Bab 9

1437 Kata
Datanglah ke Bandung besok, kalau kau ingin tahu semuanya! Dan kau pasti akan terkejut Laila, bukan hanya Pras yang menjadi pengkhianatnya tapi justru orang yang sangat kau tidak sangka akan sanggup melakukan itu semua padamu! Bandung? Ada apa dengan Bandung? Bukankah itu tempat tujuan Pras dan orang tuanya pergi untuk menghadiri acara pernikahan salah satu keluarga mereka. Pesan yang terakhir Laila terima kemarin, membuatnya mendadak langsung meminta Sabrina memesan tiket untuk pergi ke Bandung secepatnya. “Untung kita masih dapat tiket akhir pekan ini biarpun harganya sangat mahal, biasanya selalu habis,” ujar Sabrina saat mereka sudah memasuki kereta api dengan kelas perjalanan bisnis. “Terima kasih, tapi seharusnya kau tidak usah ikut, aku bisa pergi sendiri,” ujar Laila yang duduk di dekat jendela. “Membiarkan kak Laila pergi sendiri dan jika ternyata terjadi sesuatu di sana tanpa ada yang membantu bagaimana?” tanya Sabrina menghela nafas panjang, “Tidak mungkin kak Laila, menghubungi Mas Pras kan, apa dia tidak akan curiga dengan keberadaan kakak di sana? Laila ikut menghela nafas panjang, karena apa yang di katakan oleh Sabrina itu ada benarnya. Jika terjadi sesuatu padanya, ke mana Laila harus mencari bantuan? Tidak mungkin dia menghubungi Pras dan menyebabkan suaminya itu bertanya sedang apa Laila ada di Bandung sendirian? Apa sedang memata-matai Pras karena curiga setelah menerima pesan berantai tanpa nama itu? Laila terus memandang keluar dari jendela kereta api yang melaju sangat cepat dan tidak lama matanya terpejam, lelah. “Kita sudah sampai,” ujar Sabrina mengguncang bahu pelan Laila yang terlelap tidur. Laila mengerjapkan matanya dan melihat keluar jendela kereta api ekspres yang mereka naiki, “Iya.” “Ayo,” Sabrina membantu Laila membawa tas bepergiannya. “Kau sudah pesan hotel untuk kita kan?” tanya Laila suara serak khas bangun tidur, sambil berjalan mengikuti Sabrina dari belakang dan memasang kacamata hitam untuk menyembunyikan matanya yang terdapat lingkaran hitam. “Sudah, aku pesan hotel tempat orang itu meminta kita menemuinya di sana,” terang Sabrina . Laila menganggukkan kepalanya dan terus mengikuti Sabrina keluar dari kereta api itu. Sabrina melirik ke arah Laila yang terlihat dengan mata yang masih mengantuk, “Kalau saja dokter mengizinkan kak Laila naik pesawat, kita bisa cepat sampai jadi bisa beristirahat lebih banyak.” Laila mengusap perutnya tanpa sadar, “Sama saja, kan kita masih punya banyak waktu untuk beristirahat sebelum menemui orang itu.” Sabrina mengangguk dan melihat ke arah orang yang menghampiri mereka, “Itu Fahri temanku, yang menjemput kita.” Seorang pria datang menghampiri mereka dengan senyum yang lebar, “Sudah lama menunggu, Sab?” “Baru saja,” sahut Sabrina membalas senyum Fahri. “Ayo,” ajak Fahri sambil mengambil semua tas yang di bawa Laila dan Sabrina. Sepanjang perjalanan menuju hotel, Laila lebih banyak diam sambil mendengarkan Sabrina dan Fahri berbincang-bincang. Matanya tak lepas dari layar ponsel miliknya, belum ada pesan masuk satu pun dari Pras. Padahal Pras mungkin sudah sampai sejak bersama keluarganya, beberapa jam lebih cepat dari Laila di kota Bandung ini. Kau sudah sampai? Sebuah pesan baru masuk dan begitu membacanya Laila langsung membalasnya. Sudah. Kau pergi menginap di hotel yang aku beritahukan? Ya, ini kami dalam perjalanan ke sana. Kami? Kau pergi dengan siapa? Sabrina, adikku. Bagus, mungkin kau memang perlu seseorang bersamamu nanti malam jika ada sesuatu yang tidak di inginkan. Apa maksudmu dengan tidak di inginkan? Sesuatu yang akan membuatmu akan terkejut luar biasa malam ini dan aku harap kau sudah siap dengan segala kemungkinan. Apa itu? Laila menunggu balasan pesan dari orang itu, tapi hanya di baca tanpa ada balasan sama sekali. “Kita sudah sampai,” ujar Sabrina menoleh pada Laila saat mereka sudah sampai di hotel berbintang lima. “Kalian sudah pesan kamar apa belum?” tanya Fahri. “Sudah,” sahut Sabrina sambil turun di ikuti oleh Laila juga Fahri, tapi pria itu langsung berpamitan untuk pulang karena masih ada urusan yang lain. Begitu memasuki hotel Sabrina menyuruh Laila untuk menunggu di kursi lobi karena dia ingin check in dulu. Laila melihat lalu lalang orang yang ada di lobi hotel, sambil sesekali melihat ke arah ponselnya. Tapi kemudian Laila melihat seorang yang dia kenal melintasi, Mas Adnan. Laila ingin memanggil tapi tidak jadi karena Adnan terlihat berjalan terburu-buru keluar dari hotel. Apa yang di lakukan Mas Adnan di sini? Batin Laila. “Ayo Kak, “ ajak Sabrina yang tampaknya sudah selesai mengurus kamar mereka dan Laila mengikut langkah Sabrina menuju lift hotel. Saat memasuki lift hotel Laila melihat sudah ada beberapa orang wanita yang ada di sana, mereka kan keluarga Mas Pras? Walaupun hanya bertemu beberapa kali di awal pernikahannya dengan Pras, Laila masih bisa mengenali beberapa keluarga suaminya itu. Terutama mereka yang memiliki mulut tajam suka sekali menyindir langsung di hadapan Laila. Tapi sepertinya mereka tidak mengenali Laila, yang mengurai rambut panjangnya dan masih menggunakan kacamata hitam besar miliknya dengan wajah yang menunduk. Mungkin juga karena dua tahun dari tiga tahun pernikahannya, Laila sudah tidak pernah bertemu dengan mereka karena Pras sudah lama tak mengajaknya bertemu dengan seluruh keluarga besar suaminya itu. “Aku senang akhirnya dia menikah dengan orang yang tepat dan sederajat dengan kita,” ujar salah satu dari keluarga Pras yang Laila kenal termasuk bermulut paling pedas. “Tapi aku dengar mereka belum bercerai secara resmi, makanya pernikahan ini di lakukan secara diam-diam,” ujar yang lain. “Memang, tapi yang aku dengar juga mereka akan segera mengurus perceraian secepatnya karena istrinya itu ternyata mandul,” sahut lain. Ting! Lift terbuka. “Ayo kak, kita sudah sampai,” ajak Sabrina pada Laila dan wanita itu tak menyahut hanya mengangguk sekilas kemudian ikut keluar dari lift. “Aku yakin Mbak Alma sangat senang dan bangga, akhirnya Pras..” Ucapan itu masih di dengar Laila dan membuatnya terpaku menoleh ke arah lift yang mulai tertutup kembali saat mendengar nama Alma juga Pras di sebut-sebut oleh salah satu wanita itu. Apa maksud mereka tadi? “Kak, ayo,” panggilan itu menyadarkan Laila dari keterpakuannya. Laila terus memikirkan semua pembicaraan yang dilakukan oleh keluarga Pras dengan gelisah sepanjang waktu menunggu hingga janji temu dengan pengirim pesan misterius itu. ***Otw*** Laila mengulas makeup tipi dan menatap pantulan wajahnya di cermin kamar mandi hotel, ini sudah cukup. “Kau sudah siap Sabrina?” tanya Laila saat keluar kamar mandi. “Sudah,” sahut Sabrina singkat. “Kita pergi sekarang?” tanya Laila. “Ya,” sahut Sabrina sambil meraih tasnya dan berjalan beriringan dengan Laila keluar dari kamar hotel menuju lobi hotel. “Di mana orang itu?” tanya Sabrina pada Laila yang terus melihat ke arah orang-orang yang lewat di lobi hotel. “Aku juga belum tahu,” Laila menggelengkan kepalanya dengan hati yang gelisah. “Sepertinya orang-orang itu, datang untuk acara di hotel ini,” komentar Sabrina yang memperhatikan orang-orang yang masuk ke dalam hotel dengan dandanan yang memang untuk acara pesta. “Iya,” sahut Laila ikut memperhatikan semua orang yang masuk ke hotel. Pesan kembali masuk dan Laila langsung membacanya. Pergilah ke ballroom hotel sekarang, karena acaranya akan segera di mulai. “Sabrina,” ucap Laila sambil memperlihatkan pesan yang masuk pada Sabrina. “Ayo kalau begitu,” ajak Sabrina dan mereka menuju ruangan ballroom yang di maksud. Hati Laila langsung merasa tidak enak dan semakin gelisah saat langkah mereka semakin dekat dengan ruang ballroom yang pintunya tertutup, karena acara yang sepertinya sudah di mulai. “Kita masuk?” tanya Laila dengan wajah yang terlihat tegang saat ada di depan pintu ballroom itu. Sabrina hanya mengedikan bahunya karena tidak berani memutuskan untuk masuk atau tidak. “Sabrina?” Laila menatap Sabrina untuk meminta pertimbangan adiknya itu “Masuk saja dan kau harus melihat sendiri apa yang terjadi di sana,” ujar seseorang yang sudah berdiri di belakang mereka berdua. Laila langsung menoleh dan melihat seorang pria berdiri di belakang Sabrina, “Mas Adnan ..” “Masuklah Laila, sebelum semuanya terlambat sebentar lagi,” ujar Adnan menyuruh Laila masuk dengan dagu menunjuk pada pintu ballroom. Laila menatap ragu pada Adnan, tapi pada akhirnya dia menuruti perintah pria yang menjadi sahabat baik dari Pras. Laila membuka pintu ballroom di ikuti oleh Sabrina dan begitu masuk wanita itu melihat kalau sedang di adakan prosesi pernikahan yang sedang berlangsung. Tapi yang membuat Laila terenyak kaget saat melihat layar besar yang ada di depan prosesi pernikahan itu berlangsung. Mas Pras! Itu Mas Pras! Laila menatap layar besar yang memperlihatkan seorang pria sedang mengucapkan janji pernikahan di hadapan beberapa orang yang duduk di sekitar meja tempat prosesi pernikahan itu terjadi dan seorang wanita yang tertutup kerudung dengan wajah terlihat tak asing bagi Laila. “Saya terima nikahnya ...” “MAS PRAS!” "SARAH!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN