagia, ia melangkah dengan tenang.
“Barbara!” panggil seseorang.
Barbara menghentikan langkahnya, ia menatap ke belakang, dan melihat William. Wanita itu tegang sendiri, ia merasa bingung kenapa pria itu langsung memanggilnya.
Kenapa ... kenapa terasa sangat aneh?
Tuan Michael yang mendengar panggilan itu juga berhenti melangkah, ia menatap ke arah William.
“A-ada apa?” tanya Barbara. Ia gugup ... takut jika kebohongan mereka semua terungkap.
William yang sedang melangkah seorang diri terus mendekat ke arah Barbara dan Tuan Michael.
“Tuan William, ada apa ini?” tanya Tuan Michael.
William segera berhenti melangkah. “Jangan menambahkan embel-embel ‘Tuan’, bukankah aku akan segera menikah dengan Barbara?”
Barbara menatap William.
“Pernikahan kita akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. Aku harap kau siap untuk semuanya,” ujar William.
Barbara yang tak menyangka jika William akan melakukan sesuatunya dengan cepat hanya bisa terbungkam, ia tak mengerti kenapa pria itu begitu cepat melakukan segala sesuatu.
Sedangkan Tuan Michael yang cukup kaget dengan cara William tak bisa mengucap satu patah kata pun. Ia cukup tahu jika William bukan orang yang ingin mengulur banyak waktu. Pria itu selalu menyelesaikan semua masalah di sekitarnya dengan cepat, dan sebuah pernikahan bukanlah sesuatu yang William inginkan.
Sejak awal Tuan Michael sudah tahu semua tentang kebiasaan William, ia cukup kagum saat pertama kali bekerja sama dengan pria itu.
“Ayah, kenapa diam?”
Barbara membelalak, ia menggigit lidahnya agak kuat karena menahan diri untuk tidak bertingkah konyol. William ... pria itu orang seperti apa?
Tuan Michael yang mendengar pertanyaan itu juga tak kalah kaget.
“Aku hanya membiasakan diri. Apa itu terdengar aneh?” tanya William.
Tuan Michael tertawa. “Astaga, aku hanya merasa agak kaget dengan sebutan itu.”
“Jika demikian, berarti kita harus membiasakan diri dengan panggilan yang baru.”
Barbara menahan napasnya saat William mengalihkan fokus padanya.
“Sayang ....” William mendekat ke arah Barbara, ia mengelus rambut wanita itu.
Sedangkan Barbara yang bingung bertambah gugup. Tidak ... rasa gugupnya kali ini bukan sebuah drama, apalagi rasa cinta. Ia merasa gugup dan mencurigai William.
“Aku akan mengirim beberapa desainer ke rumahmu siang ini. Malam ini aku juga akan berkunjung bersama kakekku,” ujar William.
Barbara mengangguk.
“Baiklah, semoga harimu menyenangkan.” William mencium pipi Barbara, ia kemudian menjauh dari wanita itu, dan tersenyum kepada Tuan Michael.
“Ayah, aku akan pergi lebih dulu. Sampai jumpa ....” William segera meninggalkan tempat itu, ia juga mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar.
Jika bukan karena kepura-puraannya sejak awal, ia tak akan melakukan hal konyol seperti barusan. Pria itu dengan cepat menuju ke arah parkiran, ia harus sampai di kantor, memeriksa pekerjaannya, dan menghadiri meeting dengan para staf di kantornya.
Bukan hanya itu, William bergegas karena harus bertemu dengan kakeknya, ia juga pasti akan berhadapan dengan keluarganya yang lain.
Oh ... sungguh sial baginya.
Lalu ... bagaimana dengan keadaan Barbara setelah William pergi?
Wanita itu kini terduduk di atas lantai, ia menyentuh pipinya. Barbara begitu kaget, ia tak bisa menahannya lagi sekarang ini.
“Dia memang mengerikan,” komentar Tuan Michael.
“Ya ... aku tak menyangka pria itu akan melangkah sejauh ini.”
“Berdirilah, kita akan segera pergi.” Tuan Michael segera menarik tangan Barbara.
Barbara juga segera berdiri, ia dan Tuan Michael kemudian beranjak pergi.