- BAB 6 -

1130 Kata
Rumah Tuan Michael kini terlihat sibuk, semua pelayan berlalu-lalang melakukan tugas. Sedangkan Tuan Michael hanya bisa duduk bersama istrinya, wanita itu sedang merajuk karena Barbara ada di dekatnya. Memang ... ada rasa cemburu yang terselip dihatinya. Walau hanya serpihan kecil rasa itu, tetapi tetap saja sudah melukai. Baginya Barbara bisa menjadi ancaman. Wanita itu sangat cantik, bahkan melebihi dirinya. Kharisma wanita itu berguna kuat, dan semua tentangnya sangatlah sempurna. Siapa pun pria yang berurusan langsung dengan Barbara, walau hanya berpapasan pasti langsung memerhatikan wanita itu. Bagaimana ... bagaimana dengan suaminya yang begitu dekat, dan memiliki ikatan kerja sama dengan wanita tersebut? “Istriku? Kenapa kau termenung?” tanya Tuan Michael. Sang istri yang mendapat teguran tersebut lantas menatap. “Apa kau serius? Membiarkan wanita itu tinggal di tempat ini? Bagaimana bisa?” Tuan Michael yang mendengar penuturan sang istri menghela napas. “Kita harus berpura-pura menjadi orang tuanya. Aku sudah menjelaskan semuanya kepadamu, dan kau pastinya sangat paham akan situasi ini.” Wanita itu membuang muka, ia menatap ke arah Barbara yang menuruni anak tangga. Kesal ... ia begitu kesal saat ini. Lihat ... Barbara mengenakan celana pendek berbahan jeans, dan ia juga mengenakan baju dengan warna putih polos. Yang lebih parah daripada apa pun, Barbara tersenyum kepada dirinya dan sang suami. Wanita itu menarik napas, ia kembali menatap suaminya. “Jika bukan karena uang, aku tak akan mau bekerja sama dengan wanita itu!” Tuan Michael tersenyum, ia memang agak memiliki perbedaan pendapat dengan istrinya tentang masalah ini. Ia juga beruntung bisa membuat istrinya melakukan hal seperti saat ini. Barbara yang sudah menginjakkan kakinya pada lantai dasar lantas menghampiri pasangan suami istri itu, ia segera duduk tidak terlalu jauh dari keduanya, lalu memfokuskan tatapannya ke arah pintu. Tidak lama lagi bisa saja desainer yang dikirim William datang, dan mereka jelas akan membicarakan masalah gaun pengantin. Hah ... bagi Barbara hal tersebut teramat sangat melelahkan, dan sejujurnya ia benci dengan kenyataan yang ada saat ini. Barbara merasa sangat tak nyaman dengan cara istri Tuan Michael menatapnya, entah bagaimana hubungannya dengan wanita itu di kemudian hari. Yang jelas ... lebih baik menghindari hal yang tidak penting untuk saat ini. “Hah ... ini akan sangat melelahkan,” gumam istri Tuan Michael. Barbara yang mendengar sedikit keluhan wanita itu tidak ambil pusing. Ia tetap tenang, dan berharap drama picisan keluarga bahagia akan cepat berakhir. Tap ... Tap ... Tap ... Suara langkah kaki terdengar jelas, dan ketiga orang tersebut menatap ke arah sumber suara. Seorang pelayan sedang melangkah agak terburu-buru ke arah mereka, pelayan itu kelihatannya mempunyai sebuah informasi. “Ada apa ini?” tanya Tuan Michael. Pelayan itu segera berhenti melangkah, ia membungkuk ... memberikan salam hormatnya kepada sang tuan rumah. “Maaf jika saya mengganggu, Tuan. Ada tiga orang pria di luar sana, mereka mengatakan ingin bertemu dengan Tuan, Nyonya, dan Nona Barbara.” “Desainer,” bisik Barbara. Ia kemudian menelan ludahnya cepat, menatap ke arah Tuan Michael dan juga istri pria itu. “Persilakan mereka masuk!” Istri Tuan Michael segera berdiri, ia kemudian menghampiri Barbara, dan duduk di samping wanita itu. Tangan istri Tuan Michael meraih album foto yang ada di atas meja, kemudian bersandar dan membukanya. “Sekarang waktunya memainkan peran, bukan?” Barbara yang mendengar hal itu menyeringai. “Mommy memang yang terbaik.” Tuan Michael yang melihat kejadian itu merasa lebih lega lagi, bersyukur saja istrinya bisa menempatkan diri pada situasi dan kondisi seperti apa pun. Wanita itu begitu terlatih dalam mengendalikan diri, dan Tuan Michael merasa sangat beruntung menikahinya. Di saat ketiga orang itu sedang duduk dengan kegiatan masing-masing, sang pelayan kembali datang, ia bersama dengan tiga orang pria, dan mereka semua berpakaian rapi. Istri Tuan Michael segera mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk, ia kemudian tersenyum. “Barbara, sepertinya orang kiriman William sudah tiba.” ... “Tuan ... Desainer yang Anda kirim baru saja tiba di rumah Nona Barbara,” lapor Zakky. William yang sedang membaca beberapa file menghentikan pekerjaannya, ia kemudian bersandar pada kursinya, dan memejam. Pikirannya kembali melayang pada kejadian semalam, tetapi ia masih tak bisa mengingat hal itu. Andai saja Zakky bersamanya, mungkin akan sangat baik, dan hal gila seperti itu tidak akan terulang lagi. William kemudian duduk dengan tegap, ia kembali menangani pekerjaannya. Pria itu terlihat begitu sibuk, ia juga mengamati layar di depan matanya begitu jeli. “Saya tak menyangka, akhirnya Anda menikah.” William yang mendengar penuturan Zakky melirik. “Jika bisa, aku ingin kau yang menggantikanku.” Zakky yang mendengar hal tersebut menjadi sangat tegang, apa ia baru saja salah bicara? ‘Ke-kenapa dia semakin menyeramkan?’ William yang sadar jika Zakky merasa ketakutan segera berdiri, ia kemudian beranjak ke arah jendela besar di ruangannya itu. “Zakky,” tegur William. Zakky yang mendengar namanya disebut segera mendekat. “Ada apa, Tuan?” “Kenapa semua orang selalu mengukur kebahagiaan dari pernikahan?” tanya William. Zakky yang mendapat pertanyaan demikian merasa bingung, ia memang baru saja menikah, tetapi ia juga tidak menemukan jawaban itu. “Apa kau yang telah menikah juga tidak bisa menemukan jawabannya?” Zakky mencoba berpikir lebih keras, hingga akhirnya ia menemukan jawaban yang mungkin saja bisa membuat William puas. “Apa yang orang-orang dari dalam pernikahan?” “Kenapa hal tersebut sangat berharga?” “Kenapa orang-orang bisa mengambil keputusan yang sangat singkat akan hal itu?” Zakky yang mendengar semua ucapan tersebut masih diam, ia masih berusaha mencari jawaban yang William tanyakan kepada dirinya. Hah ... sungguh melelahkan, dan itu semua membuat Zakky merasa sangat kesal. “Zakky, kenapa kau hanya diam?” tanya William. “Mungkin alasan yang paling masuk akal karena rasa cinta,” balas Zakky. William yang mendapat jawaban seperti itu juga semakin bingung. Cinta ... apa itu? Kenapa begitu menguntungkan, dan ia masih tak mengerti akan perasaan itu sendiri. “Ada rasa ingin selalu memiliki, menjaga, dan menyayangi.” William kemudian membalikkan tubuhnya, ia memilih berharap dengan Zakky. “Aku tak bisa memikirkannya. Semua yang ada tidak membawaku pada sesuatu yang jelas. Aku semakin jatuh dan tak mengerti apa pun setelah mendengar jawabanmu.” “Anda akan mengerti, jika Anda mengalaminya sendiri. Kenapa tidak mencoba dengan Nona Barbara?” William membuang muka, ia tak tahu mengapa ... perasaannya mengatakan ada sesuatu yang aneh dengan kejadian bersama Barbara. Tetapi ... Apa? William yang merasa nyaris gila hanya karena hidup tenangnya tiba-tiba saja kacau segera beranjak, ia kemudian meraih ponsel di atas meja, dan melangkah ke arah pintu masuk ruangannya. “Tuan, kita akan ke mana? Pekerjaan Anda belum selesai.” “Aku ingin bertemu dengan Kakek dan keluarga yang lainnya. Periksa semuanya untukku, Zakky.” Zakky tak menyangka jika William benar-benar mengabaikan pekerjaan pentingnya hari ini, sepertinya ... masalah pernikahan sangat membebani William. “Ini merepotkan, tetapi aku tak punya pilihan lain.” Zakky segera melakukan apa yang harus ia lakukan, pria itu hanya berharap kondisi William segera membaik, dan pria itu bisa kembali bekerja. Ia selalu merasa pusing dengan semua pekerjaan William, bukan karena malas, tetapi William tidak akan menerima sesuatu yang dianggapnya cacat. Sudah sangat sering karyawan di tempat itu merasakan pahitnya ocehan William, dan ia juga pernah merasakan. Sudahlah ... Zakky segera melakukan tugasnya dengan lebih teliti, dan ia akan berusaha menyelesaikan semuanya dengan cepat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN