Bab 10

1020 Kata
Suasana yang tadi begitu hikmat menjadi terhenti seketika dengan teriakan dari Laila yang menggema di seluruh ruangan ballroom itu. Laila bisa merasakan tubuhnya yang bergetar hebat, dia benar-benar merasa terkejut melihat pemandangan yang tak jauh dari hadapannya yang mampu membuat jantungnya hampir berhenti berdetak. “MAS PRAS! SARAH!” Sekali lagi Laila berteriak histeris dan itu mampu membuat semua orang serentak melihat ke arahnya. Termasuk Pras, Sarah dan juga orang-orang yang duduk di sekitar meja untuk melangsungkan pernikahan. Tubuh Laila terasa kaku tak mampu untuk bergerak kecuali napasnya yang terdengar memburu tak beraturan. Bukan hanya wajah tapi juga tubuh Pras langsung tegang saat melihat Laila yang berdiri di depan pintu masuk ballroom, “Laila ...” Dengan langkah sedikit oleng Laila berjalan menghampiri Pras, tidak memedulikan suara yang terdengar riuh karena kehadirannya yang di anggap mengganggu acara pernikahan itu. Laila terus berjalan hingga cukup dekat sebelum dia merasa lengannya di tarik dengan kasar oleh seseorang. Hingga Laila sempat tersentak kaget dan hampir terjerembap ke belakang seandainya tidak ada tubuh lain yang menahan wanita itu dari belakang. “Hei, jangan kasar seperti itu Tante Alma!” ucap Sabrina sambil menahan tubuh Laila yang oleng ke belakang dengan mata yang menatap tajam ke arah Alma. “Pergi dari sini,” desis Alma dengan wajah yang terlihat menahan marah. Pandangan Laila beralih pada Alma yang melihatnya tak percaya, “Ibu ..” Alma berjalan mendekati Laila kembali berbisik mendesis, “Pergi! Jangan merusak acara kami di sini.” “Ibu ...” Laila menatap semakin tak percaya pada Alma. “Tunggu di luar sampai semua acara ini selesai, baru kita bicara,” ujar Alma sambil mengangkat jari telunjuknya ke arah pintu ballroom. Laila menggelengkan kepalanya tak percaya dengan ucapan Alma yang baru saja di lontarkan wanita itu padanya. “Apa maksudnya semua ini Bu, aku perlu penjelasan semua ini sekarang,...” ucap Laila dengan terbata-bata. “Tak perlu ada penjelasan tentang ini sekarang, sebaiknya kau dengar perintahku keluar dari tempat ini sekarang juga!” bentak Alma terdengar tak sabar. “Tante Alma tak bisa melakukan ini pada kak Laila, dia perlu mendengar penjelasan semua yang terjadi di sini sekarang juga tanpa perlu nanti,” ujar Sabrina yang langsung maju berdiri di hadapan Alma sambil mendorong Laila agar bergerak maju ke depan. “Jangan ikut campur, ini bukan urusanmu,” ujar Alma dengan tatapan yang tak suka pada Sabrina. “Ini urusanku, karena kak Laila itu saudaraku,” ujar Sabrina dengan sengitnya. Seperti sebuah pengalihan Laila bergerak maju tanpa di sadari oleh Alma yang sedang berdebat dengan Sabrina. Laila terus berjalan sambil tatapannya tak lepas pada Pras yang berdiri dengan tatapan khawatir, sementara Sarah juga menatap Laila dengan tatapan yang sama seperti Pras sambil memegang lengan pria itu dengan erat. “Laila kami bisa menjelaskan semuanya padamu ...” ujar Pras begitu Laila berjalan semakin mendekat padanya. Hingga Laila berdiri tepat di depan Pras dan menatap pria itu dengan mata yang nanar. “Laila ...” Plak! Plak! Pras terkejut dan tak melanjutkan ucapannya karena dia mendapat tamparan dari Laila yang tiba-tiba dan menatap wanita itu tidak percaya. “Laila, apa ...” Belum selesai dengan ucapannya, Pras di kejutkan dengan tindakan Laila yang lain dan itu bukan padanya tapi pada Sarah. Plak! Plak! Sarah tak kalah terkejutnya dengan tamparan yang juga dia dapat dari Laila. “AKHH!” Dan entah bagaimana tiba-tiba terdengar jeritan dari Sarah yang membuat Pras langsung tersadar saat menyadari kalau dia melihat Laila yang sudah menjambak sanggul rambut Sarah dengan sangat kuat. “Laila! Laila hentikan!” “Laila tolong lepaskan!” “Akhgh!” Suara teriakan Sarah bercampur dengan suara Pras yang langsung berusaha untuk melepaskan cengkeraman tangan Laila dari rambut Sarah yang mulai terlihat berantakan. “DASAR w************n!” “KAU PENGKHIANAT!” Tanpa sadar Laila sudah berteriak senyaring mungkin, memaki tanpa sadar sambil terus menarik rambut Sarah dengan sangat kuat, hingga membuat beberapa orang yang mencoba untuk membantu melerai agar wanita itu melepaskan cengkeramannya pada rambut Sarah. Plak! Plak! Laila terdiam dan langsung melepaskan tangannya dari rambut Sarah, saat merasakan pipinya yang perih karena tamparan di wajahnya. Ternyata Pras yang melakukannya dan itu membuat Laila menatap pria itu dengan penuh sakit hati, “Kau ....” “Laila, aku ...” ucapan Pras terhenti saat melihat tetesan air yang keluar dari mata Laila dan pria itu terlihat merasa bersalah karena dia sudah menampar istrinya. Plak! Plak! Laila tersentak dan merasakan pipinya kembali perih untuk kedua kalinya dan kali ini dia menatap pada orang yang sudah melakukan itu, “Ibu ..” “Ibu ..” Pras pun tak kalah terkejutnya dengan tindakan yang di lakukan Alma pada laila. “Pergi dari sini sekarang, sebelum aku menyuruh orang-orang untuk menyeretmu pergi keluar!” bentak Alma dengan tatapan penuh kebencian pada Laila. “Kenapa Ibu..” belum selesai ucapannya Laila merasa tubuhnya sudah di seret menjauh dan dia pun akhirnya bisa pasrah, karena dia sudah merasa sangat lemah tak bertenaga lagi. Walaupun masih sempat melihat bagaimana Pras sedang berdebat dengan ibunya yang sudah memeluk Sarah bersama Sifa. Dan setelah sampai di luar ruangan ballroom Laila menatap pada Sabrina yang sudah berdiri di sampingnya menyanggah tubuhnya yang terasa semakin lemah, “Perutku ...” ***Otw*** Ini sudah lebih dari beberapa minggu setelah kejadian di Bandung, tapi Laila merasa kondisinya belum benar-benar pulih. Tapi paling tidak Laila sangat bersyukur karena kondisi kandungannya baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa setelah sempat di rawat di rumah sakit selama satu hari, dia hanya perlu beristirahat untuk memulihkan kondisi saat ini. “Mama akan kuat untukmu, sayang,” Laila mengelus perutnya yang mulai terlihat membuncit sambil duduk melamun, menatap semak belukar di halaman samping paviliun yang semakin lebat. Laila sudah berhenti menangis, walaupun masih ada rasa sakit hati dan sedih karena perbuatan Pras juga keluarga serta Sarah. “Aku ingin bertemu Laila! Jangan halangi aku!” Laila terkejut mendengar suara itu dan begitu menoleh, dia langsung terkejut melihat wajah yang selama beberapa minggu ini sudah sangat dia hindari. "Laila ...!" Dan setelah sekian lama tak bertemu ternyata hati Laila belum benar-benar siap untuk menghadapi semuanya, termasuk bertemu dengan wajah yang sangat dia benci!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN